21: "Jangan Pernah Temui Aku Lagi."

355 46 1
                                    

Fakta baru yang memang harus aku ketahui memang tidak jauh dari hubunganku dengan Harry. Setelah pengakuannya yang begitu mengejutkanku—dengan alasan dia begitu terbakar emosi sehingga dia melakukan hal itu kepada Michael—entah kenapa aku langsung memutuskan to take a break for a while with him.

Jika kalian bertanya apakah aku membencinya setelah pengakuannya itu? Apakah aku marah padanya? Apakah aku ingin menjauh darinya? Jawaban untuk semua pertanyaan itu adalah tidak. Alasana kenapa aku memutuskan untuk break dengannya karena aku hanya ingin memberinya ruang untuk dirinya merenungkan hal yang baru saja dia lakukan.

Tiga hari telah berlalu setelah terakhir kali aku bertemu dengan Harry, dan sudah selama itu aku tidak berhubungan dengannya. Walaupun baru tiga hari berlalu, tapi entah kenapa sudah terasa begitu lama. Jujur, setelah kejadian tiga hari lalu semuanya langsung terasa berbeda bagiku. Aku tau ini akan terdengar menggelikan, tapi jujur hatiku terasa hampa.

Ngomong-ngomong soal Michael, kondisinya sudah semakin membaik dan lusa nanti dokter mengatakan kalau dia sudah bisa pulang. Sudah seminggu lebih ini aku selalu menemainya bergantian dengan Blake dan juga Sharon. Untuk ibu, aku hanya memperbolehkannya menjenguk Michael beberapa kali. Bukannya apa, aku hanya tidak ingin ibu bersikap terlalu baik kepada pria yang sudah menyakitinya.

Ibu beberapa kali memaksa untuk bergantian denganku untuk menjaga Micheal, tapi aku selalu mengatakan kepadanya untuk fokus saja dengan pekerjaannya dan menemani Libra di rumah. Seperti pagi tadi, sebelum aku berangkat menuju rumah sakit, lagi-lagi ibu memaksa ikut denganku untuk menjaga Michael. Dan aku mengatakan hal yang sama yang selalu aku katakan kepadanya. Yang akhirnya membuatnya mau tidak mau tetap tinggal di rumah.

Selama di rumah sakit yang aku lakukan kebanyakan hanya duduk di sofa sambil membaca majalah, dan membantu Micheal jika dia memerlukan sesuatu ataupun membantunya bangkit dari tempat tidur jika dia ingin pergi kamar kecil.

"Louise, kemarilah. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Ucap Michael dari atas tempat tidurnya. Aku yang sedang duduk di sofa segera bangkit dan mendudukan diriku di bangku di samping tempat tidurnya. Setelah itu dirinya tampak terdiam dan menatap wajahku cukup lama. Lalu senyuman tersungging di bibirnya, "tidak ku sangka kau sudah tumbuh sebesar ini." Ucapnya lalu mengelus puncak kepalaku sesaat.

Sentuhannya itu jujur membuatku cukup terkejut. Selama beberapa hari aku menemaninya, baru hari ini dia melakukan hal seperti itu. Dan entah kenapa aku sama sekali tidak menolaknya.

"Terima kasih karena telah mau menemani Ayah selama beberapa hari ini. Dan maaf karena telah membuatmu kelelahan selama beberapa hari ini." Ucapnya kemudian, masih disertai dengan senyuman di bibirnya.

"Tidak masalah." Balasku, sambil tersenyum kecil.

"Dan Louise...sekali lagi Ayah benar-benar minta maaf soal kejadian sepuluh tahun lalu. Ayah tau kau begitu membenci Ayah karena hal itu, dan Ayah tau, Ayah pantas mendapatkan hal itu karena telah meninggalkan kalian bertiga. Tapi sekali lagi Ayah mohon Louise, Ayah mohon maafkan Ayah. Ayah benar-benar ingin memperbaiki hubungan kita." Ketika mendengar dirinya kembali mengungkit masalah itu, refleks kedua tanganku yang kuletakan di atas paha mengepal kuat. Tapi sebisa mungkin aku tetap bersikap tenang.

Aku menghela nafasku perlahan sebelum mengatakan, "aku sudah memaafkan mu." Kataku, yang kontan membuat bibir Michael membentuk sebuah senyuman. "Tapi jika kau ingin hubungan kita kembali seperti dulu lagi, maaf tidak bisa. Karena memang kita telah memiliki kehidupan masing-masing sekarang." Jelasku, dan senyuman yang sempat mengembang di bibirnya secara perlahan menurun. Tapi kemudian segaris senyuman kembali menghiasi wajahnya.

"Baiklah, Ayah mengerti."

Setelah itu suasana di antara kami kembali hening. Tapi kemudian getaran panjang dari ponselku yang berada di saku celana sedikit mengagetkanku. Merogohnya dari dalam saku, di layarnya langsung terpampang nama Blake.

EnemiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang