Ketika adzan subuh berkumandang, segerombolan manusia yang dipandang sebelah mata oleh sekelumit masyarakat, keluar dari sebuah tempat hiburan malam. Tak sedikit dari mereka berjalan dengan langkah sempoyongan. Aroma khas dari minuman keras menguar dan menimbulkan efek halusinasi tinggi.
Club malam telah sepi. Kala petugas kebersihan bar mulai berberes, Fick menghitung penghasilan anak buahnya sepanjang malam itu. Catrina muncul dari kamar lantai atas sembari membenarkan lengan spageti pakaian seksi yang dikenakannya. "Mana jatah gue?"
Fick melirik tajam Catrina sembari melemparkan beberapa lembaran uang seratus ribu rupiah ke hadapan wanita malam tersebut. Catrina tak masalah. Uang tersebut dipungut dengan senyum kepuasan. Lembar per lembar uang yang tersebut dihitung, tak ingin ada kesalahan hitung yang dilakukan Fick.
"Kenapa cuman satu juta? Bukannya laki-laki bangkotan itu membayar mahal? Dia membayarku per jam-nya sebesar dua juta rupiah. Hampir semalaman gue di dalam sana, dan lo cuman ngasih gue segini?"
"Udahlah, Cat. Malam ini penghasilan kita berkurang drastis. Yang booking lo cuman si tua bangka itu doang. Nggak kayak biasanya. Malam ini, penghasilan gue cuman 30 juta. Gila, menurun jauh banget. Udah mending lo gue kasih sejuta. Gue juga harus menggaji yang lainnya. Bukan lo doang," jawab Fick.
"Tapi dari semua penghasilan yang lo terima, sebagian besar itu berasal dari gue. Nggak adil banget lo cuman ngasih gue seiprit gini. Gimana gue bisa bayar hutang gue kalo kayak gini?" Catrina sangat tidak bisa menerima jatah yang diberikan Fick padanya setelah apa yang ia lakukan semalam tadi. Bahkan pria bangkotan yang menjadi clien Catrina malam itu, sampai sekarang masih tak mampu terbangun karena kelelahan.
"Siapa yang nyuruh lo minjam duit sama rentenir kejam kayak Kino? Masalah utang lo, bukan urusan gue. Gue cuman ngasih lo upah, trus lo cabut dari sini." Fick tetap tak mau menambah upah Catrina.
Catrina berdecak. Seandainya ia sedang tak terlilit hutang pada rentenir gila gairah seperti Kino, mungkin Catrina tak akan sudi bertahan di club malam Fick. Pekerjaan yang memungkinkannya mendapat uang banyak dalam waktu singkat, hanyalah menjadi seorang wanita bayaran. Menjadi wanita bayaran adalah pekerjaan pokoknya sejak kepergian kedua orangtuanya. Faktor kepepet menjadi sebuah kebiasaan yang tak bisa Catrina ubah. Ia terlalu nyaman berada dalam zona saat ini. Meskipun harus mengorbankan harga diri, Catrina tak pernah peduli.
Mengerti bahwa dirinya tak mungkin bisa menentang Fick, Catrina tetap hanya membawa pulang upahnya sebesar yang diberikan Fick. Uang sebanyak itu, tidak bisa memenuhi kebutuhan Catrina dalam sehari. Hutangnya pada Kino semakin bertumpuk akibat bunga yang terus berkembang.
Setelah melalui jalanan sempit dan sepi, Catrina berhenti pada salah satu rumah sederhana yang disewa dengan harga murah. Meskipun demikian, Catrina tetap tak bisa membayar biaya sewa setiap bulannya tepat waktu. Bayaran yang Fick berikan semakin lama semakin berkurang. Pelanggan setianya dahulu juga telah berpaling pada wanita lain. Catrina telah mempunyai banyak saingan. Lebih muda dan segar. Seperti sayur yang baru saja dipetik dari kebun. Tentu saja para pelanggan Catrina lari ke dekapan para wanita yang lebih muda dari dirinya.
Catrina menghela napas lelah begitu pintu rumahnya berhasil dibuka. Tanpa bersusah payah membuka sepatu atau pakaian malamnya, wanita itu langsung membaringkan tubuh lelahnya ke atas sofa kusam di ruang tamu yang menyatu dengan ruang tengah.
"Lama-lama hidup kayak gini, gue bisa gila." Catrina mengeluh dalam pejam matanya. Uang simpanannya semakin menipis. Habis hanya untuk membayar hutang dan juga keperluan sehari-harinya.
Kencangnya suara gedoran pada pintu membuat Catrina mengernyitkan dahinya tak mengerti. Wanita itu mengintip melalui celah pintu yang rusak. Tak lama setelah melakukan pengintipan, Catrina melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated (Tamat) ✓
ChickLitAdhara Sabila Khairunnisa, merelakan sebagian kebebesannya demi membesarkan kedua anaknya tanpa seorang pendamping. Pada usianya yang ke-26 tahun, dirinya bekerja banting tulang sendirian demi menafkahi seorang putri berusia 9 tahun dan seorang putr...