Rangga dan Dilan Series 2 #5

386 57 2
                                    

Entah apa yang ia pikirkan kemarin, tapi yang pasti ia telah menutup satu jalan. Jalan untuk bisa kembali bersama Rangga. Bukan karena ia tak ada rasa, malah karena dia punya terlalu banyak. Tak bisa dipungkiri, dia cinta tapi dia juga begitu pada wanitanya. Bahkan mendengar kabar bahwa wanitanya sedang tak baik kondisinya, dia panik. Dia tinggalkan Rangga, dia buat Rangga menderita.

Tapi dia peduli jua pada Rangga, dia sayang, dan pasti dia akan melakukan hal yang sama padanya. Hal terbaik dalam hidupnya adalah jatuh cinta, hal terburuk dalam hidupnya adalah jatuh cinta, pada dua manusia. Hubungan yang dia miliki dengan wanita ini lebih sekedar hubungan sementara, wanita inilah yang ada di saat-saat terpuruknya Dilan. Bagaimana mungkin ia akan tinggalkan seorang yang peduli dengannya begitu saja?

Lantas, bagaimana dengan Rangga? Jujur, apa yang Dilan dan Rangga hanyalah hubungan tambahan. Setidaknya Dilan berpikiran begitu. Hubungan yang ingin dia miliki karena tak bisa dia miliki. Namun semakin hari, semakin jadi. Mulai muncul peduli. Dilan mulai mencintai hingga tak mampu lagi meninggalkan Rangga seorang diri.

Rumit. Sangat rumit. Susah dicerna, susah pula dimengerti. Dilan seakan ingin memiliki dua hubungan luar biasa ini, tapi ia merasa akan ada yang tersakiti. Maka saat dia melangkahkan kaki, melangkah keluar dari kamar tadi malam, ia tahu sesuatu telah berakhir dan mati.

Dia tak akan berharap untuk diterima kembali, dia tahu diri.

Persetan, kenapa semua ini menimpa dirinya. Apa Tuhan begitu membencinya? Dia lelah, dia sakit. Dilan sempat ingin menyerah, tapi dia terlalu takut untuk mati. Terlalu takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi hidup dengan masalah orang tua serta lingkungannya saja sudah membuatnya menderita, sekarang ia harus menderita karena cinta juga?

"Terlalu rumit untuk kuikuti," balas seorang dibalik panggilan yang sedang ia lakukan. Seorang kerabat dekat Dilan, yang dulunya pernah bergabung dalam kompetisi asmara hatinya, Milea.

Benar, semenjak mereka memutuskan untuk menjadi teman, Dilan mulai mencurahkan isi hatinya pada Milea. Milea tak keberatan, toh dia juga sudah bahagia dengan suaminya sekarang.

"Aku tak mau menghakimi, kamu sudah cukup umur, kan? Dan tampaknya satu-satunya jalan adalah memilih," tambahnya lagi. Dilan menghela napas panjang, hal paling dibencinya; memilih dan menyakiti.

"Aku tak bisa, karena jika nanti—" belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, ada pesan masuk dari Rangga.

"Nanti kenapa?" Milea bingung, Dilan setengah jalan menyelesaikan kalimatnya. Bergantung begitu saja.

"Sebentar, nanti aku telpon lagi," Dilan mengucapkan selamat tinggal dan menutup teleponnya.

Dibaca pesan singkat dari Rangga, hanya terdiri dari dua kata. Dua kata yang sangat menyakitkan, bagai dua mata pisau yang menyayatnya dari kanan dan kiri. Merobek hatinya, mengirisnya dan meninggalkannya begitu saja dengan luka lebar terbuka.

Terima kasih.

Hanya dua kata, singkat memang tapi menimbulkan duka. Entah kenapa, setiap mereka mencoba untuk menyatu akan ada yang memisahkan. Seolah semesta tak ingin mereka bahagia, ataukah semesta tak ingin mereka menderita dengan menjauhkan jarak di antara?

Yang pasti, kali ini benar-benar akan berakhir. Selamat tinggal, dua kata yang menurut Dilan akan sempurna untuk melengkapi dua kata dari Rangga.

Terima kasih, selamat tinggal.

Tragic Author,
Rangga dan Dilan Bagian Dilan. 

Rangga Dilan SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang