6

22.5K 2.6K 113
                                    

Jangan lupa vote dan komen. Saya tau siapa yang suka baca lompat-lompat kayak kodok, loh. Setiap pemberitahuan saya cek satu persatu. Segitu detailnya, yak. Hahaa... But, no problem laah. Suka-suka kalian aja.

Sorry kalo ada typo. Ngetik ini berjeda-jeda. Soalnya sambil nonton Zombie di tipi. Keren aja gitu. Kapan ya saya bisa bikin cerita horror kayak gitu? Wkwkw...

Happy reading.

***

Dhara beruntung karena ternyata Pak Robby tidak memecatnya seperti apa yang ia bayangkan ketika atasannya tersebut menyuruhnya masuk ke ruangan beliau. Gadis itu menarik napas dalam sebelum menghembuskannya penuh kelegaan. Tapi, kekesalannya pada pria yang menjadi buntutnya sejak tadi pagi itu tak bisa dihilangkan begitu saja. Dhara tetap akan membuat perhitungan dengan pria itu karena telah membuatnya disembur Pak Robby dan hampir saja dipecat.

Ya, kemungkinan besar ia akan dipecat seandainya saja Dhara tak memegang proyek apapun untuk dikerjakan. Kesuksesan proyek kerjasama antara Sidu Advertising dengan perusahaan Nicefood Production berada di tangan Dhara. Hal tersebut menjadi pertimbangan besar Pak Robby untuk tidak memecat Dhara dalam waktu sekarang.

Sekarang Dhara selamat, tidak tahu untuk besok dan beberapa waktu ke depan.

Dhara berdecak kesal. Langkahnya menuju ruang kerjanya terhenti di depan pintu ketika dalam radius lima meter di depan, pria menyebalkan itu asik membelek kuku-kuku jari tangannya dengan santai di tempat duduk sebelumnya. Kemungkinan besar Arkan tidak beranjak sebentarpun dari kursi tersebut sejak awal dia menjadi buntut Dhara di kantor pagi tadi.

Dhara menghembuskan napas, jengah. Meskipun demikian, gadis itu tetap melanjutkan langkahnya menuju kubikel kerjanya dimana Arkan setia menantinya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Dhara menarik kursinya mundur, sebelum duduk nyaman di sana untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda selama tiga puluh menit lalu.

Menyadari kemunculan Dhara di depannya, Arkan kembali mendekat. Wajahnya maju beberapa senti ke depan, hingga Dhara harus sedikit memundurkan wajah dan tubuhnya untuk menghindari pria itu berbuat macam-macam terhadapnya. Mengadu pada sang atasan pada saat seperti ini sangat tidak mungkin. Arkan adalah client yang membawa harapan besar perusahaan Sidu Advertising untuk berkembang maju seperti perusahaan Nicefood Production. Hingga, sangat mustahil jika Pak Robby bisa memarahi sikap yang dilakukan Arkan terhadap salah satu karyawan perusahaan beliau tersebut.

"Gimana? Kamu dipecat?" tanya Arkan, menggoda. Pria itu telah mengetahui segalanya meskipun Pak Robby belum mengatakan apapun padanya. Dhara tak akan dipecat karena Arkan sendiri yang telah meminta izin untuk mengawasi pekerjaan Dhara selama seharian ini.

"Apapun yang terjadi nanti antara saya dan Dhara, Pak Robby jangan ikut campur, oke?" pinta Arkan sebelum Dhara tiba di kantor tadi pagi.

Pertanyaan Arkan sengaja diabaikan Dhara. Gadis itu berusaha memfokuskan dirinya menyelesaikan desain visualisasi untuk iklan produk makanan dari perusahaan Nicefood Production yang hanya tinggal sedikit.

Arkan mencebikkan bibir bawahnya, sengaja ingin menggoda Dhara. "Sok cuek. Padahal hatinya sedang adain konser tuh."

Dhara memutar kursinya menghadap Arkan dengan pelototan menyeramkan. Arkan pikir, matanya adalah mata seksi terbesar nan menyeramkan yang dimiliki manusia di muka bumi ini, ternyata bola mata Dhara jauh lebih besar dan menyeramkan. Persis seperti ibu tiri kejam yang hanya cinta harta suaminya.

Baru saja hendak menyembur Arkan seperti sebelumnya, Pak Robby tiba-tiba lewat di kubikelnya membuat Dhara urung memarahi Arkan.

"Sabar, Bu. Ini ujian." Arkan terkikik geli. Melihat ekspresi kesal Dhara sungguh terlihat lucu. Seumur hidup Arkan, hanya Dhara yang ia puji dengan mengatainya lucu.

Fated (Tamat) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang