«●»
Lisa tidak pernah merasa hatinya sehancur malam ini.
Ia mengikuti Jiyong malam ini.
Lisa diam-diam mengikuti Jiyong sampai ke auditoirum.
"Anniyo," gumamnya sembari berjalan menjauhi auditorium. "Itu hanya latihan, itu ada didalam naskah," ucapnya meyakinkan dirinya sendiri walaupun ia tahu kalau Jiyong juga memberinya tatapan itu setiap kali akan menciumnya.
"Itu hanya latihan, itu hanya latihan," ucapnya berulang-ulang sembari berjalan menjauhi auditorium.
Di dekat pintu utama gedung teater itu, ia melihat poster Unchain dan amarahnya sekeketika meluap. Dengan marah, dengan perasaan kalutnya, ia mengulurkan tangannya dan merobek poster itu.
Selama delapan tahun berkencan dengan Jiyong, ini bukan kali pertama Jiyong terlalu larut dalam perannya. Namun Lisa tidak pernah merasa sehancur ini sebelumnya. Selama ini, Jiyong tidak pernah mencium lawan mainnya. Mungkin kalau lawan mainnya bukan Taehyung, Lisa tidak akan sesedih malam ini. Mungkin kalau lawan main Jiyong seorang wanita, Lisa tidak akan sekalut malam ini.
Setibanya di rumah, gadis itu masuk kedalam kamar mandinya, mengisi westafel dan menenggelamkan kepalanya disana. Ia harus sadar. Ia harus bangun dari mimpi buruk itu.
Keesokan harinya, Lisa membuka matanya setelah merasakan gerakan Jiyong disebelahnya. Lisa sempat tidur? Mana mungkin. Gadis itu hanya menutup matanya selama sisa malam, berpura-pura tidur bahkan ketika ia merasakan Jiyong datang dan kembali berbaring di sebelahnya tanpa mengatakan apapun, tanpa memeluknya, tanpa mengusiknya.
"Temani aku, sebentar lagi," pinta Lisa sebelum Jiyong yang bangun beranjak bangkit dan turun dari ranjang.
Jiyong berbaring tepat di sebelah Lisa. Namun pria itu hanya diam menatap langit-langit kamar Lisa. Ia gugup juga merasa bersalah. Ia sudah gila, pikir Jiyong yang kini tidak sanggup untuk melihat Lisa.
Dengan hati yang masih sama hancurnya dengan semalam, Lisa memeluk Jiyong. Mati-matian Lisa berusaha untuk tetap tenang.
Dengan tenang gadis itu menahan dirinya. Lisa mencium pipi Jiyong, sampai kedagunya dan naik ke atas pria itu. Menindih Jiyong kemudian duduk di perut pria itu sembari berusaha menciuminya.
Biasanya Jiyong akan langsung merespon. Seburuk apapun keadaan mereka, Jiyong tidak akan membiarkan Lisa menciuminya seperti itu, Jiyong tidak akan membiarkan Lisa terus berada diatasnya.
Namun pagi ini berbeda.
Pagi ini Jiyong sama sekali tidak bergeming bahkan ketika Lisa dengan putus asa mengarahkan tangan Jiyong untuk menyentuhnya. Dengan putus asa, Lisa berharap Jiyong akan menyentuhnya dan memperlakukannya seperti pria normal lainnya.
Bukan tidak tergoda. Sikap Lisa saat itu tentu saja membuat Jiyong tergoda. Namun rasa putus asa dan kecewa yang Lisa tunjukan dengan gerakannya membuat Jiyong berharap dirinya mati saat itu juga. Jiyong tidak dapat menahan rasa bersalahnya. Jiyong tidak sanggup menyentuh Lisa sementara hatinya merasa sangat bersalah pada gadis itu.
"Kenapa oppa tidak mau melihatku?" tanya Lisa yang kemudian menyerah, karena Jiyong tetap membatu bahkan ketika ia membuka kemeja pria itu. "Sekarang aku sudah berada di ujung tebing, jangan mendesakku untuk pergi lebih jauh lagi," pinta Lisa namun kata-katanya itu tidak cukup untuk membuat Jiyong kemudian mau menyentuhnya.
Lagi-lagi...
Untuk kedua kalinya, Lisa kembali hancur.
«●»
Di pagi yang sama, Jiyong kembali ke apartementnya setelah Lisa menyuruhnya pergi.
Jiyong tidak punya alasan untuk tetap berada disana walaupun ia ingin.
Jiyong harus pergi dan menyadarkan dirinya sendiri. Jiyong harus pergi agar bisa menghindari Lisa dan rasa hancurnya.
"Kau sudah gila. Kau benar-benar gila Kwon Jiyong!" maki pria itu pada dirinya sendiri sampai seseorang menekan bel pintu rumahnya. Awalnya Jiyong merasa senang karena mungkin Lisa yang datang. Namun begitu ia bangkit dari duduknya, ia ingat kalau Lisa tidak akan menekan bel.
Perasaan Jiyong kemudian menjadi semakin berantakan, campur aduk ketika ia melihat Taehyung dari intercom. Taehyung berdiri didepan apartementnya dengan senyum khasnya.
"Hyu-" sapa Taehyung terpotong oleh gerakan Jiyong yang tiba-tiba menarik pria itu masuk kedalam apartementnya dan memojokannya di dinding usai pintu depan tertutup.
Jiyong menatap Taehyung dengan tatapan tajamnya. Mengamati ekspresi bingung dari pria di hadapannya kemudian membuka mulutnya usai ia merasa lebih baik.
"Apa kau gay?" tanya Jiyong, terdengar sangat jelas di telinga Taehyung.
"Tidak," jawab Taehyung tidak kalah tegas dengan pertanyaan Jiyong. "Aku tidak menyukai pria. Aku hanya menyukaimu, hyung," lanjutnya seperti sihir yang kemudian menjerat Jiyong.
Seperti dalam naskah, Walter jatuh untuk Singer.
Ucapan Taehyung sudah menjerat Jiyong, namun sepertinya itu tidak cukup untuk Taehyung. Keheningan yang mencekik mereka kemudian membuat Taehyung nekat mencium Jiyong. Sebuah ciuman yang kemudian mengunci Jiyong dalam hubungan berbahaya itu. Sebuah perasaan aneh yang kemudian menyekap Jiyong dalam fantasi liar bersama Taehyung.
Seperti dalam naskah, kini Singer berhasil merebut Walter dari Clare.
Seperti dalam naskah, Singer berhasil menjebak Walter dalam permainannya, namun Singer pun ikut terjebak dalam permainannya sendiri.
Masih di hari yang sama, demi menutupi rasa bersalah Walter pada Clare, Singer mengajak Walter bersenang-senang. Berdua. Layaknya sepasang kekasih yang punya dunia mereka sendiri.
«●»
Part selanjutnya ending
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Story
FanfictionShort story berdasarkan film Methods. Disini, Methods versi Jiyong x Lisa