JIMIN menutup pintu kamar tidur di belakangnya dan membeku karena kaget.
Dalam cahaya bulan yang membanjiri lewat jendela ia bisa melihat Sae Rin tertidur di lantai. Tumpukan pembungkus fudge dan tisu bekas mengelilingi wanita itu seperti suatu pernyataan jelas dan Jimin bisa melihat hidung Sae Rin masih merah dan bulu matanya masih menyatu. Sengatan kelembutan tak terduga timbul dalam dirinya: Sae Rin terlihat begitu kecil dan tidak bahagia. Ia menggendong Sae Rin dan membaringkannya di tempat tidur lalu melepas gaunnya untuk membebaskan wanita itu dari lipatan-lipatannya yang kusut.
Sae Rin suka bertindak sembrono, sama sekali tidak memiliki bujuk rayu feminin yang lebih halus, hingga membuat Jimin benar-benar tertarik kepadanya. Sejak kecil Jimin sudah diajari untuk tidak berbicara tanpa berpikir, tidak boleh lengah, dan tidak boleh kehilangan kendali atas emosinya sekali pun. Tetapi sampai Sae Rin dan handuk itu menghancurkan keberadaannya yang dulu mulus dan teratur, disiplin dirinya jarang sekali mendapat tantangan. Bagaimanapun, orang-orang tidak mengkritiknya atau berdebat dengannya dan para wanita selalu bersemangat untuk menyenangkannya.
Hanya Sae Rin yang berani memberikan tuntutan. Berdiri di sana, di ruang makan, sambil mengeluh dan marah-marah kepada Jimin dan tidak menyadari Kibum yang terkejut harus bergegas keluar dari ruangan dengan nampan berat. Banyak sekali yang harus Sae Rin pelajari. Walaupun ayahnya sudah bertanya kapan dia bisa bertemu dengan menantu barunya. Jimin merasa tidak bisa mengambil risiko akan potensi adanya lautan api. Sae Rin selalu menyulut amarah orang lain dan konsep ayahnya tentang wanita kontemporer sangat ketinggalan zaman.
Sae Rin terbangun sambil mendesah mengatuk dan menatap Jimin. Cahaya bulan menyinari rambutnya yang hitam, memantulkan sinar di matanya yang gelap, menegaskan tulang pipinya dan lekuk wajahnya. Sae Rin duduk dengan kaget. "Dari mana saja kau?"
"Bekerja di kantorku_"
"Aku bahkan tidak berpikir untuk mencarimu di sana. Kukira kau pergi_"
"Tidak ada apa-apa di sekeliling rumah." Jimin mengulurkan tangannya yang ramping untuk menyalakan lampu di samping tempat tidur.
Mengerjap karena silau, menyadari Jimin pasti sudah melepaskan gaunnya dan ia hanya mengenakan bra serta celana dalam berenda, wajah Sae Rin merona bingung. Ia menatap wajah gelap Jimin yang tampan dan seulas senyum samar tersungging di mulut pria itu lalu jantung Sae Rin seakan berhenti berdebar. Ia lega karena pria itu sudah tidak marah lagi, karena kata-kata Sae Rin yang gegabah itu tidak menimbulkan kerusakan permanen. "Aku minta maaf atas apa yang tadi kukatakan. Aku tidak tahu apa yang terjadi kepadaku ketika berada di dekatmu. Aku tidak pernah mengatakan hal-hal buruk kepada orang lain," gumam Sae Rin defensif.
"Sudah dilupakan." Sambil menelengkan kepala, Jimin menatap Sae Rin dengan mata gelap di balik bulu matanya. "Dalam suasana hati tertentu, aku suka memprovokasi."
Mulut Sae Rin mengering dan napasnya tercekat di tenggorokan. Ia tersengat karena sorot mata Jimin, tatapan mendamba maskulin yang tidak berusaha disembunyikan pria itu. "Aku gampang marah."
"Setidaknya kali ini kau tidak menendangku," kata Jimin parau, mengulurkan tangan ke punggung Sae Rin dengan tenang untuk melepaskan kaitan branya.
Sementara Jimin melepaskan bra Sae Rin, wajah Sae Rin memanas, tetapi ketegangan panas dan kuat mengambang seperti bunga gelap di perutnya. Payudara Sae Rin yang penuh dengan puncaknya yang merah muda dan tegang tampak, meminta perhatian Jimin. Dalam keheningan yang menegangkan, Sae Rin menarik napas pendek untuk menenangkan diri.
"Kau luar biasa, ma belle," erang Jimin parau.
Sekujur tubuh Sae Rin menggelenyar, merasa sangat menyadari keberadaan Jimin, tiba-tiba begitu mendambakan sentuhannya tetapi, pada saat yang bersamaan, juga sangat menyadari femininitas, kepercayaan diri, dan kekuatannya untuk memikat. Menuruti desakan liar yang bisa ia lawan, Sae Rin mendapati dirinya memundurkan bahu dan melengkungkan punggung hingga lekukan tubuhnya terlihat lebih jelas.
YOU ARE READING
The Heirs Wife (Serial Sister Brides Book#1) [Complete] ✅
RomanceSINOPSIS : Setelah kematian sepupunya, Sae Rin memutuskan menjadi wali asuh Min Jae, anak sepupunya. Bagaimanapun, Sae Rin sangat menyayangi Min Jae dan sudah menjaga anak itu sejak dia lahir. Namun hati Sae Rin hancur ketika Jimin, paman Min Jae...