10: Teori Anak 10 Tahun

443 45 3
                                    

"Qi, kapan kau akan mulai mengerjakan tugas Linguistik?" Tanya Aurora ketika kami sedang berjalan menuju kantin.

"Aku rasa jumat malam."

"Nanti kalau sudah kirimkan kepadaku, ya? Aku butuh inspirasi untuk menulis." Balas Aurora, sambil menyengir lebar.

Aku pun menggeleng tidak percaya dengan kebiasaannya ini. "Tapi jangan menjiplak semuanya, ya. Itu plagiat namanya."

"Tenang." Ucapnya sambil menepuk bahuku beberapa kali.

Melangkah memasuki area kantin, aku, Lyra, dan Aurora langsung mengantri untuk mengambil makanan. Berdiri di samping seorang pria, aku merasa mengenali tampilan samping dari wajah pria itu. "Hmm...Blake?" Pria itu segera menoleh ke arahku, dan senyuman khasnya itu segera menyapaku.

"Oh, hi Aquila. Sedang istirahat makan siang juga?"

"Ya, seperti yang kau lihat." Balasku, sambil mengisyaratkan dirinya untuk bergeser mengikuti orang yang ada di sampingnya.

Kami berdua terus mengobrol selama mengantri makanan. Ketika kami sudah keluar dari antrian dan masih mengobrol sedikit dengan Blake tanpa sengaja aku menangkap pandangan mata Harry yang menatap lurus ke arahku. Tatapan yang dia berikan kembali seperti tatapannya yang dulu, menyeramkan dan seakan mengirimkan sinyal perang. Saking fokusnya menatap ke arahku dan Blake, Harry sama sekali tidak memperdulikan wanita pirang yang sedang mengoceh manja di sampingnya.

Ada apa dengan dia?

"Qila, apa kau dan teman-temanmu ingin bergabung bersama denganku dan teman-temanku?" Suara Blake segera menyadarkanku.

"Hmm...mungkin lain kali."

"Well, see you around, Qila." Dan aku hanya meresponnya dengan senyuman.

Kembali mengalihkan pandanganku ke arah Harry, masih saja tatapan mengerikan itu dia berikan kepadaku. Pria aneh. Mengabaikannya, aku segera mengikuti Lyra dan Aurora yang sudah berjalan lebih dulu di depanku. Menyusul mereka yang sudah duduk di salah satu meja, lalu aku mendudukkan diriku di hadapan mereka berdua.

"Qi, pria tadi itu siapa?" Tanya Aurora, penasaran.

"Blake Richardson, mahasiswa Ilmu budaya." Balasku, dan dia tampak mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kenapa, eh? Kau tertarik dengannya?" Tanya Lyra kepadanya.

"Dia lumayan, tidak jauh berbeda dengan Harry."

"Hey, dia itu junior mu." Ucapku, dan Aurora tampak sedikit terkejut begitupun dengan Lyra.

"Well, justru itu lebih bagus." Aku pun segera menyorakinya, begitupun dengan Lyra sambil sedikit mendorong bahu Aurora.

**

Selesai makan malam, aku mengajak Libra pergi ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan yang memang mulai habis. Di sana, dengan Libra yang mendorong trolinya sedangkan aku yang memilih setiap kebutuhan yang di butuhkan, kami berdua terus berjalan menyusuri satu lorong menuju lorong yang lainnya.

"Qi, jangan lupa serealnya." Ucap Libra yang berada di belakangku ketika kami sedang berada di lorong khusus susu, roti, selai, dan sereal.

"Iya." Balasku, sambil meletakkan roti dan juga selai coklat yang baru aku ambil ke dalam troli. Lalu aku melangkahkan kakiku menuju deretan berbagai macam merk sereal. "Mau yang mana?" Tanyaku, dan Libra yang sejak tadi terus berdiri di belakang troli langsung melangkah mendekat. Lalu dia tampak memindai semua merk dan jenis yang ada, dan akhirnya pilihannya jatuh pada corn flakes.

Setelah mengambilnya dan meletakkan kotak sereal itu ke dalam troli, dia kembali ke posisinya semula. "Setelah ini apa lagi?" Tanya nya kemudian.

"Kita ke lorong khusus sayuran dan daging." Balasku, dan mulai melangkah.

EnemiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang