[ Seven : Hilangnya Si Amboy ]

578 51 3
                                    

Seperti pada minggu-minggu sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti pada minggu-minggu sebelumnya. Rombongan kelas sepuluh tiga selalu saja berebutan untuk keluar dari lab bahasa.

Bu Wiji -guru pengelola lab bahasa, pun sampai bosan rasanya memberi nasihat-nasihat pada murid kelas ini.
"Gue duluan yang sampe pintu. Berarti gue duluan dong yang keluar!" ujar Elka setengah teriak.

"Enak aja, gue duluan kali! Ngaku-ngaku aja lo tukang cilok!" Adib berteriak tak mau kalah.

"Jancuk! Aku sek rek!" Karel hendak menyelip diantara Adib dan Elka.

Jadi posisinya sekarang itu pintu lab bahasa yang lebarnya nggak seberapa lagi direbutin oleh tiga manusia. Elka disebelah kanan, Adib sebelah kiri, dan Karel sedang berusaha mencari celah diantara Elka dan Adib.

"ADUH NANTI PINTU LABNYA JEBOL MBAK MAS!!" Bu Wiji sudah berteriak dari dalam lab.

"Minggir-minggir kembarannya Aliando mau lewat!!!" Zidan dengan badan bongsornya langsung mendorong Elka, Adib, dan Karel yang sedang berebut akses keluar dari lab terlebih dahulu.

Elka, Adib, dan Karel langsung terpental keluar lab dengan pose yang sangat tidak elegan.

Elka sukses nyungsep di lantai saking kuatnya dorongan dari Zidan.

"MENTANG-MENTANG BADAN GEDE. DORONG ORANG SEMBARANGAN!" teriak Elka sambil menepuk-nepuk lututnya yang kotor.

Zidan hanya cengengesan sambil menjulurkan lidahnya ke arah Elka, Adib dan Karel. Laki-laki itu dengan santai melanjutkan langkahnya menuju kelas sambil bersiul-siul ria.

Mata Elka sukses membulat selebar-lebarnya ketika tak menjumpai sepatunya di deretan rak sepatu.
"Sepatu gue ilang."

Damar dan Viola yang baru saja keluar dari lab langsung menghampiri Elka yang sedang berdecak pinggang sambil melamun.

"Kenapa, El?"

"Si Amboy ilang."

Damar mengernyitkan dahinya. "Amboy siapa?"

"Sepatu gue yang udah gue rawat seperti anak sendiri."

Viola langsung melongok ke arah rak sepatu, disana tersisa dua pasang sepatu. Sepatu dirinya dan milik Damar. "Lha kok iya sih nggak ada?!"

"Yang lain kemana?" tanya Damar sambil menyapukan pandangannya ke sekeliling ruang lab.

"Udah pada balik ke kelas. Adib, Eja, sama Pito aja ninggalin gue."

Elka melangkah kakinya ke selokan depan lab. Siapa tahu ada yang iseng menyemplungkan si Amboy ke dalam kolam renang (re:selokan).

"Kemaren si Moy-moy udah ilang satu pas gue masuk parit. Sekarang si Amboy malah ilang dua-duanya. Ya ampun nak, kenapa nasib kalian malang sekali," gumam Elka yang masih saja mencari keberadaan sepatunya di sekitaran lab.

SKETCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang