Tit.
Titt...
Titt...
Alat elektrocardiogram yang berada di sebelah kepala ranjang rawat terus menimbulkan bunyi yang teratur. Alat bantu pernapasan terpasang di hidung dan mulut seorang pasien yang terbaring tak sadarkan diri sejak kemarin malam.
Luka bakar sepanjang lengan kiri akibat sambaran api dan juga benturan besi panas telah dibalut menggunakan perban. Dokter masih harus memastikan kondisi sang pasien karena belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Akibat terlalu banyak menghirup asap kebakaran malam lalu, Dhara hampir meregang nyawa akibat kesulitan bernapas. Oleh karena itu, wanita itu kini terbaring tak berdaya di atas ranjang VIP rumah sakit swasta Jakarta.
Beruntung untuk kasus ini, Arkan tak memperhitungkan berapa banyak ia harus mengeluarkan uang. Semua demi kesembuhan sang istri yang hampir meregang nyawa.
Arkan dapat bernapas lega. Setidaknya, semua pelaku yang terlibat dalam kasus penculikan telah tertangkap. Sementara Fick sendiri, telah hangus terpanggang api dalam club malamnya sendiri. Suka duka mewarnai proses penangkapan penculik malam kemarin. Tiga polisi menjadi korban dalam tragedi itu akibat tak dapat menghindari ledakan dan sambaran api saat hendak membekuk Fick. Tiga polisi berjasa itu kini telah disemayamkan di rumah keluarganya masing-masing. Jasa mereka tak akan pernah terlupakan.
Desahan napas Arkan terdengar. Sudah dua hampir dua hari ini pula ia tak pulang ke rumah. Ia mandi, makan, minum, dan menyelesaikan pekerjaannya di dalam ruang rawat istrinya. Arkan tak mengerti, kenapa hatinya turut sakit dan tak tenang sebelum Dhara sadar dan membuka matanya. Arkan mengkhawatirkan keadaan Dhara bukan semata karena rasa tanggung jawab. Tapi, karena Dhara adalah istrinya, wanita yang tiba-tiba menyusupkan rasa cinta di dalam hatinya.
Kepedulian dan cinta tulus Dhara demi anak angkatnya, membuat Arkan takjub. Ia seolah menemukan seorang wanita duplikat mamanya, Mama Dinda. Arkan tahu betul bagaimana cinta sang mama pada anak tirinya, Alif dan Wiya. Rela mengorbankan apapun demi mereka semua. Persis seperti yang Dhara lakukan demi kedua anak angkatnya.
"Nghh..."
Arkan menolehkan kepalanya ke ranjang sebelah. Diva terbangun. Kondisi anak itu sedikit lebih baik setelah kemarin malam sempat tak sadarkan diri tepat setelah pintu keluar terbuka dan sebelum lorong tempatnya melarikan diri meledak. Polisi menemukan anak itu tertelungkup di antara rerumputan panjang, dengan beberapa luka dan lebam di bagian tubuh tertentu.
"Udah bangun? Mau minum?" Arkan mendekatinya, membelai rambut tergerai milik Diva.
Diva menggeleng. "Mama... Udah bangun?" tanyanya lemah.
"Belum. Kita doain mama cepet bangun, ya?" jawab Arkan dengan senyuman tipis. Ia tak ingin membuat anak itu semakin merasa bersalah karena demi dirinya, sang mama rela mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Setitik air mata Diva mengalir membasahi pelipisnya, lalu terisak pelan. Meski tak ada siapapun yang menyalahkannya, ia tetap merasa bersalah. Mamanya seperti itu karena dirinya. Ia adalah anak angkat yang telah banyak bersikap durhaka padanya.
"Kenapa nangis? Ada yang sakit? Biar Papa panggil dokter, ya?"
Arkan bersiap untuk memanggil dokter, tapi Diva segera menggeleng. "Nggak, Pa. Diva nggak sakit. Diva... Hanya merasa bersalah banget sama mama."
Anak itu kembali terisak, sehingga Arkan harus memeluk anak itu agar sedikit tenang. Punggung anak itu ditepuk pelan, sembari mendengar kalimat penyesalan yang Diva ucapkan.
"Diva anak durhaka, nggak pernah dengerin kata mama. Hiks... Diva menyesal, Pa. Hiks hiks... Diva nggak mau kayak dulu lagii. Diva nggak akan nyari mama kandung Diva lagi. Hiks hiks... Diva mau mama Dhara ajaa. Diva menyesal, Paaa... Diva mau mama segera banguun, dan mau minta maaf sama mama... Diva sayang mamaa... Diva nggak mau mama sakit karena Diva. Hiks..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated (Tamat) ✓
ChickLitAdhara Sabila Khairunnisa, merelakan sebagian kebebesannya demi membesarkan kedua anaknya tanpa seorang pendamping. Pada usianya yang ke-26 tahun, dirinya bekerja banting tulang sendirian demi menafkahi seorang putri berusia 9 tahun dan seorang putr...