[ Nine : Candu ]

556 57 1
                                    

"Bisa diem nggak sih, Aldikta?!" ucap perempuan berkucir dua yang lagi fokus masang softlensnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bisa diem nggak sih, Aldikta?!" ucap perempuan berkucir dua yang lagi fokus masang softlensnya.

Dikta hanya melirik Neyra sebentar kemudian melanjutkan acara jalan bolak-baliknya. Terdengar hembusan nafas dari bangku belakang Dikta.

"Gue masang softlens nggak jadi-jadi nih! Mata gue malah fokus sama elo yang dari tadi mondar-mandir kayak setrikaan," Neyra mengomel-omel sambil mengembalikan perkakas softlensnya lalu mengambil kacamata dari lacinya.

"Biasa pake kacamata aja sok-sokan mau pake softlens. Lagian siapa suruh lo liatin gue mondar-mandir?"

Neyra memakai kacamatanya kemudian mendengus pelan. "Ih si bapak nggak nyantai amat deh! Ada apa sih sini coba cerita sama mamah."

Dikta memeletkan lidahnya sambil menjulingkan kedua matanya ketika mendengar Neyra memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'mamah'.

Tapi ujungnya-ujungnya laki-laki itu duduk juga menghadap Neyra. "Gelisah banget gue, Noy."

"Ney bukan Noy!" Neyra menggertakan giginya siap untuk menyakar laki-laki yang kerap memanggilnya dengan sebutan Noy.

Dikta mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas, memantau situasi. "Yang ikut seleksi bulan bahasa belum pada balik?"

Neyra menggeleng. Gadis berkacamata itu mengeluarkan komik conan yang sampulnya sudah lumayan buluk.

Mengabaikan Dikta yang sedang larut dalam lamunannya. Lalu selang beberapa menit laki-laki itu bangkit dari duduknya.

"Eh?! Mau kemana lo?"

"Mau ke masjid, udah adzan. Salat Ney, malaikat Munkar Nakir nggak bakal nanyain seberapa sering elo baca komik conan buluknya lo itu."

Neyra mengerutkan wajahnya. "Iya, iya!" jawab Neyra sambil merogoh mukenah dari dalam tasnya, setelah mendapatkannya Neyra langsung berlari mengejar Dikta yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Dikta dan Neyra berjalan beriringan menuju masjid sekolah. Neyra tetap saja mengoceh dengan kecepatan 100km per jam sepanjang perjalanan.

Dikta hanya manggut-manggut mendengar ocehan Neyra yang tidak ada habisnya itu.
"Lo dengerin gue nggak sih, Aldikta?"

"Kok kayak ada yang ngomong sih?" Dikta berakting melongok ke kanan kiri seakan-akan hanya ada dirinya disitu.

"Ih nyebelin dasarrrrrr!!!"

"ADUHHH ADUH, NOY!"

Neyra tidak melepaskan tangannya dari kepala Dikta. Perempuan itu tetap menjambak rambut laki-laki yang sedang meronta-ronta kesakitan.

Dari arah berlawanan terlihat seorang perempuan berkuncir kuda baru saja keluar dari ruang lab bahasa sambil menenteng dus snack.

Mata Elka memincing melihat aksi drama di depannya. Elka menghembuskan nafasnya pelan lalu berjalan melewati kedua sejoli yang sedang melakukan drama roman picisan di tengah koridor sekolah.

SKETCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang