"Talk to you soon," kemudian dia menutup pasti telepon genggamnya. Diraihnya kunci sepeda motor yang tergantung di dinding bata. Dilan, dengan cincin di jari manisnya. Entah apa yang dia pikirkan semalam, apakah dia begitu bodohnya untuk menghancurkan hidup yang sudah dia tata lepas SMA untuk sebuah kisah balik cinta remajanya?
Dilan cemas, bingung dan takut. Juga marah, marah kepada Rangga karena mengacaukannya hanya dengan bibir merahnya. Hanya dengan sentuhan tangannya, hanya dengan hadir di depannya. Dia sudah bertunangan, sudah berjalan beberapa bulan. Tak bisa diputuskan begitu saja, ia cinta dengan kekasihnya saat ini. Namun, apakah dia mencintainya sebesar cintanya sebelumnya?
Sudah lima tahun berlalu dan ciuman dari Rangga masih kembali membawa kenangan-kenangan masa lalu. Menghantui dengan rasa pilu. Panggilan tadi? Oh, itu datang dari wanita yang membuatnya menggunakan perhiasan. Bukan, bukan si Milea. Karena Milea juga termasuk ke tumpukan berkas sakit hati masa lampau, tepat di bawah Rangga.
Milea,
Dia mungkin hal terbaik yang pernah Dilan benar-benar dapatkan, mengingat dirinya tak pernah ada hubungan pasti dengan Rangga. Milea pas, melengkapinya saat-saat paling kosong. Mewarnai harinya saat dunia tiba-tiba terjun ke corak hitam-putih. Tak perlu dijelaskan lagi, setelah apa yang terjadi dengan Rangga, Milea adalah penyembuh sekaligus pengait luka agar makin dalam. Tentu setelah hubungan mereka kandas.Lalu, siapakah wanita baru ini? Tak penting. Dia orang yang berhasil membuat Dilan kembali percaya, setelah apa yang terjadi dengannya dua kali berturut. Patah hati.
Dia seorang yang cerdas, sedang menempuh dan membangun karir sebagai wartawan untuk forum berita internasional, seorang yang tentunya juga menyukai puisi-puisi kecil Dilan. Dilan pertama kali bertemu dengannya saat dia menjalani tugas lapangan, dan tak langsung terjadi pembangunan istana asmara. Ada proses, proses yang cukup lama.
Dilan dan wanita rahasia ini sedang merencanakan pesta pertunangan mereka, tentunya.
Tapi, ketika tadi pagi Rangga kembali merangkak masuk ke susunan masa depan yang sudah pasti dia bangun, bagaikan bola penghancur. Ia harus menyusun kembali dari awal, dan tak bisa mengabaikan akan adanya keterlibatan Rangga, sang mantan yang mungkin akan terus dicintainya.
Bukan dia tak berani akan perubahan, dia akan segera membatalkan semuanya jika dia yakin Rangga adalah apa yang masyarakat bilang 'jodoh'nya bagi dirinya. Ia hanya tak yakin pada kemauan Rangga, karena terakhir kali dia bertanya, Rangga masih menggantungkan pertanyaan itu.
Dilan hanya cinta dan itu tak salah, akan tetapi ia terlalu, dan pada sosok yang akhirnya cuma berlalu. Tak berhenti untuknya.
Dipakai helm, diketatkan. Dia meraih sepasang sarung tangan untuk mengendarai sepeda motornya. Ia butuh waktu, untuk memproses semua ini. Sebelum dihidupkannya mesin motornya, diraih kembali telepon genggam dari saku jaketnya, dan memanggil seseorang.
Ia dia masih menyimpan nomornya,
"Masih ingat hotel kita dulu? Sore ini, jangan telat. Ada hal penting. Aku butuh kamu, aku sangat butuh kamu," dan begitu saja dia menyalakan mesin motornya. Untuk pertama kali, ia merengek dan memohon kepada seseorang. Bahkan Dilan yang orangnya gagas masih bisa bertumpu pada dua lututnya saat cinta datang menyapa.
Tragic Author,
Rangga dan Dilan, Bagian Rangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangga Dilan Series
RomanceRangga, remaja yang mencinta puisi dengan segenap jiwa bertemu dengan Dilan, remaja pencinta penyair-penyair yang ada di semesta. Lantas kemanakah mereka akan berlabuh? Pulau asmara atau ujung tubir derita?