22

895 43 1
                                    

Dear Ayah...

Ada banyak hal yang harus aku pikirkan.

Mengenai bagaimana bulan ada dan kadang menghilang.

Jika aku tidak menemukan jawabannya, mungkin aku akan gila.

Tapi, Allah selalu punya rencana setelah rencana. Menggantikan rencana menjadi sebuah kebaikan.

Pada dasarnya, aku masih belum siap menjadi dewasa ayah..

Dewasa itu menyakitkan, aku harus memikirkan bagaiamana nasibku kedepannya. Tidak seperti waktu aku kecil. Aku hanya tinggal memikirkan bagaimana bisa main dan bermaian.

Namun kini ayah, aku sudah menjadi gadis remaja. Kadang memikirkannya pun aku tertawa. Bagaiamana bisa aku menjadi seorang gadis dewasa??

Memiliki masalah kecil dengan orang lain saja aku masih sakit hati, lalu bagaimana bisa aku akan tumbuh berkembang jika masih memiliki pikiran seperti itu ayah??

Kau tahu? memikirkan Cinta, ego, emosi, itu bukanlah yang menjadi prioritasku saat ini ayah.

Kadang aku juga berpikir, orang lain seringkali menyebut dirinya orang yang paling menderita hanya karena sebuah Cinta dan emosi. Tetapi.. Mereka bahkan tidak melihat betapa menderitanya orang yang tidak memiliki ayah...

Rasanya muak mendengar begitu banyak obrolan mengenai tentang hati dan perasaan! Kadang aku ingin enyah dari padangan mereka yang membicarakan itu. Tapi ayah, aku masih ingat saat kau mengatakan "Cinta memang bukan prioritas, tetapi cinta harus diprioritaskan".

Aku bingung mengapa kau mengatakan demikian ayah?? Namun suatu saat aku akan menemukannya.

Surat ini aku tulis dengan nyanyian merdu, 2018.
____________________________________

Terima Kasih telah membaca cerita ini. Tapi jangan lupa Vote dan Comment Kawan! Dengan Vote, comment kamu dukung Cerita ini untuk terus aktif dan membuat karya yang bisa menghibur kalian semua.

Oke, Sukriyaa Cuy!!

Selamat berkehidupan, agar hidupmu tetap hidup!

Jangan lupa follow ig @mdh.basati

Dear Ayah (Sebuah Surat Untuk Ayah..)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang