23

21.7K 2.7K 217
                                    

Wajah Dhara jauh lebih berseri sekembalinya ia dari Dubai. Senyumnya terus terkembang selama berada di kantor meski Pak Robby dengan kejamnya memberikan bertumpuk proyek yang harus dikerjakan.

Hari ini adalah hari pertama Dhara kembali bekerja. Ia merindukan meja, komputer, kursi, rekan kerja, dan juga...

Pak Robby.

Melihat wajah keriput beliau merah padam adalah incarannya. Oleh sebab itu, bertumpuk pekerjaan yang Pak Robby berikan ditanggapi dengan senyuman. Hal itu sukses membuat sang atasan bau tanah tersebut mengepalkan tangan menahan emosi. Berkali-kali Dhara dipanggil dengan alasan bahwa pekerjaan yang dilakukan Dhara tidak ada yang benar. Dengan senyuman Dhara memperbaiki pekerjaannya sesuai perintah Pak Robby. Bahkan sesempatnya wanita itu bersenandung di tengah mumetnya pekerjaan yang dijalankan.

Dari kubikel sebelah, Nadia memerhatikan dengan sebelah alis terangkat. Wanita yang hampir mencapai usia 30 tahun tersebut melihat gelagat aneh sang sahabat yang tak biasa.

"Kepala lo kebentur ya pas kebakaran waktu itu?" celetuk Nadia setelah lama diam memerhatikan Dhara dalam keheranan.

Dhara berhenti bersenandung, sahabatnya itu ditatap, lalu memberikan cengiran lebar. "Enggak. Kenapa?"

"Lo aneh."

Dhara terkekeh. Ia menghentikan pekerjaannya sejenak, kemudian memutar kursinya menghadap Nadia di kubikel sebelah. "Kok malah mikir gue aneh? Aneh gimana, sih?"

"Lo happy banget kayaknya. Ada sesuatu yang udah bikin lo seneng? Apaan? Kasih tau gue." Nadia menuntut penjelasan.

Oh, Dhara lupa jika Nadia belum mengetahui bahwa Dhara baru saja kembali dari Dubai. Sejak dahulu, impian Nadia adalah ingin bulan madu ke Dubai berdua bersama sang suami. Jika saja Nadia tahu bahwa Dhara sudah terlebih dahulu mendatangi kota kaya tersebut, ia yakin sahabatnya itu ngebet ingin segera dihalalkan oleh sang tunangan.

"Nggak ada apa-apa, kok, Nad."

Nadia memicingkan mata, menuntut Dhara untuk berkata jujur. Hal tersebut malah kembali membuat sahabatnya itu terkekeh.

"Santai aja kenapa, sih? Masa iya gue senyum aja salah. Kalo gue nangis terus, lo nya juga yang susah. Gimana, sih?" ujar Dhara sebelum kembali memutar kursinya ke arah layar komputer.

"Kalo lo nangis, bahaya juga, Ra. Tapi, yang gue nggak habis pikir, lo nggak pernah senyum terus kayak gini semenjak gue ngenal lo dari hari pertama kita kerja bareng di sini. Makanya gue khawatir, takut aja otak lo kegeser pasca kebakaran waktu itu," cemas Nadia.

"Gue baik-baik aja, oke? Nggak usah khawatir," respon Dhara sembari memberikan kedipan lucu.

Nadia terperangah. "Fix lo sakit," lalu ikut terjun ke pekerjaannya yang sempat terabai.

Apa yang sedang membuat Dhara begitu ceria di hari pertama ia bekerja cukup menjadi rahasia Dhara dan suaminya seorang.

Suami....

Keinginannya untuk meminta cerai dari Arkan batal dilakukan. Ia menelan kembali keinginannya tersebut usai dimanjakan oleh Arkan selama berada di Dubai.

Dan... Ehem. Arkan telah berhasil melepas segel keramat dari seorang Dhara.

Kalian tahu?

Arkan lebih perkasa dari kelihatannya. Uhukkk!

Triing!

Sebuah chat masuk. Dhara menghentikan kembali pekerjaannya. Ponselnya yang tergeletak di atas meja, diambil. Nama sang suami tertera sebagai sang pengirim pesan.

Fated (Tamat) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang