"Untuk menerima kepergian itu susah, gk gampang , gk sebentar." ucap pria itu penuh makna, matanya menatap lurus pada satu titik. dibawah sebuah pohon rindang dengan terik matahari disebagian wajahnya, tidak membuatnya sama sekali terganggu.
wanita disampingnya pun sama.
hanya menatap pada satu titik, lurus kedepan, kesebuah taman kosong yang bahkan tidak ada sama sekali objek yang menarik.
rambutnya yang terurai panjang tertiup angin membuatnya sedikit berantakan."itu presepsi kamu yg notabenya yg meninggalkan, apalagi sebagai org yg ditinggalkan? ketika aku yg hrus lewatin hari2 karna kehilangan. apa kamu berfikir itu?" balas wanita itu dengan hati-hati pandangannya sama sekali tidak berpindah, pria disampingnya mengubah pandangannya, menatap wajah wanita itu dengan penuh arti.
"Ada alasan kenapa aku tinggalin kamu, susah jelasinya sih dan kamu udah gaperlu tau kan? Udah ada gantinya kan? sekarang kamu udah nemuin yang lebih baik, yang kamu mau. dia yang kamu maukan?"
sambil tersenyum sangat manis pria itu mengucapkan sebuah kalimat yang sedari dulu mengganjal dihatinya, yang sudah lama membuat harinya berantakan, yang membuat segala harinya terasa berat.
"aku ngerasain yang namanya hancur bgt, kandas. bahkan aku harus ngelewatin ribuan malem untuk berusaha ngelupain kamu, berusaha terbiasa tanpa kehadiran kamu lagi. sekarang kamu balik lagi, mengucapkan segala kalimat bahwa menerima kepergian tidaklah mudah. kenapa kamu kembali? seakan tidak ada rasa bersalah?"wanita itu kini berani menatap mata pria dihadapannya, mereka saling menatap penuh arti, tatapan yang dirindukan keduanya, tatapan yang dulu slalu menghiasi setiap harinya, tatapan yang menyorotkan kesedihan dan kebahagian, seakan semua kenangan yang berlalu terputar begitu saja dibola mata.
"sya, aku sampe skarang masih mikirin rasa bersalah aku karna ninggalin kamu dengan cara paling buruk. Untuk semua yang aku lakuin, aku juga hancur kok. Kalo gk karna alasanya hidup kamu, aku gakuat lakuin smuanya."pria itu memegang kedua pundak wanita yang kini hanya diam menunduk, menahan segala kesesakan, menahan segala sedih yang dia rasakan, menahan segala kebahagian yang akhirnya dapat bertemu dengan pria itu, lagi.
tak terasa air matanya mengalir deras, walau tanpa suara, getaran bahunya mampu membuat orang menyimpulkan bahwa dirinya memang menangis.
"jangan nangis, aku gasuka liat kamu sedih." ucapan lembut itu mampu menusuk relung hati gadis yang kini semakin sesegukan karna tangisannya, gadis itu dera anastasya.
"kamu orang terjahat sekaligus orang terbaik yang pernah singgah dihidup aku, sekarang kita harus bisa jalanin kehidupan yang udah jadi pilihan kita masing-masing, jalani hubungan kamu sama pasangan baru kamu, jangan pernah ngecewain dia, kalo emang dia salah perbaiki, jangan ditinggalin.. aku tau segala pilihan kamu yg milih akhirin hubungan kita itu pasti banyak perhitungan, aku tau kamu juga ngerasain sakitnya, tapi kamu lakuin semata mata buat kebahagiaan aku, iyakan?" tutur dera setelah meredam tangisannya, bian tersenyum sambil menggenggam erat tangan dera.
"Aku yakin pilihan kamu sekarang lebih baik dari aku, semoga dia bisa gantiin jagain kamu, semoga dia gapernah ngecewain kamu, jadi yg terbaik buat kamu. maafin kesalahan aku yang fatal, maafin cara aku yang ninggalin kamu dengan cara paling buruk. makasih kamu udah ngertiin aku, disaat aku sendiri ga bisa ngerti sama diri aku sendiri, kamu bener aku juga sakit aku juga ancur, dan ini berat jauh lebih berat dari pada yang aku bayangin, aku gktau kalo kita masih lanjut jalannya kaya gimana. semoga kamu slalu bahagia, jangan pernah sedih, disini ada aku yg slalu berharap kamu bahagia." setelah pria itu menyelesaikan ucapannya, tangis dera makin kenceng dan itu benar benar membuat pria itu, bian. merasakan sakit, merasakan sesak, merasakan semua penderitaan yang dera alami selama ini.
"bian slalu sayang syasya, walaupun sekarang kita cuma bisa saling menatap tapi bukan untuk saling menetap, percaya aja sya kalo kita jodoh kita bakal gandengan kalo ga jodoh, ya kita cuma bisa salaman aja." dera melepas perlahan tangannya yang digenggam erat, ia menghentikan tangisnya, dan tersenyum sangat manis.
"Bian jaga diri baik baik ya" hanya itu yang mampu dera ucapkan walau jauh dalam lubuk hatinya ada ribuan kata yang ingin ia ungkapkan, tapi saat ini bukan saat yang tepat, dia kalah dengan keadaan, dia rapuh, dia lemah.
"syasya jga diri juga ya"
*******
saat itu dia kembali, aku mencoba untuk memahami situasi bukan untuk mencoba ulang kembali.
perjalananku sudah terlalu jauh sangat membuang buang waktu jika harus memutar balik kembali.
aku menatapnya penuh arti, seakaan banyak yang ingin ku sampaikan tapi mulut ku terlalu enggan menyampaikan.
biarlah yang sudah terjadi, terjadilah.
tidak ada yang perlu dibahas kembali, perpisahan seperti apapun tetap akan menjadi perpisahan.biarkan berbagai alasan tersimpan dalam lubuk hati masing masing.
Hari ini tepat ke 2tahun aku sudah tidak lagi bersamanya, bersama bian. pria terbaik yang membuat ku merasakan patah hati terbaik.
setelah kepergiannya, aku enggan menjalin hubungan dengan orang baru lagi, bukan tidak ingin.
hanya saja aku lelah jika harus kembali menjatuhkan hati, aku lelah bermain lagi dengan hati, aku lelah.
hubungan ku dengan bian terbilang cukup baik, dua orang pemilik masalalu indah yang kini menjalani peran sebagai sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Boyfriend
Romance"mimpi terburuk adalah ketika mempunyai pacar yang memiliki sifat sangat posesif, namun mimpi yang lebih buruk dari itu adalah kehilangan sosok posesif itu." -dera anatasya-