«●»
Latihan di mulai, namun suasana tidak juga membaik. Keadaan tetap canggung dan sutradara Jung tetap memulai latihan pertama. Latihan pertama mereka adalah membongkar naskah, mencari bagian-bagian yang terasa kurang pas dan menggantinya, menyesuaikannya dengan kenyamanan semua orang.
"Baiklah, jadi Taehyung yang akan memerankan tokoh Singer. Dia yang akan mencoba mengungguli Walter namun gagal," ucap Joonyoung setelah semua orang membuka naskah mereka masing-masing. "Kemudian Jiyong yang akan memerankan Walter, yang terbaik diantara yang terbaik," lanjutnya kemudian bertepuk tangan dan membuat tim produksi lainnya ikut bertepuk tangan— kecuali Jiyong yang sudah kehilangan moodnya hari itu dan Taehyung yang sejak awal tidak ingin ada disana.
"Ng... mari kita mulai ke bagian yang dirubah, pertama halaman delapan," ucap sutradara Jung di susul semua orang yang mulai membuka naskah mereka masing-masing, kecuali Taehyung.
"Halaman delapan," ulang asisten sutradara— Kim Jisoo— yang duduk di sebelah Taehyung, gadis itu membantu Taehyung membukakan naskahnya namun yang dibantu sama sekali tidak bergeming.
Sutradara memberikan pengarahan mengenai perubahan itu, dan semua orang mencatatnya, kecuali Taehyung— lagi-lagi. Jisoo sebagai orang duduk di sebelah Taehyung, memberitahu Taehyung kalau ia harus mencatatnya namun sama sekali tidak ada respon dari Taehyung. Karena sudah terlanjur bicara pada Taehyung, dengan ragu, Jisoo ingin menawarkan dirinya untuk membantu Taehyung menulis. Sayangnya, tatapan tajam Jiyong membuatnya tidak berani membantu Taehyung. Tatapan Jiyong terasa seperti sebuah larangan, larangan untuk semua anggota tim produksi yang ingin menolong Taehyung.
"Biar aku saja, aku yang akan menuliskannya," ucap manager Taehyung mengalihkan perhatian semua orang yang mulai risih dengan sikap artisnya.
Akhirnya latihan perdana mereka pun selesai. Butuh lebih dari 8 jam untuk membongkar naskah berjudul Unchain itu. Dan begitu latihannya selesai, dengan mobilnya, Jiyong mendatangi rumah Lisa. Lisa tinggal tidak jauh dari gedung teater tempatnya berlatih, gadis itu tinggal di sebuah rumah dua lantai dengan sebuah gudang seni kecil di halaman rumahnya.
Lisa mendalami seni teater semasa kuliahnya, ia sempat bekerja sebagai asisten sutradara namun kini memutuskan untuk berhenti. Dibanding membongkar naskah-naskah, mengatur adegan dan mengurus sebuah pementasan, Lisa lebih suka berada di gudang seninya, memahat dan membuat boneka kayu, memutar piringan dan membentuk segumpal tanah menjadi keramik-kemarik dan akhir-akhir ini ia sedang senang melukis.
Untungnya tidak ada yang keberatan dengan hobi Lisa itu. Jiyong menyukainya, Jiyong suka melihat gadisnya sibuk melakukan sesuatu di gudang seninya. Baginya, Lisa sempurna dengan apapun yang dilakulan gadis itu.
"Sayang!" seru Jiyong sembari membuka pintu gudang seni Lisa. Ia berniat mengagetkan Lisa disana, namun tidak menemukan siapapun didalamnya.
Gudang seni itu berupa sebuah bangunan kecil yang hanya memiliki satu ruangan besar. Sebuah sofa di letakan di sudut dekat pintu, perlengkapan melukis di sudut kiri-belakang dekat jendela, perlengkapan memahat ada di kanan-belakang berupa sebuah meja kayu yang terlihat kokoh dan perlengkapan membuat keramik ada di depan sofa, di sebelah kanan-depan bangunan itu. Sayangnya, Lisa tidak punya tungku untuk membakar keramik-kemariknya, jadi ia memakai sebuah drum besar di sebelah gudang untuk membakar karya-karyanya.
"Ya! Apa yang oppa lakukan disana?!" teriak Lisa dari lantai 2 rumahnya. Gadis itu berdiri di balkon rumahnya dengan sebuah celemek panda di tubuhnya. "Sejak kapan rumahku pindah kesana? Kemarilah! Aku sedang memanggang kue!"
"Heish! Arraseo, aku kesana!" balas Jiyong yang kehilangan kesempatannya untuk mengejutkan Lisa. Pria itu pikir, Lisa sedang sibuk dengan lukisannya.
Jiyong masuk kedalam rumah Lisa, bersamaan dengan si pemilik rumah yang sedang menuruni tangga dan akan kembali ke dapur.
"Aku menyerah dengan lukisanku dan memutuskan untuk memanggang kue 10 menit yang lalu," ucap Lisa sembari memeluk Jiyong. Gadis itu memberikan sebuah kecupan singkat di bibir Jiyong namun bergegas melepaskan diri ketika Jiyong ingin melumat bibirnya. Gadis itu bergegas menuju ovennya dan mengeluarkan beberapa kue kering dari dalam sana. "Untung saja tidak hangus," ucap gadis itu sembari menunjukan kuenya pada Jiyong.
"Kurasa kau tidak membuat kue sayang, kau hanya mencampurkan biskuit-biskuit yang sudah matang dan memanggangnya lagi," komentar Jiyong setelah ia melihat beberapa bungkus biskuit di tempat sampah. "Ada cookies dengan choco chips, oreo, lalu menambahkan coklat dan marshmallows, iya kan?"
"Aku ingin menambahkan es krim seperti video di instagram tapi ternyata aku tidak punya es krim," jawab Lisa sembari menatap hasil karyanya. "Ini sama sekali tidak terlihat enak seperti di video," gumamnya.
"Mau ku pesankan pizza saja?"
"Ayam goreng, pesankan ayam goreng saja," jawab Lisa sembari melepaskan celemeknya kemudian memeluk lengan Jiyong dan mengajak pria itu ke lantai dua, ke ruang keluarga di lantai dua rumahnya. "Ayo menonton film bersama ayam goreng dan beer,"
"Hm... apapun untukmu," jawab Jiyong sembari mengikuti gadis itu. Ada dua kamar tidur, sebuah kamar mandi dan sebuah ruang tengah di lantai dua. Menonton TV di ruang tengah lantai dua— sebut saja ruang keluarga— lebih nyaman dibanding di lantai 1. Di lantai dua lebih redup dibanding lantai satu, sebuah karpet bantal empuk berbentuk bunga menjadi alas mereka menonton TV dan sebuah kulkas kecil berisi berbagai minuman dingin dapat dengan mudah mereka jangkau disana. Lantai dua memang khusus dibuat untuk bermalas-malasan.
"Bagaimana latihan tadi?" tanya Lisa setelah ayam mereka datang dan film mereka di putar. "Menyenangkan?"
"Tidak juga, Kim Taehyung itu terlambat,"
"Ah... dan moodmu pasti langsung rusak tadi?"
"Hm... tapi melihatmu membuat moodku kembali baik,"
"Hehe... aku mencintaimu," balas Lisa yang sedang berbaring dan kemudian memeluk Jiyong.
"Aku juga mencintaimu," balas Jiyong dengan sebelah tangannya yang bebas mengelus rambut Lisa. "Bagaimana mengajarmu tadi?"
"Hanya 1 kelas, dan murid-muridku mengerjakan tugas mereka dengan benar. Tapi ada seorang anak yang bertanya bagaimana aku bisa berkencan dengan G Dragon dan mungkinkah aku mengajak G Dragon kesekolah?"
"Lalu apa jawabanmu? Kau memberitahu mereka kalau kau yang menggodaku lebih dulu?"
"Hei... siapa yang menggodamu? Oppa yang menggangguku lebih dulu, oppa yang terus menelponku," jawab Lisa tidak mau kalah, gadis itu memulai dan mengakhiri hari itu dengan tawa. Tidak banyak yang mereka lakukan selain bermalas-malasan bersama, namun bagi Jiyong, itu sudah seperti liburan. Menenangkan dan sangat menghibur.
«●»

KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Story
FanfictionShort story berdasarkan film Methods. Disini, Methods versi Jiyong x Lisa