Jam sudah menunjukkan pukul 12.45 siang, dan aku baru saja selesai dari kelas. Ini semua karena Mr. Strathmore. Dosen linguistik yang satu itu memang keterlaluan, setiap matakuliahnya pasti dia akan selalu menambahkan empat puluh lima menit. Dan saat ini aku jadi harus terburu-buru melangkah menuju parkiran untuk menemui Harry. Jika nanti pria itu memarahiku karena datang terlambat, aku tidak masalah. Karena memang ini bukan salahku, ini salah Mr. Strathmore. Jika dia mau marah, silahkan marahi Mr. Strathmore, bukannya aku.
Melangkahkan kakiku kearea parkir mobil, mataku langsung memindai seluruh area itu. Dan akhirnya aku menemukannya di barisan mobil yang berada di sebelah kanan. Sambil bersandar di kap mobilnya, dia menatapku datar. Kelihatannya dia benar-benar kesal. Menghembuskan nafasku panjang, lalu aku mempercepat langkahku untuk menghampirinya.
"Apa yang membuatmu begitu lama?" Tanya nya, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Jika kau mau marah, silahkan marahi Mr. Strathmore yang mengoceh terlalu lama di kelas tadi." Balasku, berhenti beberapa langkah di depannya. Harry hanya terdiam sambil menatapku dengan begitu mengintimidasi. "Baiklah, maafkan aku. Dan sekarang kita jadi pergi atau tidak? Jika tidak aku akan langsung pulang."
"Cepat naik." Ucapnya, yang langsung melangkah menuju kursi pengemudi dan aku segera melangkah menuju kursi penumpang bagian depan.
**
Hari sudah mulai malam, dan aku masih berada di rumah Harry. Dan ya, surprise ulang tahun Gemma sudah sukses terlaksana. Saat ini di dapur, sambil mengobrol santai, aku membantu Mrs. Styles membersihkan beberapa peralatan makan.
"Terimakasih ya, Qila, sudah mau membantu hari ini." Ucap Mrs. Styles yang sedang mencuci piring terakhir, sambil tersenyum dan menoleh sesaat ke arahku.
Aku yang sedang mengeringkan piring dengan lap langsung tersenyum kecil. "Sama-sama Mrs. Styles. Aku senang bisa membantu kalian."
Mrs. Styles pun kembali menunjukkan senyumannya kepadaku. "Sini biar aku saja yang melanjutkannya." Ucapnya, mengambil piring dan juga lap dari tanganku.
"Hmm...tapi..."
"Tidak apa, Qila." Ucapnya. Aku pun menurutinya dan masih tetap berdiri di dekatnya. "Jadi, di sini kau tinggal bersama dengan keluargamu? Pasti menyenangkan ya selalu berkumpul bersama."
Aku tertawa kecil. "Aku rasa keluargamu lebih menyenangkan daripada keluargaku, Mrs. Styles."
"Tapi kami kekurangan seorang pemimpin di sini. Aku dan Ayahnya Gemma dan Harry bercerai ketika mereka masih kecil. Dan tiga tahun yang lalu suamiku, Ayah tiri mereka, harus kehilangan nyawanya karena kecelakaan mobil."
"Oh Mrs. Styles, I'm so sorry for that."
"It's ok, honey." Ucapnya, sambil tersenyum dengan begitu manisnya, tampak begitu tegar. "Ohya, aku sangat berterimakasih kepadamu, Qila, karena sudah membuat Harry kembali dekat dengan kami. Semenjak kepergian Ayah tirinya dia jadi semakin menjauh dengan kami. Akhirnya pada saat kulaih dia memutuskan untuk tinggal bersama dengan teman-temannya. Kau benar-benar memberikan aura positif kepadanya." Hah...benarkah? Aku pun hanya bisa tersenyum kecil.
Ini adalah fakta yang baru aku ketahui tentang Harry. Jujur dari SMA—ya karena memang aku dan dia hanya sekedar tau muka dan nama—aku tidak tau kalau dia juga mengalami kehidupan yang cukup sulit. Aku tau rasanya ketika harus kehilangan orang yang kita sayangi. Karena seperti yang kalian tau, aku juga pernah mengalaminya. Ya, walaupun pada akhirnya aku jadi begitu membenci orang itu.
**
Harry menghentikan mobilnya di depan halaman rumahku, tapi entah kenapa kali ini aku tidak langsung melangkah turun. Aku terdiam, lalu menatapnya. Apa sikapnya yang selalu menjahiliku hanya untuk sebuah pengalihan? "Harry, apa sikapmu kepadaku selama ini karena untuk mengalihkan apa yang kau rasakan selama ini?" Pertanyaan itu secara tiba-tiba meluncur dari mulutku.
"Apa maksudmu?" Tanya nya, seraya mengernyitkan dahinya.
Aku rasa, aku telah bersikap bodoh dengan mempermalukan diriku sendiri saat ini. "Hmm...lupakan saja. Bye." Ucapku dengan cepat, lalu buru-buru melangkah turun dari mobilnya. Ingat, dirimu juga tidak lebih baik darinya. Jadi tidak usah ikut campur dengan apa yang dia hadapi.
"Aquila!" Serunya dari belakang sana. Kontan tubuhku berbalik dan mendapati dirinya yang berdiri di luar mobilnya. "Terimakasih untuk hari ini, dan maaf karena tadi aku sempat kesal kepadamu." Ujarnya, dengan sebuah senyuman di sana. Aku pun hanya mengangguk dan memaksakan senyumanku untuk muncul. Setelah itu aku kembali berbalik meninggalkannya. Tidak biasanya dia seperti itu.
***
Yang penasaran bagaimana perkembangan hubungan Aquila dan Harry setelah ini, tunggu chapter selanjutnya yaaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemies
FanfictionAquila dan Harry. Jangan kira mereka berdua adalah dua orang yang berteman apalagi bersahabat. Ketika melihat mereka saling berpapasan pasti kalian akan langsung kaget dengan tatapan menyeramkan yang mereka berikan, seakan bersiap untuk membunuh sat...