Setelah pemenang diumumkan, tak ada rasa kecewa di hatinya. Karyanya memang bukan apa-apa dibandingkan dengan karya sang juara. Malah ia menyimpulkan senyum tipis di bibirnya. Tanda ia senang, ia bangga.
Berniat menghampiri untuk memberikan selamat,
"Rangga Sastrowardoyo, Pemenang umum untuk lomba puisi kali ini"
"Kamu. Siapa?"
"Kenalin, Dilan. Dilan yang harusnya menang lomba puisi, tapi hari ini dia sedang mengalah"
Diam. Dingin. Dilan tak menyangka, sang juara yang telah mengalahkan puisi terbaiknya, adalah seorang yang pelit bertutur.
"Maaf"
"Kenapa?"
"Saya buru-buru. Saya harus pergi"
"Pergi saja"
"Jalannya. Minggir"
"Oh iya, lupa. Segini, cukup tidak?"
"..."
"Mau lebih lebar lagi?"
"..."
"Yaudah, lewat"
Melihat dari balik punggungnya, Dilan mencoba mendapatkan sedikit saja perhatian dari sang juara. Tapi, mana mungkin. Sedangkan diajak berbicara saja dia sudah syukur. Coba, coba saja pakai ramalan, siapa tau dia berbalik badan.
"Tunggu"
"Apa lagi?"
"Mau aku ramal?"
"Sakit? Tak usah mencoba terlihat keren. Jatuhnya terlihat seperti orang kehausan romansa. Dunia nyata tidak berjalan seperti itu. Menyair boleh, tapi jangan kau ikut hanyut dan mati karenanya"
"Heran"
"Kenapa?"
"Kukira kamu puasa bicara"
"Tadinya"
"Sekarang?"
"Harus ada yang memberi tahu kalau kamu, aneh"
Kembali dengan tatapan dinginnya. Seakan Dilan dibenamkan di lautan es yang dinginnya menusuk sampai ke jantung. Entah apa yang dia pikirkan, seorang lelaki? Wajarkah? Entah.
Tak ambil pusing, Dilan jatuh cinta. Pada puisinya, pada lautan diksinya, pada tutur bahasanya. Bukan padanya. Tak boleh padanya. Tunggu, benarkah?
Dilan, harus tahu siapa Rangga ini sebenaranya. Bukan main karya-karyanya, setidaknya dia bisa belajar banyak. Terlebih, puisi Rangga mengingatkannya akan puisi dari Gunawan Mohammad. Terinspirasi mungkin.
Dilan, harus tahu siapa Rangga ini sebenarnya. Terlanjur jatuh dia ke dalam sumur aksara. Terlebih, Rangga. Seorang anak SMA, penampilan biasa saja, tak ada yang spesial darinya. Tapi dia, dia bisa membuat Dilan kehabisan kata-kata.
Ada,
Satu hal yang kalian perlu tahu dari Dilan, bernapas dan berkata, jalan seirama. Saat kehabisan kata, ia sesak. Sesak dadanya memikirkan orang yang bahkan tak ingin berkedip saat menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangga Dilan Series
RomanceRangga, remaja yang mencinta puisi dengan segenap jiwa bertemu dengan Dilan, remaja pencinta penyair-penyair yang ada di semesta. Lantas kemanakah mereka akan berlabuh? Pulau asmara atau ujung tubir derita?