«●»
Berawal dari ketidak percayaan Jiyong atas sumber cincin Ruby yang Lisa pakai, kini Lisa merasa kalau hubungannya dengan Jiyong mulai merenggang. Sebelumnya Jiyong bukan pria pencemburu, tapi akhir-akhir ini Jiyong sedikit berbeda.
"Ada apa denganmu hyung?" tegur Taehyung setelah Jiyong turun dari atas panggung. Sudah beberapa hari Jiyong terlihat sulit di dekati.
"Tidak ada, kau sudah bekerja keras-"
"Apa kau berbaikan dengan Lisa?" potong Taehyung yang kemudian menaruh naskahnya. "Bertengkar dengan kekasihmu memang tidak menyenangkan, tapi bolehkah aku mengatakan sesuatu padamu hyung?" tanya Taehyung namun Jiyong tidak menjawabnya, Jiyong menunggu Taehyung menyelesaikan ucapannya.
"Sesuatu yang selalu berjalan sebagaimana mestinya, terus berulang-ulang, sering kali membosankan," ucap Taehyung dengan nada biacara yang lebih berhati-hati dibanding biasanya. "Kalian sudah lama berkencan dan bisa saja Lisa... mungkin sedang bosan sekarang? Karena itu bukankah akan lebih baik kalau untuk sementara waktu kau membiarkannya sendiri? Kalau kau selalu ada untuknya... dia-"
"Aku mengerti, terimakasih untuk saranmu," ucap Jiyong yang kemudian menepuk bahu Taehyung. "Aku punya janji lain sekarang, aku duluan," pamit Jiyong yang kemudian meninggalkan Taehyung di belakang panggung.
Hari menjelang gelap ketika Jiyong memarkir mobilnya di halaman rumah Lisa. Pria itu keluar dari mobilnya dan melihat Lisa berdiri di balkon rumahnya. Gadis itu tengah menelpon seseorang dan langsung mematikan panggilannya begitu ia melihat Jiyong datang.
"Oppa!" sapanya sembari melambaikan tangannya pada Jiyong yang berdiri di bawah.
Hanya dengan sebuah senyum simpul Jiyong menanggapi sapaan Lisa. Pria itu melangkah masuk kedalam rumah Lisa, namun tidak naik ke lantai dua untuk menemui Lisa, sampai Lisa yang kemudian harus turun dari lantai dua untuk menghampiri Jiyong.
"Oppa, kau sangat sibuk akhir-akhir ini, apa semuanya baik-baik saja?" tanya Lisa sembari menghampiri Jiyong yang sedang mengambil beberapa buku di rak ruang tamu.
"Hm... semuanya baik," jawab Jiyong terdengar lebih dingin dari biasanya.
"Hm... kedengarannya tidak baik, tapi oppa tahu kan kalau oppa bisa mengatakan apapun padaku? Beritahu aku kalau oppa butuh-"
"Besok aku akan pemotretan untuk poster pementasannya," potong Jiyong. "Mungkin aku tidak akan sempat untuk mampir,"
"Besok? Aku ingin menemanimu, tapi besok aku harus-"
"Ya, tidak perlu datang. Urus saja urusanmu," potong Jiyong yang kemudian menatap Lisa setelah mendapatkan beberapa buku yang dibutuhkannya. "Aku hanya datang untuk mengambil ini, jangan lupa makan malam, aku pergi dulu,"
"Secepat itu? Oppa tidak ingin makan malam disini?" tanya Lisa sembari mengekori Jiyong yang berjalan keluar dari rumah itu. "Sepertinya malam ini aku harus makan sendirian lagi, tapi jangan khawatir... aku bisa makan sambil menonton TV, pergilah kalau oppa memang benar-benar sibuk," ucap Lisa yang berusaha keras untuk memaklumi kesibukan Jiyong. Toh biasanya Jiyong bisa jauh lebih sibuk sampai tidak sempat menelponnya.
"Hm... aku pergi," ucap Jiyong sembari mengusap lembut bahu Lisa. Lisa tersenyum, tidak ada apa-apa, Jiyong hanya stress dan sibuk dengan pekerjaannya, pikir Lisa berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Sudah delapan tahun Lisa berkencan dan mengenal Jiyong, ia sudah sering melihat perubahan Jiyong dan walaupun kali ini Jiyong terlihat berbeda, Lisa masih berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau tidak akan ada hal buruk yang dapat terjadi. Hubungan mereka akan kembali baik-baik saja setelah Jiyong dapat berfikir dengan jernih, pikir Lisa.
"Oppa, mengenai pernikahan... bisakah kita membicarakannya? Ketika oppa sudah tidak lagi sibuk," panggil Lisa sebelum Jiyong masuk kedalam mobilnya. "Sebenarnya aku-"
"Tidak perlu merasa terbebani dengan ucapanku kemarin, aku hanya lelah dan salah paham saat itu," potong Jiyong dan Lisa mau tidak mau harus mengangguk, mengiyakannya walaupun ia sadar kalau Jiyong masih terganggu karena masalah itu.
Lagi-lagi Lisa berusaha memahami Jiyong.
Malam harinya, Jiyong sama sekali tidak menghubungi Lisa. Malam harinya, Lisa yang tidak dapat menahan dirinya dari rasa tertekan karena perubahan tiba-tiba Jiyong kemudian menghubungi seorang temannya. Lee Joongi, pria itu adalah ayah dari muridnya, Lee Yerin.
Lee Joongi adalah senior Lisa di sekolah dasar sampai sekolah menengah. Dulu keduanya tinggal di lingkungan yang sama. Lee Joongi seorang anak dari pengusaha kaya raya, sayangnya, dua hari setelah hari kelulusan sekolah menengah atasnya, ia di jodohkan— layaknya para penerus perusahaan di berbagai cerita.
"Yerin sudah tidur?" tanya Lisa setelah Joongi datang dan duduk di hadapannya. Di sebuah mini bar, di rumah Joongi.
"Dia pergi menginap di rumah kakeknya," jawab Joongi yang kemudian bangkit dan berjalan ke lemari penyimpanan winenya. "Apa yang kau inginkan malam ini?"
"Coklat hangat?"
"Coklat? Kau bilang sedang stress, kau datang untuk minum coklat?" tanya Joongi yang kemudian menatap Lisa dengan wajah tidak percaya.
"Hm... aku ingin minum coklat hangat dengan marshmallow," jawab Lisa dan Joongi mau tidak mau menurutinya. Pria itu berjalan kedapur rumahnya dan Lisa mengekorinya. "Saat pertama kali kau di paksa menikah, apa yang kau pikirkan?"
"Kenapa? Kekasihmu mengajakmu menikah? Menikah saja, kau sudah cukup dewasa untuk menikah," ucap Joongi yang kemudian membuatkan Lisa secangkir coklat hangat. "Tapi kenapa kau tidak mengenalkanku pada kekasihmu? Maksudku, aku tahu siapa kekasihmu. Tapi bukankah kau seharusnya mengenalkan kami? Agar dia tidak salah paham,"
"Bagaimana? Oppa, kenalkan, ini Joongi, sahabatku sejak aku kecil, dia tetanggaku dan kami tidak terpisahkan sejak kecil, begitu?" ucap Lisa. "Jiyong oppa tidak akan menyukainya. Terutama sekarang. Sekarang dia berteman dengan seorang pria, seusiaku. Tapi setiap kali aku melihat temannya itu, aku merasa seperti ada yang salah dengannya. Pria itu seorang idol, yang sekarang mencoba dunia akting dan akan beradu peran dengan Jiyong oppa, tapi-"
"Kim Taehyung?"
"Oppa mengenalnya?"
"Ya, dia salah satu model di perusahaanku," jawab Joongi yang kemudian memberikan secangkir coklat hangat pada Lisa. "Cincin Ruby yang ku berikan padamu terakhir kali, kau ingat? Taehyung yang merekomendasikan cincin itu pada Yerin, kau tahu kan kalau Yerin sangat ingin dekat denganmu? Beberapa hari sebelum lomba teater itu, Yerin bersikeras ingin membelikanmu sesuatu yang cantik. Dia beberapa kali datang ke kantor untuk mengajakku membelikanmu hadiah, tapi aku sibuk dan secara kebetulan Taehyung menawarkan diri mengantar Yerin. Saat itu Taehyung baru selesai pemotretan kalau aku tidak salah,"
Cerita Joongi membuat Lisa merasa kalau Taehyung memang aneh. Merasa kalau ada yang salah dengan Taehyung.
"Apa yang membuatmu merasa Taehyung aneh? Dia hanya merekomendasikan sebuah cincin yang cantik, kau menyukai cincinnya?"
"Haruskah aku menjawabnya? Kau sangat tahu bagaimana seleraku oppa,"
"Kau tidak suka? Ya. Kau tahu cincin itu lumayan mahal, berpura-puralah menyukainya... aku sudah berusaha keras menahan malu ketika memberikan cincin itu padamu,"
"Tsk... kau sangat menyayangi Yerin huh? Kau tidak akan mau repot repot memberikan itu untukku kalau bukan karena Yerin,"
"Sudah jelas kan? Dia anakku," jawab Joongi. "Dan dia sudah menyelamatkanku dari si penyihir itu... jadi appa tunggal jauh lebih menyenangkan dibanding harus berbagi ranjang dengan si penyihir itu,"
"Kau membencinya tapi tetap menghamilinya, omong kosong oppa,"
«●»

KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Story
FanfictionShort story berdasarkan film Methods. Disini, Methods versi Jiyong x Lisa