"Rangga," suara yang cukup lama tak mampir dan menggelitik telinganya.
"Dilan, kamu apa kabar?"
"Terlalu bahagia untuk bisa bersedih saat berjumpa dengan kamu,"
"Masih, masih ya?"
"Haha, enggak. Bercanda saja. Sudah lama aku merindukan kamu,"
"Sama,"
"Dua tahun? Atau tiga?"
"Empat Dilan, empat tahun,"
"Sudah lama,"
"Sangat," keduanya berdiri seperti dua orang yang tak saling kenal. Bukan canggung, tapi sakit.
"Sedang apa di sini?"
"Mengantarkan naskah terbaru, aku sekarang terlibat kontrak dengan penerbit ini,"
"Aku baru mau memulai, ada tips?"
"Jangan terlalu kaku, mereka asyik. Santai saja, asal kau antarkan naskah sesuai deadline, semua aman."
"Siap," kemudian ia menepuk bahu laki-laki yang dulu ia puja.
Keduanya terdiam. Seakan mereka ingin teriak bahwa mereka sangat merindukan satu sama lain.
"Aku, masih,"
"Sama,"
Kali ini Rangga tak bisa menahannya, Dilan ditarik. Didekapnya,—
Dan benar, kedua bibirnya mendarat di kedua bibir Dilan. Lembut. Sedikit basah. Tapi terasa pas, terasa sempurna.
Dilan tak menampik, semakin didekapnya dekat Rangga. Mereka terus mengaitkan bibir mereka, perlahan melangkah mendekati dinding belakang.
Rangga disandarkan, Dilan pun melepaskan bibirnya. Keduanya berhenti sejenak untuk bernapas. Tersenyum, kemudian kembali ke awal. Sakit.
Mereka kembali ke awal, saling menatap seperti menyesal, bukan. Mereka kesal, akan waktu yang sangat tidak tepat. Rangga memperhatikan cincin di jari manis Dilan,
"Siapa wanita yang beruntung?"
"Tak ada, jika ada kau tak perlu tahu. Aku mohon,"
"Kau, kenapa?"
"Aku harus menyelesaikan urusan, senang bertemu kamu. Terimakasih,"
"Dilan, terimakasih,"
Begitu saja, terlalu aneh untuk dicerna. Bertemu setelah empat tahun lamanya. Berciuman, lalu berakhir begitu saja.
Sebelum benar-benar Dilan melangkah dari hadapannya, dia tersenyum.
'Aku tak akan pernah lupa, aku sama denganmu. Akan terus kuingat, selamanya'
Rangga membalas senyumnya,
'Aku tak akan pernah lupa, terlalu sempurna untuk dilupakan. Aku cinta,'
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangga Dilan Series
RomansaRangga, remaja yang mencinta puisi dengan segenap jiwa bertemu dengan Dilan, remaja pencinta penyair-penyair yang ada di semesta. Lantas kemanakah mereka akan berlabuh? Pulau asmara atau ujung tubir derita?