[ Nineteen : Kesurupan Massal ]

434 39 1
                                    

"Habis ini beli es campur depan smp tiga yuk? Kepala gue rasanya mau pecah gara-gara mecahin soal akuntansi tadi," ajak Sani kepada Emma, Elka, dan Nirmala yang sedang mengikat sepatu di depan masjid sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Habis ini beli es campur depan smp tiga yuk? Kepala gue rasanya mau pecah gara-gara mecahin soal akuntansi tadi," ajak Sani kepada Emma, Elka, dan Nirmala yang sedang mengikat sepatu di depan masjid sekolah.

"Gue nggak bisa, San. Maaf ya?" ucap Nirmala sambil bangkit dari duduknya. Sani mengangguk kemudian menatap Elka dan Emma bergantian meminta jawaban dari keduanya.

"Gue juga nggak bisa, San. Mau nemenin nyokap arisan keluarga." Sani mengangguk kemudian memandang Elka dengan wajah yang diimut-imutkan.

"Iya, iya. Gue temenin, nggak usah sok imut gitu. Jijay gue!"

"Ututu, sayangku. Pengertian banget unch!" Sani menoel-noel pipi Elka sambil memonyong-monyongkam bibirnya ke arah wajah Elka.

Elka langsung bergerak menjauh dari Sani sambil bergidik ngeri. "Ya Rabb kenapa temen gue nggak ada yang waras satupun." Setelah selesai menali sepatunya masing-masing. Mereka berempat berjalan melewati koridor barat lapangan sambil membicarakan hal yang bisa dibicarakan. Menggosip misalnya.

"AAAAAAAAAAAA!!!"

Baik Elka, Emma, Sani, ataupun Nirmala langsung mengalihkan pandangannya ke arah siswi di koridor timur lapangan yang tiba-tiba menjerit histeris. Keempatnya sudah was-was sendiri, bahkan bulu kuduk Sani sukses meremang.

"Anjir kenapa dia?!" Emma menajamkan pandangannya.

"Eh, kesurupan?"

"AAAAAAAAA!"

"AAAAAAAAA!"

Mereka berempat sontak memundurkan langkahnya ketika dua murid perempuan yang berada tak jauh dari mereka berempat tiba-tiba menjerit histeris, persis seperti siswi koridor timur tadi.

"Istighfar girl, jangan ngelam—"

"AAAAAAAAAA!"

"AAAAAAAAAA!"

"AAAAAAAAAA! Hahahaha."

Badan Elka bergemetar hebat ketika mendapati ketiga temannya sudah ambruk di lantai sambil menjerit histeris. Bahkan Sani sudah tertawa terbahak-bahak sembari menyisir-nyisir rambutnya menggunakan jarinya.

"Aaaaa—hmppp." Mulut Elka dibekap seseorang dari belakang dan tangannya ditarik menjauh dari area koridor barat meninggalkan ketiga temannya yang sedang menjerit makin histeris.

"Ta?" kata Elka dengan bibir yang mulai bergetar hebat.
Dikta menangkupkan tangannya ke wajah Elka. Menatap manik gadis itu lembut. "Jangan ngelamun, pikirannya jangan kosong. Terserah mau mikirin apa aja yang penting jangan kosong. Paham?"

Elka mengangguk patuh. Dikta mengeluarkan earphone dari sakunya yang telah tersambung dengan ipod hitam kemudian memasangkannya ke telinga Elka. "Dengerin lagunya. Fokus sama lirik atau terserah mau mikirin gue juga boleh. Yang penting jangan melamun."

SKETCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang