[ Four : Black Pearl from South Pacific ]

762 60 1
                                    

Dikta keluar dari gelanggang renang sambil menenteng tas yang berisi pakaian kotornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dikta keluar dari gelanggang renang sambil menenteng tas yang berisi pakaian kotornya.
Matanya mengernyit manakala melihat perempuan berkuncir kuda sedang berjalan sambil menjinjing dua kantong plastik besar berlogo salah satu nama supermarket terbesar di Indonesia.

Perempuan itu terlihat sangat menggemaskan dengan sweter merah marun kedodorannya.
Apalagi ditambah dengan wajah judesnya yang kali ini sedang merengut bak anak paud yang tidak dibelikan es krim oleh ibunya.

Mata Dikta mengikuti kemana gadis itu berjalan. Hingga gadis itu menyebrang dan masuk ke area panti asuhan.

Dikta menuju motornya lalu melajukannya menuju area panti dan berhenti tak jauh dari gerbang untuk menunggu gadis itu.

Tiga puluh menit berlalu. Dikta melirik jamnya kemudian kembali melihat ke arah pintu panti yang masih tertutup rapat. Dikta berkutat kembali dengan ponselnya, ikut bergabung dengan obrolan random di grup chat kelasnya.

'Kriet'

Dikta langsung mendongakkan kepalanya menuju arah suara. Matanya langsung bertemu pandang dengan mata gadis itu.

Gadis itu terlihat kelabakan ketika melihat keberadaan Dikta di sana. Dan malah berjalan menuju arah yang berlawanan dari arah Dikta berada.

"Elka!"

Gadis yang dipanggil kemudian kembali membalikkan badannya dan berjalan kaku ke arah Dikta.

"E..eh. Lo kok bisa disini sih?"
Dikta tersenyum miring melihat wajah Elka yang super merah, seperti pencuri yang tertangkap basah oleh warga.

"Naik!" Bukannya menjawab pertanyaan Elka, Dikta malah mengajak gadis yang sedang super gelagapan itu untuk naik ke boncengannya.

"Kata kakak kelas gue, gue nggak boleh main percaya sama orang yang baru gue temuin," jawab Elka cepat.

Dikta terkekeh kecil. "Bilang sama kakak kelas lo, kalau orang asingnya secakep gue pasti dapet pengecualian khusus."

Elka memutar bola matanya. Lalu berjalan lebih dekat ke arah Dikta "Motif kasus penculikan jaman sekarang itu macem-macem, gue ngeri ah. Nanti lo main bawa gue ke bandar penculikan anak di bawah umur lagi."

"Nggak ada yang mau nyulik cewek berisik kayak lo."

Elka mendelikkan matanya ke arah Dikta. Lalu dengan santainya Elka menendang ban motor Dikta lalu bergegas meninggalkan laki-laki bertopi hitam itu.

Dikta melajukan motornya untuk menyejajari langkah Elka. "Cari makan yuk! Gue laper."

"Ogah!"

"Cari duit yuk! Lo yang nyanyi, gue yang main gendang."

"Sinting!"

Dikta tak kehabisan caranya.
"Ayuk main yuk!"

Elka menatap Dikta tajam. "Awas ya kalo lo beneran punya motif penculikan anak ke gue. Gue aduin ke bokap, biar lo disuntik mati sekalian," ujar Elka sambil mendaratkan bokongnya di jok motor Dikta.

SKETCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang