Chapter 11

82 7 0
                                    

Sae Rin mendongak menatap wajah Jimin yang putih dan tampan, mengamati kesempurnaan pria itu dalam jarak yang begitu dekat, dan Sae Rin belum bisa memikirkan hal lain selain bahwa ia masih menolak untuk menerima kata-kata Jimin. Selama aku tidak mau mempercayainya, hal ini tidak mungkin benar-benar terjadi, pikir Sae Rin dalam hati. Karena kalau aku percaya bahwa itu memang nyata... tidak, tidak, tidak mungkin. Ini pasti sebuah kesalahan, sebuah kesalahpahaman konyol yang gila. Jimin tidak akan berada di sini dan mengatakan kata-kata merendahkan diri seperti maaf yang terdengar asing di bibirnya jika tidak ada penjelasan lain dan segalanya tidak akan segera diselesaikan, kata Sae Rin pada diri sendiri dengan tegas, dan menyesap brendi itu.

Cairan itu meluncur di tenggorokannya seperti api dan Sae Rin terbatuk-batuk, lalu mendapati bahwa ada sesuatu yang menenangkan dari kehangatan yang kini menjalari tubuhnya yang dingin dan terus menyesap minuman tersebut.

"Kami akan memberikan ganti rugi. Apa pun yang kauinginkan," gumam Jimin kaku.

"Aku menginginkan Min Jae..." Sae Rin bahkan tidak perlu berpikir. "Aku menginginkan Min Jae. Kau seorang CEO. Panggillah pesawat itu."

"Walaupun aku ingin sekali melakukannya, aku tidak bisa menarik kembali perintah ayahku. Dia kepala keluarga Park."

Sae Rin menengadahkan kepalanya yang pusing dan mengerjap pelan. "Kepala keluarga Park?"

Jimin mengembuskan napas gemetar. "Orang-orang di pesawat itu bukan warga sipil dan mereka akan menyelesaikan misi mereka. Aku tidak memiliki kekuatan untuk menghalangi mereka tapi aku sudah mencoba."

Sae Rin gemetar. Hampir semua ucapan Jimin hanya berterbangan seperti burung-burung gila yang menghantam telinganya. Tetapi akhirnya otak Sae Rin berhasil mencerna apa yang pertama kali dikatakan Jimin dan ia dibajiri kesadaran tak tertahankan bahwa Min Jae benar-benar sudah pergi. Pergi! Dibawa tanpa persetujuan apa pun, bahkan tidak dari pihak berwenang. Bagaimana aku bisa memberikan kepercayaan kepada pria seperti itu? Sae Rin bertanya-tanya dalam hati. Bagaimana aku bisa sebodoh itu sampai membiarkan Min Jae pergi dariku bahkan walau hanya untuk satu jam? Kejahatan sudah dilakukan kenapa aku belum menelepon polisi? Sambil menjatuhkan gelas hingga menimbulkan bunyi keras dari tangannya yang lemas, bahkan tidak berhenti untuk memikirkan gelas yang pecah itu, Sae Rin berjalan di antara pecahan kaca menuju telepon.

"Apa yang kau lakukan?"

Dan saat itulah hal tersebut terjadi, ketika respons otomatis tiba-tiba berubah menjadi reaksi kasar. Ketika Jimin menempatkan tubuhnya yang besar di antara Sae Rin dan telepon, benda yang bagi Sae Rin sekarang tampak seperti pelampung bagi perenang yang tenggelam, Sae Rin meledak hingga bisa kembali merasa dan mendapatkan kesadaran yang menyiksa.

"Menyingkirlah dari hadapanku!" Sae Rin menerjang Jimin dengan gigi terkatup, mendorong Jimin kuat-kuat agar menyingkir dari tujuannya dengan gerakan yang membuat pria itu cukup terkejut hingga terhuyung ke samping. "Aku akan menelepon polisi. Kau sudah melanggar hukum. Tidak ada yang boleh menculik warga Inggris dan aku tidak membutuhkan pengacara untuk mengatakannya! Aku akan membuat kegemparan terbesar yang pernah didengar keluarga sialanmu itu mengenai urusan kotor ini! Sepenjang pengetahuanku, kau berencana membunuh Min Jae!"

Kegemparan besar terjadi di tengah-tengah ledakan Sae Rin. Tiba-tiba saja pengawal-pengawal Jimin mengelilinginya seakan pria itu diancam teroris, tetapi tidak terlihat nyaman dalam menjalankan tugas mereka dan menunduk menatap lantai dengan tekad yang sangat teguh.

"Kau benar-benar pengecut..." Sae Rin menggeram jijik. "Aku berharap aku bisa meninju mulutmu!"

Sambil memberikan perintah marah, Jimin menerobos dinding manusia itu. Para pengawalnya dengan cepat keluar kembali dari ruangan dan menutup pintu. "Aku bukan pengecut tapi sampai kau bisa mendengarkan dengan tenang, aku takkan membiarkanmu menelepon. Rasanya benar-benar menyakitkan bagiku karena melarangmu melakukan apa yang menjadi hakmu, tetapi untuk saat ini, kejadian tidak mengenakkan ini harus dirahasiakan."

Karena sekarang Jimin berada di antara Sae Rin dan telepon itu lagi, Sae Rin menendang tulang kering pria itu, berpikir dengan begitu Jimin bisa merasakan sakit sungguhan, dan bergerak dengan cepat ke arah telepon. Jimin menangkap Sae Rin sebelum dia sempat mencapai telepon dan memutar wanita itu menghadapnya. Kedua tangan Jimin mencengkram tangan Sae Rin untuk menahannya. "Walaupun kau menyerangku, aku tidak akan melukaimu. Tapi kau harus tenang__"

"Tenang?" Sae Rin memekik, melawan dengan liar untuk melepaskan diri dari tangan yang bagai sekuat besi itu. "Kau tidak bisa melakukan hal ini padaku... kau tidak bisa mencegahku menelepon polisi dan membuat mereka menahanmu sebagai penculik!"

Mata Jimin yang hitam bertubrukan dengan mata Sae Rin. "Hubungan telepon sudah diputuskan."

Sae Rin balas menatap Jimin dengan ngeri. Aku tidak bisa menggunakan telepon? Pikir Sae Rin dalam hati. Teleponnya sudah mati. Empat pria bertubuh besar di dalam apartemen? Sae Rin bisa dikatakan menjadi tahanan! Wajah Sae Rin memucat karena kesadaran tersebut, Sae Rin terhuyung dan Jimin melepaskan tangannya untuk mencengkram lengan atas Sae Rin lalu dengan lembut mendudukkan wanita itu di sofa terdekat.

"Aku tidak ingin menyakitimu dan Min Jae juga tidak terluka," kata Jimin, berjongkok dengan gesit sebagai usaha tidak terlihat mengancam dan menempatkan mata mereka agar sejajar. Tetapi Jimin benar-benar terguncang karena kejadian selama beberapa menit terakhir dan kuatnya perasaan protektif wanita itu terhadap anaknya. "Aku bersumpah aku sama sekali tidak terlibat dalam kejadian memalukan ini. Aku memintamu untuk berpikir sebelum bertindak dan membiarkanku menjelaskan konsekuensi kalau kau melapor kepada pihak berwajib. Konsekuensinya yang bukan hanya akan berakibat buruk pada Min Jae, tetapi juga pada keluargaku."

TO BE CONTINUE

The Heirs Wife (Serial Sister Brides Book#1) [Complete] ✅Where stories live. Discover now