Jika kembali membayangkan rentetan kejadian yang terjadi kemarin, hal yang terus menerus terngiang dibenakku adalah soal pria yang bertemu dengan Libra. Aku yakin jika pria itu benar-benar muncul bukan hal baik yang akan terjadi, melainkan hal buruk. Aku sudah menceritakan hal ini kepada ibu, dan ekspresi ibu pada saat mendengarnya sama sekali tidak terbaca olehku. Kemudian ibu memintaku untuk tidak menceritakan apapun mengenai Michael kepada Libra karena selama ini yang Libra tau mengenai sosok 'Ayah' itu sudah meninggal karena sakit.
Ketika memberhentikan mobil di dekat area sekolah Libra, aku langsung memiringkan tubuhku dan menahan bahu Libra sebelum dia melangkah turun. "Ada yang ingin aku katakan kepadamu." Libra langsung menatap lurus ke mataku. "Sepulang sekolah nanti, jika kau melihat Ibu belum menjemputmu, kau tunggu saja di dalam jangan di luar. Dan, jika ternyata Ibu tidak bisa menjemputmu dan karena hari ini aku pulang sore, kau langsung pulang dengan bus sekolah. Jika kau kembali bertemu dengan pria yang kemarin, kau acuhkan saja dia. Dan jika pria itu menawarkan tumpangan kepadamu, langsung saja kau tolak. Mengerti?" Jelasku, membuat Libra menatapku dengan keningnya yang berkerut.
"Memangnya ada apa dengan pria itu?"
"Dengarkan aku, dijaman sekarang ini banyak sekali orang jahat. Pria yang baru saja kau temui itu adalah orang asing, kau belum tau latar belakangnya seperti apa. Mungkin kau melihatnya sebagai orang yang baik, tapi bisa saja ternyata dia mempunyai niatan yang buruk terhadapmu. Jadi lebih baik kau menjauh darinya, ok?"
"Baiklah."
Akupun tersenyum. "Ok. Well, have a nice day at school."
"You too. Bye Qila." Balasnya seraya melangkah turun dari mobil dan melangkah menuju sekolahnya. Aku menghela nafasku sesaat sebelum kembali melajukan mobilku kembali ke rumah karena memang hari ini aku ada kelas siang.
**
"Hey kalian berdua. Long time no see!" Aku sedikit berseru ketika melihat Lyra dan Aurora yang sedang berdiri menunggu lift, dan langsung merangkul bahu mereka berdua.
"Baru kemarin kita tidak bertemu." Ucap Lyra.
"Kau merindukan kami, ya?" Aurora menambahkan.
"Tentu saja aku merindukan kalian." Balasku, sambil menatap mereka bergantian.
Ketika pintu lift terbuka aku melepaskan rangkulan tanganku pada bahu mereka dan kami buru-buru melangkah masuk ke dalamnya. Setelah Lyra menekan tombol lantai lima, kami bertiga langsung merapat ke bagian belakang, karena ada cukup banyak orang yang juga ikut masuk ke dalam lift. Menunggu kurang lebih dua menit karena lift terus berhenti disetiap lantai, akhirnya ruangan besi ini berhasil membawa kami menuju lantai teratas di gedung fakultasku.
"Jadi kemarin kau kesepian karena tidak ada kami?" Tanya Lyra, saat kami bertiga melangkah memasuki kelas.
"Tidak juga. Ada Blake dan juga pria menyebalkan itu yang menemaniku kemarin."
"Jadi kedua pria tampan itu menemanimu kemarin?" Tanya Aurora yang tampak terkejut.
"Ya bisa dibilang begitu."
"Betapa beruntungnya dirimu. Coba aku masuk saja kemarin."
"Wooo...! Dasar kau ini." Ucapku dan Lyra secara bersamaan.
Kami bertiga melangkah menaiki anak tangga untuk menuju tempat duduk yang biasa kami tempati, yang berada di deretan empat dari bawah yang posisinya ada di sebelah kanan. Setelah menempati bangku kami masing-masing, dengan aku dan Lyra yang mengapit Aurora, secara tak terduga aku melihat Harry melangkah memasuki kelas.
"Untuk apa dia ke sini?" Gumamku.
Pria itu yang saat ini sedang mencari tempat duduk, akhirnya mengarahkan pandangannya padaku. Tampak sedikit tersenyum, lalu dia segera melangkah menghampiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemies
FanfictionAquila dan Harry. Jangan kira mereka berdua adalah dua orang yang berteman apalagi bersahabat. Ketika melihat mereka saling berpapasan pasti kalian akan langsung kaget dengan tatapan menyeramkan yang mereka berikan, seakan bersiap untuk membunuh sat...