12

2.5K 240 16
                                    

"kau suka dengan apa yang kuberi?"

Irene seketika langsung berlari kecil sewaktu mendengar suara yang sangat ia pada rindukan saat ini.

Irene memeluk tubuh tegap lelaki itu dengan sangat erat, seperti ia sangat enggan untuk melepaskan tubuh pria tersebut.

Aroma khas daniel yang sangat ia sukai terus terusan ia hirup. Aroma ini tidak pernah membuatnya bosan,aroma ini memberikannya banyak ketenangan.

"Sangat suka" Irene tersenyum lebar,ia menatap mata lelaki dihadapannya itu dengan perasaan yang sangat amat bahagia.

Daniel tersenyum lega karena irene menyukai hadiah yang ia berikan.

"Terima kasih sudah memberikanku baju yang sangat indah dan beberapa uang. Aku suka sekali" ucap irene.

Daniel mengecup bibir wanita di hadapannya itu dengan sangat lembut,sehingga wanita itu terbawa suasana dan membalas ciuman tersebut.

"Aku merindukanmu" ujar daniel.

"Aku juga merindukanmu" balas irene sambil memamerkan sebuah senyum yang amat manis.

"Kapan kau akan tidur dirumah ku lagi?" Tanya irene,ia memainkan ujung dress yang ia kenakan saat ini.

Daniel melirik ke arah lain,dan berdecak pelan

"Aku tidak tau,sehabis menikah aku merasa hidup seperti di penjara" jelas daniel.

"Ibuku membuatku menjadi tidak bebas,dan ia terus terusan menyuruhku untuk berjalan-jalan bersama Airi"

Irene mengusap kepala daniel dengan sangat lembut,ia merasa kasihan pada daniel karena hidupnya telah di kekang.

"Apa kau stress sekarang?" Tanya Irene.

Daniel mengangguk sebagai jawaban.

"Mau minum minum bersamaku?"

"Tentu"

---

"Dimana daniel?" Tanya ibunda daniel sambil melirik ke seluruh ruangan,ia ingin menangkap sesosok anak pria semata wayangnya itu.

Rifia menaik turunkan bahunya perlahan,"Aku tidak tau,katanya ingin bertemu dengan rekan kerjanya"

Ibunda daniel hanya bisa terdiam,ia mengacak acak rambutnya perlahan

"Memangnya kenapa bu?" Tanya Rifia penasaran.

Ibunda daniel langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa apa"

Rifia berjalan menyusuri rumah,sebenarnya ada fikiran yang terbesit bahwa ia sangat ingin sekali menghubungi teman temannya. Ia tau teman temannya pasti akan merasa khawatir karena sudah berapa hari tidak bertemu muka dengannya.

"Apa tidak apa apa menghubungi Titin?"

Seingat Rifia sih,daniel tidak pernah melarangnya untuk menelpon siapa siapa. Jadi ia rasa tidak apa apa,jika ia menelepon teman temannya.

Sekedar memberi kabar saja sih. Supaya mereka tidak khawatir.

"Halo Tin?"

"Aku disini baik baik aja"

"Iya.. aku menikah dengan orang gila kemarin"

"Yah begitulah kemarin aku dipukul sampe pingsan"

"J-jangan!! Janganlah! Aku baik baik saja disini"

"Iyaa,aku serius tidak apa apa. Aku di rumah daniel ini. Dia tidak berani apa apakan aku"

"Iya kamu tenang saja Tin"

----

"Kamu habis menelepon siapa tadi siang?" Tanya daniel yang masih terfokus pada laptopnya.

"Telepon?" Kata Rifia.

Daniel mengangguk,"Kamu telepon siapa tadi siang?"

Rifia melirik ke arah daniel,"aku tidak menelepon siapa siapa"

Daniel menoleh ke arah Rifia,matanya sudah tidak tertuju pada laptop lagi,ia menatap Rifia dengan sorot mata yang tajam.

"Kau serius tidak menelepon siapa siapa?" Tanya daniel.

Rifia mengganguk perlahan.

"Titin Farestha" ujar daniel,yang sontak membuat Rifia terkejut karena daniel menyebut nama lengkap teman yang ia telpon tadi sontak membuat Rifia pasrah dan mengaku

"Iya aku menelepon memangnya kenapa?" Tanya Rifia. Daniel menatap Rifia dengan sorot tajam terus menerus.

"Kau bilang apa aja? Mau berniat kabur karena sudah menelepon temanmu?"

"Mau meminta bantuan?"

"Mau menyuruh temanmu menghubungi polisi agar aku tertangkap?"

Rifia menoleh ke arah daniel,ia memiringkan kepalanya tidak mengerti.

"Lagi ngehalu?" Ujar Rifia

Daniel menarik nafas dan membuangnya kasar

"Kau mencoba kabur? Siap siap saja menerima apa yang akan terjadi dengan mu"

"Terserahlah" balas Rifia tak peduli.

Rifia tidak ingin banyak bicara lagi dengan daniel. Ia merasa lelah dan ingin beristirahat sekarang

Karena,ada banyak hal yang ingin ia lakukan bersama ibunda daniel di esok hari.

"Bilang dulu kepadaku,kau menelepon untuk apa?" Tanya daniel lagi

Rifia tidak menggubris pertanyaan dari daniel,karena ia pikir lebih baik tidur dari pada menjawab pertanyaan daniel yang membuat emosi menjadi meluap luap.

Daniel segera beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Rifia.

"Kau mau jawab atau kau ku makan malam ini?" Kata daniel yang tiba tiba berada di atas tubuh Rifia. Daniel tanpa pikir panjang,ia menekankan seluruh berat badannya pada tubuh Rifia agar wanita itu merasa sesak dan membuka mata.

"Kau ini baru mau gila ya?" Pekik Rifia, ia langsung membuka kedua mata yang sebelumnya sudah tertutup.

"Kau itu berat sekali" Oceh Rifia sembari mendorong tubuh daniel dengan sangat kuat.

"Jawab pertanyaanku dulu"

"Kau,apa yang kau bicarakan dengan temanmu itu?"
--

To be continued!
Jangan lupa voment!

Nikah Kontrak - Daniel✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang