1

4.8K 363 26
                                    

«●»

Siang itu lebih sejuk dibanding siang-siang lainnya, angin berhembus lebih kencang dari biasanya, dan hari lebih cerah dari hari-hari lainnya. Canda tawa sebagian mahasiswa terdengar kemanapun kaki melangkah. Stan-stan kegiatan mahasiswa di dirikan di sepanjang jalan menuju Rektorat. Stan makanan, stan minuman, stan foto, stan permainan bahkan pameran seni rupa buatan mahasiswa ada disepanjang jalan itu.

Seluruh mahasiswa terlihat sangat bahagia, tidak terkecuali Lalisa Kim. Gadis yang akrab di sapa Lisa itu terlampau senang karena untuk kali pertama, ia di izinkan memamerkan hasil karyanya.

Lisa mengambil jurusan seni teater di kampus itu, namun setelah ia mulai berkuliah, ada hobi lain yang menarik untuk di gelutinya. Begitu berbaur bersama mahasiswa lainnya, gadis itu tertarik pada seni rupa dan mulai menggelutinya.

"Apa ini di jual?" tanya seorang pria yang siang itu berkunjung ke stan club seni rupa. Dari seluruh lukisan, keramik bahkan pahatan yang di pajang disana, pria itu justru tertarik pada sebuah patung berbentuk kepala seorang pria. Berbeda dari patung lainnya, patung itu terlihat seperti sebuah tengkorak berwajah. Tengkorak dengan hidung, bibir dan mata namun ada luka besar di puncak kepalanya.

Dibelakang pria yang bertanya itu, ada segerombolan orang yang mengekorinya. Segerombolan pengikut berdiri dan berbisik dibelakang mahasiswa paling terkenal itu. Mahasiswa paling terkenal itu Kwon Jiyong, ia sudah sangat terkenal bahkan sebelum mulai berkuliah. Penyebar virus kpop, begitu orang-orang menyebutnya. Usianya sedikit lebih tua dibanding anak-anak seangkatannya ketika ia mulai berkuliah. Debut bersama Big Bang membuatnya memilih untuk menunda dulu kuliahnya.

"Maaf, tapi untuk yang satu itu tidak di jual," jawab seorang mahasiswa yang menjaga stan itu. Mahasiswa itu terlihat gugup, tentu saja gugup karena semua orang yang mengelilingi stannya pasti ingin mendapat kesempatan bicara dengan sang bintang.

"Kenapa?" tanya Jiyong, ia menginginkan patung itu begitu melihatnya. Seperti cinta pada pandangan pertama. Ia menginginkan patung itu seakan patung itu dapat mengalirkan sihir yang membuatnya dapat selalu bahagia. "Aku sangat menginginkan patung itu,"

"Ah begitu?" tanya canggung si mahasiswa. Seakan tahu si penjaga stan akan kesulitan meladeninya, Jiyong tersenyum, mencoba memikat penjaga stan itu untuk memberikan apa yang di inginkannya. "Tapi pembuat patung ini hanya ingin patungnya di pajang, bukan di jual,"

"Kalau begitu bolehkah aku bertemu dengannya? Mungkin dia akan berubah pikiran kalau aku menemuinya secara langsung," pinta Jiyong dengan senyum memabukan yang membuat si penjaga stan kewalahan.

"Panggilkan Lisa, di stan makanan," ucap si penjaga stan pada seorang juniornya. Tidak bisa, ia tidak bisa menolak memberikan keinginan si bintang.

Tidak lama, si pembuat patung datang dengan sedikit tergesa.

Bagi si pembuat patung, patungnya itu tidak cukup bagus untuk di jual, patungnya tidak cukup layak untuk di beli seorang bintang seperti G Dragon.

"Aku akan membayarnya, berapapun harganya," ucap Jiyong yang tanpa sadar melupakan keinginan awalnya.

Sama seperti ketika ia jatuh pada patung itu di tatapan pertama, melihat pembuatnya pun membuatnya jatuh hati.

"Maafkan aku, ini patung pertama yang ku buat," jawab Lisa berusaha tetap sopan pada pria yang tidak berhenti menatap patung buatannya. "Aku tidak bisa menjual patung ini karena... karena patung ini sangat berharga,"

"Kalau begitu bolehkah aku meminta nomor telponmu? Aku akan menghubungimu beberapa hari lagi dan ku harap saat itu kau berubah pikiran," jawab pria itu. Ia tidak bisa menyerah. Ia tidak bisa menyerah pada patung dan pembuatnya itu.

"Baiklah,"

Cinta pada pandangan pertama. Jiyong tidak pernah mempercayai dongeng itu sebelumnya. Bagaimana seseorang dapat menyintai seseorang lainnya dalam pertemuan pertama? Tidak masuk akal, bagi Jiyong itu tidak masuk akal.

Akan tetapi, sama seperi ketika ia pergi berbelanja dan jatuh hati pada sebuah barang, harinya tidak akan baik-baik saja sampai ia memiliki barang yang di inginkannya itu.

Sama seperti sepasang puzzle yang sudah di takdirkan untuk bersama, tidak dapat di jelaskan tapi saat itu Jiyong dapat mengenalinya, separuh kebahagiaannya.

Tanpa alasan...

Saat itu Jiyong menginginkan patung itu beserta pembuatnya.

Hari-hari berlalu, namun si pembuat patung tidak juga mengizinkannya memiliki patung itu. Hari-hari berlalu namun ia tidak dapat melupakan patung itu. Ia sangat menginginkannya. Amat sangat ingin.

"Baiklah, kalau kau terus memaksa," ucap Lisa pada akhirnya. Ucap Lisa setelah selama 2 minggu seorang pria terus datang dan memohon untuk membeli patung buatannya. "Tapi kalau kau menginginkan patung itu, kau harus menginginkanku juga. Kalau kau mau membawa patung itu, kau harus membawaku juga,"

«●»

Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang