XXVI

2.1K 208 13
                                    

Hari ini penerbangan akan dilakukan pada pukul 15:30. Rifia tidak ingin menceritakan hal ini kepada Riko hanya saja ia ingin meninggalkan secarik surat.

Berbicara secara langsung? Rifia tidak bisa melakukan itu. Karena menurutnya akan terasa sangat membingungkan mau bagaimana merangkai kata katanya nanti. Walau terlihat lebih baik berbicara secara langsung daripada melalui surat.

"Sekali lagi maafkan aku Riko" Rifia meremas ujung kain pakaian miliknya erat,ia merasa sangat bersalah pada saat ini. Tetapi mau bagaimana pun perjanjian tetaplah perjanjian,siap atau tidak semuanya harus siap.

Dengan segera Rifia beranjak dan menyiapkan tas yang berukuran lumayan besar untuk menaruh beberapa baju dan beberapa hal yang penting disana.

-----
17:20 PM
.
"Tuan? Kau sedang tidak enak badan? Apa kau memperlukan istirahat?" Tanya Nathan ketika ia melihat Daniel telah terbangun dari tidurnya,mata pria itu terlihat sayu dan sembab seperti sehabis menangis atau kurang tidur.

"Tidak,aku tidak apa apa" sahut Daniel,ia beranjak dari kursinya dan mengambil beberapa berkas yang berada di atas meja,"Aku akan mengerjakan ini dirumah,maaf sudah berlaku tidak baik hari ini Nat"

Nathan melirik ke arah Boby yang tengah melirik ke arahnya juga.

"Tak apa Tuan,semoga harimu menyenangkan" Jawab Nathan yang langsung dibalas senyum sekilas oleh Daniel

"Ah iya Nathan,besok aku tidak masuk kerja,tolong kau yang gantikan aku. Soal gaji akan kutambahkan jangan khawatir" Kata Daniel lagi,dengan sigap Boby mengangguk-kan kepalanya,"Baiklah,Tuan bisa menyerahkan-nya kepadaku"

Daniel langsung berjalan keluar dari ruangan,ia mengusap wajahnya agar tidak terlihat kusut lagi. Kali ini bentuk mata miliknya benar benar sudah parah karena ia terlalu sering menangis dan menangis.

Ia tau ia akan di cap lemah karena ia adalah seorang pria dan ia juga sering sekali menangis.

Tapi untuk saat ini Daniel memilih masa bodoh dengan cap-an orang lain kepada dirinya itu,toh emang sekarang ini dia sedang merasa lemah.

Menangis juga bukanlah suatu kesalahan.

Ting

Telepon milik Daniel tiba tiba saja berdering menampilkan nomor telpon yang sangat familiar dimatanya, Daniel sontak tersenyum lebar sewaktu melihat nama si penelpon tersebut

"Halo!!" Kata Daniel dengan nada semangat.

"Halo? Kau dimana?"

"Aku? Di kantor baru saja mau pulang,aku kelelahan. Kau buat apa bertanya? Seolah olah mau kemari saja" kata Daniel sambil tersenyum tipis.

"Haha,kalau aku kesana kau akan terkejut"

"Tentu saja aku akan terkejut,kau kan sudah menikah,jadi kemungkinan sangat kecil kalau kau akan kemari"

"Terserah kau saja,kantor mu berada disebelah mana?"

"Di seberang Mekdi,terlihat berhadapan"

"Ah begitu,dan kau berada dilantai berapa?"

"Aku? Di lantai 2,kau kenapa? Tumben sekali bertanya?" Daniel mengerutkan keningnya,dan menoleh keseluruh arah memastikan orang yang menelponnya saat ini berada di sekitarnya.

"Kau sendiri dimana?" Tanya Daniel

Dan tiba tiba saja,kedua mata milik Daniel menjadi gelap, Daniel juga sempat terkejut karena pandangannya tiba tiba saja berubah menjadi hitam polos.

Matanya seperti ditutupi oleh sepasang tangan yang mungil,ia juga sempat mendengar suara cekikikan kecil di telinganya, dengan segera Daniel membalikkan tubuhnya dan melepaskan tangan tersebut.

"Loh?! Kapan kesini nya?!" Ujar Daniel ia sangat terkejut sewaktu mendapati sosok Rifia yang tengah berdiri dihadapan-nya pada saat ini,dengan segera Daniel memeluk tubuh wanita itu dengan erat,ia menghirup aroma tubuh wanita itu lamat lamat,ia sungguh rindu dengan aroma tubuh wanita itu.

"Aku baru saja sampai" kata Rifia ia membalas pelukan Daniel dengan tak kalah erat.

"Dan kau langsung kemari?" Tanya Daniel.

Rifia mengangguk, "Iya,aku khawatir denganmu. Kau sekarang melakukan pekerjaan dengan tidak becus"

"Haha,aku banyak fikiran" sahut Daniel ia tertawa renyah dan menggaruk tengkuknya.

Haebi menarik nafasnya dan menatap wajah Daniel lekat,"Ayo kita makan Pizza? Kau pasti lapar dan sekalian saja kita bercerita banyak hal,termasuk ceritakan secara detail bagaimana hal seperti ini bisa terjadi"

Daniel mengangguk setuju dan kembali mengenggam tangan milik Rifia dengan sangat erat.

---

"Baiklah silahkan kau cerita" kata Rifia seraya menyeruput Cola favoritnya itu

Daniel memangku dagunya dan berfikir sejenak,"Awalnya aku dan Irene masih baik baik saja seperti biasa. Namun sewaktu ketika Airi datang dan berbicara kepada Irene semuanya menjadi berubah. Irene marah padaku karena ia merasa sudah dibohongi olehku"

"Lalu?"

"Yah jadi begitu,Irene sudah jarang pulang dan aku juga sudah jarang melihat wajahnya disekitarku" jelas Daniel

Rifia mengangguk paham,"Irene hanya marah saja kepadamu? Padahal kau sudah jelaskan namun dia juga takmau mendengarkan?"

"Iya benar"

"Simpel saja,kalau dia mencintaimu dia akan mendengarkan semua penjelasanmu dan ia akan mengerti. Bukankah artinya ia tidak cinta jika ia hanya masa bodoh dengan segala penjelasanmu?" Kata Rifia panjang lebar.

"Kau benar,hanya aku disini yang menaruh rasa kepadanya kan? Dia tidak begitu kepadaku" Ujar Daniel,ia mengusap wajahnya dengan kasar.

"Dan juga Rifia,kau tau? Irene juga pernah bilang bahwa ia sudah mendapatkan suatu hal yang ia inginkan dariku,kau tau apa maksudnya itu?" Sambung Daniel,ia benar benar merasa kacau sekarang dan merasa sangat ingin marah.

"Suatu hal? Itu Hartamu" balas Rifia yang sukses membuat Daniel terdiam sejenak.

"Kau benar" sahut Daniel,ia menundukkan kepala dan mengutuk kebodohan yang berada di dalam dirinya,ia merasa sangat bodoh,tidak berguna dan sangat naif.

Rifia menepuk meja dengan keras,"Kau memberikan apa kepadanya?"

"Setengah hartaku" kata Daniel.

"Bodoh!" Bentak Rifia

"Bagaimana Airi bisa balik lagi?!"

"Aku tidak tau kenapa dia kembali lagi"

"Huh Kau itu kena karma tahu!"

.
.
.
To Be Continued!
Jangan lupa voment!
Banyak yang sider? Aku unpub:)
Thanks!

Nikah Kontrak - Daniel✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang