9: Blake Richardson

454 47 6
                                    

Ketika ibu sedang ada urusan pekerjaan di luar kota selama 5 hari dan aku hanya ditinggal berdua dengan Libra di rumah, yang kami lakukan setiap malam adalah menonton film netfilx di ruang tv. Dengan semangkuk besar popcorn dan dua kaleng coke, kami berdua duduk santai di sofa dan hanya fokus pada tayangan yang ada di layar tv datar di depan kami. Tidak ada pembicaraan apapun di antara kami, kecuali setelah filmnya selesai.

Drrtt...drrtt...drrtt...

Terdengarnya suara getaran pada ponselku yang berada di atas meja, aku dan Libra secara bersamaan menoleh ke arah yang sama. Aku mengabaikannya dan kembali mengarahkan pandanganku ke layar tv.

Drrtt...drrtt...drrtt...

Dan benda pipih itu masih saja bergetar.

"Qi, ponselmu bergertar."

"Abaikan saja. Filmnya sedang seru." Balasku tanpa menoleh ke arahnya.

"Tapi bunyinya begitu mengganggu."

Menghela nafasku, lalu aku meraih remot tv untuk mem-paused film yang sedang kami tonton. Meraih ponselku, dan terlihat ada panggilan masuk dari Harry di layar ponselku. Entah kenapa senyuman miring terukir di wajahku saat ini. Bangkit dari sofa, lalu aku menoleh menatap Libra. "Jangan diplay sampai aku selesai." Libra hanya meresponku dengan membentuk tanda 'ok' dengan jari-jarinya. Melangkahkan kakiku menuju ruang makan, dan setelah aku pastikan kalau Libra tidak akan menguping baru aku men-slide tombol hijau. "Halo?"

"Kenapa kau melakukan hal itu?" Seperti biasa, dia tidak pernah berbasa-basi terlebih dahulu. Selalu langsung pada intinya.

"Melakukan apa?" Tanyaku pura-pura tidak tau.

"Aku tau kau yang membunyikan klakson tadi, dan aku begitu mengenali suaramu." Ujarnya dengan suaranya yang terdengar begitu datar.

Aku pun tersenyum puas ketika mendengarnya. "Aku hanya melakukan hal yang memang seharusnya dilakukan ketika melihat ada hal seperti itu di tempat umum. Kenapa? Kau merasa terganggu?"

"Tidak, aku hanya merasa kaget tadi."

"Ya, hal itu begitu terlihat jelas tadi." Ucapku, sambil sedikit terkekeh.

"Ternyata selama ini memang kau yang selalu menimbulkan segala kejahilan di antara kita." Dan kali ini giliran dia yang terkekeh.

Keningku mengernyit ketika mendengarnya. "Maaf, tapi dulu itu aku sama sekali tidak ada niatan untuk—"

Belum selesai aku bicara, suara kekehannya itu kembali terdengar. "Iya, iya aku paham. Ya sudah, lain kali jangan mengganggu kegiatan orang lain kalau kau juga tidak ingin diganggu." Ucapnya, dan sambungan telfon di antara kami langsung terputus.

Keningku kembali mengernyit sambil menatap ponselku. "Apa maksudnya dengan berkata seperti itu? Awas saja jika dia kembali melakukan hal yang aneh kepadaku." Gumamku dengan sedikit kesal, dan melangkah kembali menuju ruang tv.

**

Keesokan harinya, pukul 07.00 aku sudah berada di perjalanan bersama dengan Libra untuk mengantarkannya ke sekolah.

"Besok kita sarapan dengan sereal saja. Pancake buatanmu tadi rasanya aneh."

Aku mengernyit ketika mendengar kalimat yang dia lontarkan. "Dari beberapa hari yang lalu juga kita sarapan dengan menu yang sama. Kenapa justru sekarang kau protes?"

"Untuk yang sebelum-sebelumnya rasanya biasa saja, tapi untuk yang pagi ini..." dia berhenti sesaat sambil bergidik. "Rasanya begitu asin. Kau ingin membuat adikmu ini sakit karena terlalu banyak mengonsumsi zat yodium ya?" Tanya nya sambil menoleh menatapku.

EnemiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang