15: Pria itu Kembali

418 42 2
                                    

Canggung, itulah yang awalnya selalu ku rasakan setiap kali berdekatan dengan Harry. Rasa canggung itu muncul dikarenakan pengakuan mengejutkan Harry akan perasaannya kepadaku. Dan hal itu sama sekali tidak aku duga akan keluar secara langsung dari mulutnya. Seperti yang kalian tau, hubunganku dan dia dulu sama sekali tidak bisa dikatakan 'akur'. Oleh karena itu aku meragukan keseriusan ucapannya. Dan itu kenapa, setelah pengakuannya itu, aku selalu merasa canggung jika harus dekat dengannya. Namun sudah beberapa hari ini, ketika semakin sering aku dekat dengannya, rasa canggung itu perlahan lenyap berganti menjadi rasa nyaman(?)

Aku juga tidak tau kenapa aku bisa begitu cepat merasa nyaman dengannya. Entah sihir apa yang dia tebarkan kepadaku. Dan semakin kesini aku baru sadar dengan apa yang dikatakan Aurora. Dia memang pria yang benar-benar tampan, apalagi jika sedang tersenyum dan tertawa lepas. Walaupun suara tawanya itu terdengar menyebalkan, tapi terkadang aku menemukan diriku merindukan tawa itu.

Aneh ya jika mendengar ceritaku ini. Dulu aku begitu membencinya, tapi sekarang aku justru mengaguminya. Perasaan seseorang memang bisa berubah-ubah bukan?

Drrtt...drrtt...drrtt...

Aku yang sedang duduk santai di sofa sambil membaca novel langsung menutup halaman yang sedang aku baca, lalu meraih ponselku yang begetar di atas meja. Senyumanku mengembang ketika melihat satu pesan masuk dari Harry. Bisa dibilang sejak beberapa hari lalu juga berkirim pesan mulai menjadi kebiasaan kami.

Intinya semua hal yang tidak pernah kami lakukan sebelumnya, saat ini mulai menjadi kegiatan wajib. Mulai dari berkirim pesan, bertelfonan saat malam hari, makan di kantin bersama, bahkan kami juga mulai saling mendiskusikan tugas kuliah bersama.

Setelah aku membalas pesannya yang isinya basa-basi menanyakan apa yang sedang aku lakukan sekarang, Harry kembali mengirim pesan lagi.

Harry: Kalau begitu apa kau ada waktu siang ini?

Aquila: Maaf, tapi siang ini aku harus pergi ke rumah Blake.

Harry: Untuk apa?

Aquila: Dia dan keluarganya mengadakan pesta rumah baru. Dan kebetulan aku, Lyra serta Aurora diundang.

Harry: Oh, aku kira kau hanya sendirian datang ke sana.

Aquila: Memangnya kenapa kalau aku datang sendirian ke sana?

Harry: Tidak apa-apa.

Harry: Well, selamat bersenang-senang.

Aku hanya tersenyum kecil membaca pesannya yang terakhir. Well, I think he is jealous every time I'm close with Blake.

Jika kalian bertanya apa hubunganku dan Harry saat ini? Jawabannya, kami ini hanya berteman. Kami masih belum masuk ketahap yang lebih dari itu. Walaupun Harry sudah menyatakan perasaannya kepadaku, tapi dia tidak memintaku untuk menjadi kekasihnya. Jadi, masih belum ada hubungan yang spesial di antara kami. Ya bisa dibilang kami ini masih masuk ke dalam tahap pendekatan.

**

"Ibu, aku berangkat ya. Aurora dan Lyra sudah ada di depan." Aku sedikit berseru dari arah tangga.

"Qila, tunggu." Mendengar suara Ibu, aku yang ingin membuka pintu segera berhenti dan membalik tubuhku. "Berikan ini kepada Blake dan keluarganya." Ibu menyerahkanku sebuah plastik yang di dalamnya terdapat sebuah kotak kardus berukuran sedang.

"Apa ini?"

"Kue. Tidak enak rasanya datang ke pesta rumah baru tapi kau tidak membawa apa-apa."

EnemiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang