XXVII

2.2K 217 22
                                    

.
.
.

"Waktu itu dia datang sewaktu aku dan Irene sedang makan bersama,aku sungguh tidak tau dia datang dari mana. Dia datang dan langsung duduk di sampingku,aku sungguh tidak bisa menghentikannya jika aku ingin sekali pun"

Rifia mendenguskan nafasnya kasar dan meraih sepotong pizza kemudian memakannya,Rifia bingung harus merespon Daniel bagaimana lagi. Pria itu sangat bodoh.

"Sudahlah,kau makan saja. Sudah berapa hari kau tidak mengisi perutmu?"

"Hampir seminggu,aku mengisinya hanya dengan cairan Alkohol" jawab Daniel.

Rifia menggelengkan kepalanya,"Makan sana,kau boleh saja bodoh tapi kau harus makan. Kasihan tubuhmu"

"Aku tidak selera makan" Balas Daniel tanpa babibu Rifia langsung meraih sepotong Pizza dan menyumpalnya kedalam mulut Daniel

"Makan!" Perintah Rifia seraya menatap sorot mata Daniel tajam.

"Bisa saja nanti Airi akan datang kepadamu lagi,ingat! Menghadapi Airi itu butuh tenaga"

"Aku tau" Daniel langsung mengunyah Pizza yang berada didalam mulutnya perlahan, Daniel semakin kesini pikiran-nya semakin terasa sangat berat ia sungguh ingin sekali menyelesaikan semua masalah ini supaya ia tidak kepikiran lagi.

"Kalau kau ingin menyelesaikan masalahmu secara perlahan dan secara sabar aku akan bantu"

"Tapi tidak dengan menyelesaikan masalah dengan cara menyiksa diri hingga berakhir sakit. Kau yang seperti itu seperti seorang yang tidak bertanggung jawab dan ingin melarikan diri dari masalah"

"Temui Airi,aku akan menemanimu" Kata Rifia,ia mengusap kepala Daniel memberikan pria itu sedikit service agar kepalanya terasa lebih ringan sedikit karena adanya suatu dukungan.

Daniel membenamkan wajahnya di meja,ia semakin terlarut dalam masalah ini dan lagi lagi ia menangis

"Jika kau ingin menangis,menangis saja. Menangis itu bukan suatu kesalahan,semua orang berhak menangis. Kau jangan mengira menangis hanya dimiliki oleh orang yang lemah,menangis juga dimiliki oleh seseorang yang sangat kuat"

Memang,disaat kita berada di suatu masalah besar dan kita tidak tau harus bagaimana lagi.. Menangis adalah jalan keluar yang paling terbaik.

Bukankah kau akan menjadi lebih baik setelah menangis?

Rifia memeluk bahu Daniel,mengusap bahu pria itu dan mencoba menguatkan pria itu agar ia tidak terlalu larut dalam masalah ini.

Kita ini hanyalah manusia biasa,membuat suatu masalah itu adalah hal yang wajar.

"Aku akan menemuinya" ujar Daniel samar karena suaranya tidak terlalu jelas didengar akibat suara yang sangat parau.

"Baiklah,aku akan menemani mu jika kau mau" Rifia menciumi pucuk kepala Daniel dan terus terusan mengusap kepala pria itu dengan penuh kasih sayang.

Daniel mengangguk-kan kepalanya,"Baiklah,terima kasih Rifia"

Rifia tersenyum tipis kepada Daniel kemudian melanjutkan acara makan-nya,Pizza yang tadinya masih panas menjadi dingin karena mendengarkan Daniel curhat ㅠㅠ

--

"Kau masih mau membalas dendam?" Tanya Raka ia adalah suami dari Airi,Minhyun merasa sangat risih dengan sikap istrinya akhir akhir ini.

Airi mendenguskan nafasnya,"Menurutmu bagaimana bagusnya? Aku harus membalas dendam atau apa? Aku bahkan belum melakukan apa apa"

Raka menarik bahu milik Airi dan memeluknya,"Sudahlah,tidak usah balas dendam,kan hidup kita sudah sejahtera. Daniel juga ga pernah ngusik kamu lagi kan?"

Airi menoleh ke arah Raka dan mengangguk,"Iya dia sudah tidak menganggu ku lagi,kemarin juga aku sudah sempat merusak hubungan dan hatinya kurasa itu sudah cukup. Benar kan?"

"Benar,kau fokus saja kepadaku sekarang tak usah ingat Daniel lagi,kau mengerti?" Ujar Raka,ia mencubit kedua pipi milik Airi perlahan.

"Baiklah,tapi Raka aku ingin bertemu dengan Daniel sekali saja" kata Airi

"Buat apa?" Tanya Minhyun

"Ada sesuatu yang ingin kukatakan"

---

"Kau kemari sendirian?" Tanya Daniel,ia menggendong tubuh Rifia di atas punggung.

"Iya aku sendiri kemari" Sahut Rifia ia memeluk leher Daniel dan menenggelamkan wajahnya di tengkuk Daniel.

"Kau mau tidur di Apartemen milik-ku lagi?"

"Boleh saja,lagi pula aku kemari belum sempat memesan hotel"

"Baiklah"

Rifiq menaikkan kepalanya perlahan dan menatap langit malam yang terlihat tengah mendung,ia tersenyum dan mulai menikmati keheningan sekaligus angin sejuk pada malam itu.

Rifia dan Daniel sudah tidak mempunyai hubungan apa apa lagi. Menikah kontrak? Daniel sudah melepaskan kontrak nya.

Jadi Rifia dan Daniel sekarang ialah seorang teman atau lebih enak disebut ialah Sahabat.

"Bagaimana hubunganmu dengan Riko?" Tanya Daniel tiba tiba,ia berjalan menepi ketika ia merasa buliran hujan mulai menyentuh beberapa titik kulitnya.

"Hm? Aku dan Riko? Nasibnya sama dengan kau dan aku" Ujar Rifia,ia turun dari gendongan Daniel. Daniel tentu saja menatap Rifia dengan tatapan heran,"Maksudnya?"

Rifia tersenyum tipis,"Kita menikah kontrak. Dan kontrak nya habis sewaktu ketika kau membutuhkanku lagi. Seperti sekarang"

Daniel mengerjapkan kedua matanya ia mulai mencerna ucapan dari mulut Rifia,"Jadi? Kau dan Riko hanya menikah kontrak?"

"Iya begitulah, aku juga tidak bisa menerima perasaannya"

"Kenapa? Bukankah kau sendiri yang mati matian ingin menerima cintanya waktu itu?" Kata Daniel

"Iya memang waktu itu,sekarang sudah tidak lagi. Hatiku sudah diisi oleh orang lain" Rifia menundukkan kepala perlahan

"Di isi sama siapa?"

"Menurutmu siapa? Coba tebak aku tengah melakukan sebuah pengorbanan besar untuknya baru baru ini. Kau bisa menebak itu jika kau tidak bodoh"

.
.
.
To Be Continued!
Jangan lupa voment~
Sider? UNPUB hehe:)
Makasih:))

Nikah Kontrak - Daniel✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang