Tentang bagas

9.7K 312 4
                                    

Jadi, ini cerita ku tentang bagas.

tentang sebuah persahabatan yang terjalin tanpa sadar adanya sebuah perasaan.

tentang kekecewaan dan penyesalan.

tentang kedatangan dan kepergian.

tentang senyuman dan sebuah tangisan.

dulu, aku dan bagas slalu menghabiskan waktu bersama, setiap harinya.

saling meluapkan perasaan yang dirasakan, saling bercerita tentang yang dialami, setiap hari.

terkadang, seseorang menyepelekan kehadiran orang yang slalu berada disisinya, menganggap semuanya akan menetap, memanggap semuanya akan sama.

tanpa pernah tau suatu saat ia akan merasakan penyesalan tentang pemikirannya itu.

dan ternyata aku adalah salah satu orang yang menyesal itu.

kau tau?

setiap yang datang pasti akan pergi.
setiap yang ada pasti akan menghilang.
setiap yang dimulai pasti akan berakhir.

mungkin, jika ada orang yang bilang dalam pertemanan cewe dan cowo mustahil jika tidak ada sebuah perasaaan, ya itu memang benar adanya.

mungkin tidak saat sedang bersama, bisa jadi saat sudah saling berjauhan.

seperti itu yang aku rasakan.

dulu, bagas pernah berkata ia menyayangiku, aku tertawa mendengar itu, begitu lucu menurutku.

ia hanya tersenyum, lalu tertawa hambar, aku memeluknya sambil berkata
"emang ada sahabat yang ga sayang sama sahabat nya sendiri? hahaha gua juga sayang lo lah gila" ia hanya diam, sambil memeluk ku erat, tanpa kata. tanpa ekpresi yg bisa kulihat, aku terdiam melihatnya diam, tapi ia tak juga melepaskan pelukan itu.

"Der?"dia berucap dengan pelan, berbeda dengan biasanya yang akan menyebalkan dengan segala panggilan aneh yg ia lontarkan kepadaku.

aku semakin bingung, aneh sekali dia hari ini.

"Iyaa gas?"aku mencoba melepas pelukan itu, tapi ia menahannya dan semakin memeluk erat.

"janji sama gua, kalo kita gabareng lagi lo akan baik baik aja." ucapannya membuatku menyirit, aku menggigit bahunya, dan pelukan itu langsung terlepas.

"lo drama tau ga si, lo mau kemana? emang lu pikir gua bakal gmna kalo lo pergi?nangis-nangis gitu? idih ogah, mendingan gua nonton korea deh nangis gua lebih bermanfaat, dri pda nangisin lo" itu yang aku ucapkan dengan nada guyonan seperti biasa, aku tak pernah berfikir sebelumnya bahwa itu hari terakhir kita ketemu.
hari terakhir kita mengobrol.
hari terakhir kita berpelukan.
hari terakhir kita saling mengucapkan kata sayang tanpa ada kata perpisahan.

esoknya seusai kejadian malam itu, aku bangun dipagi hari, aku membuka jendela, mengintip kamarnya yang berada tepat depan kamar ku, biasanya aku akan berjalan melewati genting, menyelinap masuk lewat jendelanya yang tidak pernah terkunci sama sekali, sengaja katanya, biar aku bisa dateng tiba tiba.

namun hari itu ada yang berbeda, saat melihat kebawah ada sebuah mobil dengan membawa beberapa barang barang yang aku kenali adalah miliknya, milik bagas.

tanpa pikir panjang aku langsung berlari kebawah, menghampiri rumahnya.

aku melihat hanya ada beberapa tukang yang sedang mengangkut barang, tidak ada bagas, tidak ada keluarganya.

kemana mereka?

"pak ini kenapa barangnya dibawain ya?" aku mencoba menanyakan kesalah satu pria yang sedang membawa sebuah lemari kecil, yang memang tidak akan berat jika harus dibawa sendirian.

"eh ini neng, kan yang punya pindah, ya masa barangnya ga dibawain neng."

"Hah pindah?" aku kaget, benar benar kaget, sebelumnya tidak pernah mengungkit masalah jika bagas akan pindah, saat itu aku benar benar hancur, entahlah.

"iyaa neng, yang punya pindah kebandung. udah dulu ya neng, berat ini bapak." kata bapak bapak itu sambil membawa lemari dan menaruhnya di mobil.

aku berjalan dengan lemas, bahkan terkesan memaksakan berjalan, pandangan ku kosong, pikiran ku menerawang, mengingat kembali masa masa bersama bagas setiap harinya.

ini adalah pertama kali aku merasakan perpisahan paling menyedihkan, perpisahan paling meninggalkan luka.

"AAAAAAA BAGASSSSSS" aku berteriak dengan keras, memaksakan membuka mata ku untuk melihat dunia, mimpi buruk itu lagi.

aku segera mengambil air minum  yang berada tepat disamping ku, meminumnya dengan brutal, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh muka.

mimpi itu terasa nyata, mimpi itu terus terjadi, seperti sebuah kaset yg sedang berputar menampilkan memori masalalu.

dan kini, aku disini hanya bersama kenangan.

My Posesif BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang