Tulas

2.5K 239 25
                                    

**

"Derren,kau benar Derren kan?" Rifia berteriak kearah seorang pria yang lebih tinggi dari pada dirinya yang tengah berdiri di depan resepsionis.

Pria itu sontak menoleh dan membulatkan kedua pupil matanya sewaktu menangkapi sosok teman dari pacarnya yang telah menghilang beberapa hari yang lalu,"Eh iya,kau Rifia kan? Titin mencarimu. Kenapa kau tidak mengabarinya?"

Rifia menggaruk tengkuknya perlahan,"Aku sudah mengabarkannya waktu itu,apa dia tidak memberitahu mu?" Ujar Rifia, Darren menggelengkan kepalanya perlahan,"Tidak,dia tidak memberitahu ku. Mungkin dia belum sempat menceritakan" jelasnya. Rifia mengangguk paham,dan tersenyum sekilas.

"Ngapain kemari?" Tanya Derren

Rifia menunjuk ke arah toilet perempuan,"Aku menunggu ibu mertua ku"

"Ia ingin mengunjungi Daniel,kau sendiri ngapain kemari?" Tanya Rifia,ia langsung menoleh ke arah belakang begitu menyadari Ibunda Daniel telah keluar dari Toilet.

Derren menarik nafasnya pelan,"Aku ada meeting disini. Aku duluan ya"

"Baiklah,kirimkan salam ku ke Titin,bilang aku rindu"

Derren mengangguk kemudian melambaikan tangannya.

"Itu siapa?" Tanya Ibunda Daniel yang sedari tadi memperhatikan obrolan Rifia dengan seorang pria yang berasal dari Perusahaan besar tadi.

"Oh? Itu pacar temanku,aku menitipkan salamku untuk temanku bu" Jawab Rifia ia tersenyum lebar ke arah Ibunda Daniel. Ibu Daniel mengangguk paham dan langsung mengajak Rifia ke ruangan milik Daniel.

--

"Meeting dimulai jam berapa Tara?" Tanya Daniel kepada sekretaris barunya itu. Daniel kali ini memilih sekretaris laki laki agar ia tidak jelalatan dan mempermainkan wanita lagi,karena memiliki Irene saja sudah cukup untuk-nya.

"Sekitar jam 3 sore" sahut Tara,ia merapikan beberapa lembaran kertas dan memasukkan-nya kedalam Map biru.

Daniel mengangguk paham,ia bernafas lega karena meeting masih lama dimulai. Ia bisa tidur atau melakukan aktivitas lainnya agar pikirannya bisa fresh.

Klak

Bunyi engsel pintu terbuka,menampilkan dua orang wanita yang satunya masih muda dan satunya sudah paruh baya.

Wanita itu sangat dikenali oleh Daniel secara fisik maupun batin.

Ia adalah Ibu dan istrinya.

"Loh? Kok ibu datang?" Tanya Daniel,ia terkejut dan langsung buru buru merapikan posisi duduk yang tadinya kedua kaki miliknya berada diatas meja sekarang telah ia turunkan.

Ibunda Daniel menggelengkan kepalanya perlahan melihat tingkah Daniel.

"Kenapa kau menaikkan kakimu? Kau tidak sadar ada karyawanmu? Kau mau mereka meniru apa yang kau lakukan?"

Daniel tersenyum miring ketika mendengar ucapan ibundanya dan meminta maaf,"Maaf ibu,tapi kalau betulan ada karyawan ku begitu. Sudah pasti langsung ku pecat"

"Oh ya,ngomong ngomong ngapain ibu kemari?" Tanya Daniel seraya memencet nomor telepon dapur di kantornya

"Ibu mau minum apa? Teh? Es Jeruk atau Jus Mangga?" Kata Daniel sebelum ia menempelkan speaker telepon kearah telinganya

"Air putih" sahutnya.

"Kau?" Kata Daniel,ia melirik kearah Rifia,"Kau mau apa?"

Haebi menggelengkan kepalanya,"Tidak,aku tidak mau minum"

Daniel mengangguk paham,"Air putih dan Susu coklat tolong antar ke ruanganku" begitu selesai Daniel berbicara ia langsung menutup telepon tersebut

"Daniel,ibu ingin menanyakan suatu hal kepadamu" Kata Ibunda Daniel yang langsung disimak baik baik oleh Daniel

"Tanya apa?"

"Apa kau tidak keberatan jika ibu mengirimmu pergi dari Palembang dan tinggal di Jakarta?"

Daniel langsung menatap ibundanya dengan tatapan tajam,"Loh? Kenapa? Daniel udah nyaman disini, Daniel tidak mau dipindahkan"

Ibunda Daniel memukul meja kerja Daniel dengan sangat kuat,"KENAPA TIDAK MAU? APA KARENA IRENE?"

Mata Daniel sontak membulat,ia menoleh kearah Rifia,ia menggepalkan telapak tangannya,"bukan,bukan karena itu! Aku memang sudah nyaman disini"

"Kalau bukan karena itu,pindah saja. Kau juga akan merasa nyaman disana"

"AH! MAU SAMPAI KAPAN SIH IBU MAU MENCAMPUR URUSANKU?!" Daniel meninggikan nada bicaranya yang sontak membuat Rifia dan Ibunda Daniel terkejut.

"Daniel!" Bentak Rifia kepada Daniel,ia tak suka dengan insiden ini dimana seorang anak membentak orang tuanya sendiri.

"Rendahkan suaramu!"

Daniel menarik pergelangan tangan Rifia dengan sangat kasar,ia membawa Rifia ke tempat ruangan lain

"KAU MENGADU KE IBU KAN SOAL KEMARIN AKU JEMPUT IRENE?!"

"Kenapa kau marah? Aku tidak mengadukan apapun kepada ibumu"

"LALU APA?!"

Plak

Sebuah tamparan langsung mendarat ke pipi Daniel dengan sangat keras

"Kau bisa berbicara perlahan lahan denganku,apa kau tidak ingat dengan budiku selama ini?"

"Aku bisa saja menghancurkan hidupmu dalam sekejap,Tuan Daniel"

"Dengan aku membuka mulut,banyak hal yang tidak pernah kau bayangkan akan terjadi. Kau mau lihat? Bersifat lah kasar denganku terus menerus"

.
.
.

"Kau..apa kau melihat semalam Irene datang dan mendengar apa yang kami bicarakan? Tentang aku hanya ingin mempermainkan mu?"

Rifia menatap Daniel,ia tersenyum miring, "Kau kurang ajar"
.
.
.
To be continued!
Voment jan lupa:*

Nikah Kontrak - Daniel✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang