Bagi Dhara, candaan yang Arkan lakukan padanya beberapa waktu lalu bukan sesuatu yang pantas disebut sebuah lelucon. Dhara benar-benar ketakutan, bukan dibuat-buat atau sekedar ingin menunjukkan sisi lemahnya.
Tidak. Dhara tidak pernah ingin terlihat lemah. Baginya, manusia tangguh tak hanya tersemat bagi seorang pria. Tapi, banyak perempuan di muka bumi ini juga bisa disebut sebagai wanita tangguh. Janda, dan single mom lainnya adalah contoh nyata yang terlihat. Seperti dirinya, ia bisa menghidupi dua anak kakaknya seorang diri tanpa bantuan siapapun.
Dhara meyakini bahwa setiap cobaan yang Tuhan berikan padanya selama ini untuk membuatnya semakin kuat. Seperti batu karang yang tetap kukuh meskipun diterjang badai.
Namun, lelucon yang Arkan berikan, sukses mengungkit trauma di masa lalunya. Gadis itu meraup wajahnya penuh kegusaran. Kejadian hitam yang tak ingin diingat, mampu membuatnya bergadang malam ini. Saat malam hampir berganti subuh, gadis itu masih betah terjaga.
Tidak tertidur selama 24 jam bukan sesuatu yang tak biasa. Ia pernah memecahkan rekor tidak tidur selama 4 hari demi menyelesaikan proyek iklan suatu produk yang tengah dikejar deadline. Pada hari ke-5, Dhara masuk ke kantor persis seperti mayat bangkit dari kubur. Sangat pucat dan menyeramkan.
Ditengah lamunannya saat itu, Davin menggeliat pelan. Matanya mengerjap perlahan, lalu menoleh ke arah sang mama yang sedang menyandar pada kepala ranjang dengan tatapan kosong.
"Ma," panggil Davin. Bocah itu mengucek matanya menggunakan punggung lengannya yang gempal. "Mama..."
Dhara tersadar. "Apa, Sayang?"
"Avin mo pipis."
Bergegas, Davin dituntun menuruni ranjang. Usai memelorotkan celana piyama bocah itu, Dhara menyuruhnya masuk ke kamar mandi sendirian. Sejak berusia 18 bulan, Dhara telah membiasakan anak-anaknya untuk buang air ke kamar mandi. Pada usia yang ke-24 bulan, pemakaian popok Davin sedikit berkurang. Setidaknya Dhara bisa sedikit berhemat dengan mengurangi pembelian popok. Hanya terkadang, saat Davin tak sanggup menahan rasa ingin buang air kecil, bocah itu akan buang air kecil di celana. Oleh sebab itu, sampai sekarang Dhara masih menyediakan popok untuk anak itu.
"Ma, udaah..." Davin berseru dari dalam kamar mandi. Lamunan Dhara kembali terurai. Gadis itu bergegas masuk ke dalam kamar mandi, menyelesaikan ritual kecil Davin di dalam sana.
***
Aktivitas sebagai seorang ibu itu tak pernah ada habisnya. Apalagi Dhara adalah seorang ibu tunggal. Segala kebutuhan rumahtangga dan masalah anak-anak menjadi tanggungjawabnya seorang diri. Meskipun sukses tak tidur selama 24 jam, bukan berarti Dhara bisa melalaikan semua tugasnya begitu saja.
"Va, sepatunya dipake buruan, ya? Mama hampir telat." Dhara menitah Diva sedikit tergesa. Sembari memakaikan Davin kaos kaki dan sepatu, ia meminta Diva untuk bergerak cepat. Sejak tadi Pak Robby tak berhenti merecokinya agar menyerahkan segera berkas yang ada padanya pada beliau.
Dhara merasa jika Pak Robby benar-benar tidak menyukainya, sehingga selalu membuat Dhara kelimpungan seorang diri berharap gadis itu menyerah dan memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Bagi Dhara, apa yang telah diputuskan dan dijalani sejak awal tak akan membuatnya melangkah mundur apapun risiko yang dihadapi. Mau sebanyak apapun rintangan yang coba Pak Robby berikan, Dhara berjanji akan tetap bertahan. Lagipula, Pak Robby bukanlah CEO perusahaan. Beliau hanyalah kaki tangan CEO, sehingga tak berhak memberhentikan karyawan seenak jidat beliau. Oleh sebab itu, Pak Robby mencoba mencari jalan picik agar Dhara menyerah dengan sendirinya.
Apa motif dan tujuan Pak Robby yang sebenarnya, entahlah. Dhara tak ingin mengetahuinya dan tak ingin ambil pusing. Sudah cukup ia dipusingkan dengan masalah yang dihadapi akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated (Tamat) ✓
ChickLitAdhara Sabila Khairunnisa, merelakan sebagian kebebesannya demi membesarkan kedua anaknya tanpa seorang pendamping. Pada usianya yang ke-26 tahun, dirinya bekerja banting tulang sendirian demi menafkahi seorang putri berusia 9 tahun dan seorang putr...