Prolog

51 7 1
                                    

Joana berjalan dengan cepat karna angkot yang akan dinaikinya ternyata sudah lewat. Alasannya? Terlambat bangun. Tentu saja, memangnya siapa yang bisa bangun pagi tepat waktu jika matamu saja baru bisa tertutup jam 2 pagi tadi. Itulah yang dirasakan Joana.

Sejak tinggal di rumah barunya, Joana harus benar-benar ekstra sabar untuk tidak mengeluh kepada Sang Mama perihal kamarnya yang sempit dan banyak nyamuk. Bukan apa-apa, Joana memang tidak pernah tinggal di tempat kecil nan sempit seperti rumahnya sekarang. Dari kecil Joana sudah diberikan rumah besar dan segala fasilitas yang menunjang hidupnya.

Teman? Banyak. Uang? Gak usah ditanya. Populer? Tentu saja.

Maka jangan salahkan Joana jika gadis itu selalu mengumpat dalam hati. Keadaannya sekarang benar-benar sangat menyulitkan. Seperti saat ini, Joana merapalkan nama-nama hewan tatkala melihat jam di pergelangan tangan kirinya.

Daripada menggunakan cara berjalan cepat, Joana lebih memilih berlari. Gadis itu berlari sekuat tenaga hingga rambutnya yang tergerai berterbangan dengan indahnya.

Namun, entah karna Joana panik atau memang kurang teliti, gadis itu tiba-tiba tersentak bukan main saat dari arah berlawanan, sebuah mobil BMW hitam sedang melaju kencang ke arahnya sembari membunyikan klakson yang terlampau keras.

Sontak saja Joana berjongkok di jalan sembari menutup kedua telinganya. Berharap apa yang dilakukannya itu dapat meredam suara keras yang mengguncang telinganya. Setelah merasa bahwa dirinya ternyata masih hidup dan semua sudah aman, Joana mendongak untuk mempertemukan matanya pada sosok cowok dengan penuh luka lebam yang sedang menatapnya marah.

Cowok itu kemudian menarik kerah Joana untuk membawanya berdiri. "Punya mata gak lo?!! Kalo nyebrang gak cuma pake kaki, mata lo juga dipake! Kalo lo mati, siapa yang tanggung jawab? Gue?! Mimpi lo!"

Dalam jarak sedekat ini, Joana dapat melihat rahang cowok pemarah ini yang mengeras, alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang tipis. Untuk ukuran seorang cowok, orang ini sudah mampu disebut ganteng. Namun tetap saja, melihat luka lebam yang menghiasi beberapa sisi wajahnya, membuat kadar kegantengannya berkurang.

Joana menyentak tangan cowok pemarah ini. Jangan lupakan juga wajah marah Joana yang menghiasi. "Sebenernya yang buta disini siapa sih? Jelas-jelas lo yang bawa mobil ugal-ugalan. Pake nyalahin gue segala. Otak lo dimana?!"

Si cowok pemarah mendengus, "pinter banget lo ngomong ya, untung lo cewek, kalo enggak udah...-"

"Apaan?!! Udah apaan hah?! Udah mati?! MIMPI! Lo kira lo siapa bisa ngancem-ngancem gue seenaknya?! Minggat lo sana!"

Si cowok pemarah tampak mengepalkan tangan, bahkan wajahnya sudah berubah merah. Bisa Joana tebak apa yang akan terjadi.

Cowok itu kemudian meraih tangan Joana dan dengan sengaja menyakitinya dengan genggaman yang teramat erat. Joana bahkan sampai meringis.

"Heh gila! Lepasin gue!!!"

Bukannya melepaskan, cowok itu kemudian memajukan wajahnya, memberi kesempatan untuk Joana mengetahui mata coklatnya yang tajam. Namun bukan hanya itu, ternyata bibirnya yang tertutup rapat dan giginya yang bergemelatuk juga turut terdengar.

"Kalo aja kita gak di jalan, mungkin gue bakal dengan senang hati abisin lo. Tapi gue masih punya hati ngasi lo kesempatan buat minta maaf. Sekarang atau lo mati."

Joana berdecih. Gadis itu rasa cowok gila ini tidak tau siapa yang dia ajak berurusan. Oke, akan Joana buktikan seberapa mampu ia memenangkan pertandingan ini.

"Gue kasi tau satu hal sama lo. Orang yang gak salah, gak perlu minta maaf. Justru sebaliknya! Jadi seberapa banyak pun lo ngancem gue, gue gak akan sudi minta maaf sama lo!"

Joana menyentak tangannya, namun tidak kunjung terlepas. Oke, tidak masalah. Masih ada cara lain. "Lepasin gue sekarang!" Joana menggeram. "Kalo enggak, jangan salahin gue kalo gue bertindak lebih!" Setidaknya Joana sudah mengingatkan.

"Lo siapa brani-brani ngatur gue?! Cewek kayak lo cocoknya dikasi pelajaran!"

Cowok itu sudah akan menyeret Joana ke dalam mobilnya sebelum lutut Joana dengan sengaja menyentak bagian dalam cowok itu. Sontak saja terdengar erangan kesakitan yang beradu dengan tawa menggelegar Joana.

"Hahaha rasain lo! Makanya jangan nyari gara-gara sama gue hahaha." Joana kemudian mendorong cowok pemarah itu dengan mudah karna posisinya yang menunduk untuk memegang kemaluannya yang kesakitan. Setelah melepas pegangan tangan yang mengendur, Joana berlari meninggalkan tempat kejadian.

Joana sempat berhenti untuk menoleh ke belakang dan mengacungkan jari tengah pada si cowok pemarah yang masih kesakitan itu, sebelum menghilang pada belokan dan hanya suara tawanya yang masih terdengar.

Sedangkan si cowok pemarah sudah jatuh terduduk di tengah jalan sembari menutup matanya, menahan kesakitan. Dalam hati ia berharap untuk bertemu dengan cewek sinting itu lagi dan membalas perbuatannya.

Dan saat itu tiba, ia tidak akan membiarkannya lolos.

*****

Halooo
Ini cerita baru aku. Awal buatnya karna aku terinspirasi sama Bae Suzy yang akhir-akhir ini sering aku jadiin walpaper. Awalnya gak tau sih ini cerita mau dikemanain tapi ya udahlah.

Intinya pas bikin ini cerita, aku seneng aja gitu. Ngerasa suka aja sama cast-nya hehe trus aku pengen nyajiin sosok cewek cowok yang suka berantem gitu. Gak tau kenapa, tapi kayaknya lucu aja hahaha

Okee untuk cast-nya ini diaaaa

Anggep aja rambutnya warna hitam wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggep aja rambutnya warna hitam wkwkwk

Anggep aja rambutnya warna hitam wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See youuuuuuu💙💙💙

FALLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang