jadi

5.6K 245 13
                                    

siang ini begitu terik, matahari seperti berada diatas kepala.

dengan sebuah tumpukan buku, seorang gadis menutupi kepalanya.

berkali kali ia melirik kanan dan kiri

begitu lemahnya dia bahkan hanya untuk nyebrang pun ia takut.

selangkah 2langkah ia maju
namun 3langkah ia mundur

tidak ada motor atau mobil yang mau mengalah.

"Huftttttt" ia mendengus beberapa kali, nyesel mengambil keputusan untuk pergi kemana mana sendiri.

dengan sebuah keajaiban bagi dera anastasya ia mengunjungi sebuah toko buku, sendirian.

mencari beberapa buku untuk ia pelajari.

pasalnya ia ingin membuat bian menyesal namun dengan cara berkelas.

namun nyatanya, apa yg bisa dibanggakan dari seorang yg bahkan menyebrang saja takut.

"Ayo" seseorang menarik lengannya, menyebrang dengan mudahnya tanpa peduli klaskon motor dan mobil yang egois.

ia berjalan dengan santai, sambil menggenggam tangan dera.

dera hanya diam menatap lengannya yang kini berada digenggaman pria yg ia pikir tidak akan menggegamnya lagi.

"bian?"kata dera setelah mereka tiba disebrang jalan.

pria itu melepas genggamannya. dan membuang muka, tidak menatap dera sama sekali bahkan sejak tadi.

"lo rapuh, lo butuh pendamping yang jagain lo, gua gamau lo kenapa kenapa, jangan kemana mana sendiri, tugas gua udah selesai jagain lo, cari orang yg bersedia jagain lo." kata bian dalam tanpa melirik dera sama sekali, rasanya dera ingin menangis saat itu juga

kalo dia tau dera rapuh dan butuh seseorang, mengapa dia harus meninggalkan?

tanpa sadar dera mengeluarkan air mata, air mata yang sejak kemarin marin selalu dia tahan.

bian tidak sama sekali berniat menghapus air matanya sama sekali, bahkan meliriknya dera pun tidak, tatapannya fokus kedepan.

"kenapa bian jahat bgt sama syasya, kenapa bian ninggalin syasya gtu aja syasya salah apa sama bian hikss" kata dera pilu diiringi isak tangis, bian masih diam.

suasana disebrang sepi, mereka memang sudah memasuki gang kecil yang jarang dilewati orang.

membuat dera tidak perlu memikirkan reputasinya didepan orang lain.

"gua gabisa penuhin kebutuhan lo, banyak orang yg bisa ngelakuin itu, bukan gua, gua sadar selama ini sikap gua cuma buat lo kekang, lo sekarang bebas, tanpa perlu takut, harusnya dari dulu gua ninggalin lo" kali ini bian menatap dera dalam, tatapan penuh arti yang sama sekali dera tidak paham artinya apa, yang jelas ucapan bian membuatnya semakin menangis.

"semoga bian bahagia ya walau bukan sama syasya, cari yang lebih baik dari syasya, yang lebih bisa rubah bian jadi lebih baik, cari cewe yang lebih bisa buat bian nyaman dan gabuat bian ninggalin dia, intinya syasya gamau bian jadi kaya dulu lagi, syasya gamau semua yang syasya lakuin selama ini buat rubah bian, sia sia. syasya sayang bian hikss hiksss"

rasanya itulah kata yang sedari kemarin yang ingin ia ucapkan, sekarang bebas keluar, tanpa jeda, dengan lancar.

karna sebenci apapun dera, ia masih menyimpan perasaan perasaan yang begitu dalam dengan bian.

terbiasa tanpanya bukanlah suatu hal yang mudah, semudah membiasakan diri dulu saat kehadirannya.

bian slalu menjadi orang yang hadir tiap harinya selama berapa tahun terakhir ini, dan kini dera harus melepasnya.

My Posesif BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang