JS #7 : Salting

14.3K 1.2K 44
                                    

Raka menidurkan Rasya di kamarnya, lalu menyelimuti tubuhnya. Tangannya mengelus kepala Rasya dengan pelan. Ia tidak menyangka jika pertumbuhan anaknya cepat sekali, bahkan sekarang sudah berumur empat tahun. Dulu saat di tangan dirinya, Rasya baru belajar berjalan dan belum fasih memanggilnya Ayah. Raka terlalu sibuk kerja dan kerja, Tidak memperhatikan perkembangan Rasya.

Raka menoleh ke sebuah foto yang menempel di dinding. Foto dirinya dan Dara saat hamil Rasya. Perut itu sudah besar karena sudah sembilan bulan. Raka membuka dua kancing bajunya, lalu merebahkan tubuhnya di samping Rasya. Tangannya mengusap kepala Rasya dengan pelan tanpa mengganggu tidur nyenyak anaknya ini.

Raka menghela napasnya pelan. Selama ini keluarganya tidak pernah membahas tentang ibunya Rasya, kecuali Neri dan Rahmat yang sering memaksa dirinya untuk menikah kembali. Dan selama ini juga Rasya tidak pernah dekat dengan orang lain selain orang yang dia kenal. Namun, kenapa dengan perempuan yang bernama Karina itu Rasya bisa dekat bahkan sampai memanggilnya dengan kata Bunda?

Raka meraih ponselnya di dalam saku celananya lalu menghubungi nomor seseorang. "Lang, kirimin data Karina," ucap Raka.

"Sekarang?" Tanya Galang dengan suara serak.

"Iya," jawab Raka singkat.

"Buat apaan?" Tanya Galang lagi karena Raka tiba-tiba meminta data Karina.

"Kirim aja, Lang." Ucap Raka malas meladeni.

"Jangan di apa-apain! Masih perawan dia, Ka." Goda Galang sambil tertawa.

"Sialan!" Umpat Raka langsung mematikan telepon itu saat mendengar tawa puas dari Galang.

Ia kembali mengusap kepala Rasya dan menaikan selimut anaknya hingga dada.
"Kamu kangen Bunda ya, Sya? Sampai orang lain kamu sebut Bunda," Ucap Raka menatap wajah Rasya yang duplikat banget dengan wajahnya.

"Kamu tidak pernah dekat dengan orang lain seperti tadi."

Raka memang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi di kantornya tadi siang.
Bagaimana mungkin Rasya bisa sedekat itu dengan Karina? Apa jangan-jangan Karina memberikannya sesuatu sampai Rasya dekat dengannya?

Tidak lama ponselnya berdering membuat Raka bangun dan meraih ponselnya di meja kecil dekat ranjang Rasya. Raka mendekat kembali ke wajah Rasya lalu mencium kening anaknya pelan.

"Tidur nyenyak Anak Ayah," bisik Raka.

Setelah itu Raka keluar dari kamar Rasya, menutup pintu dengan pelan. Ia akan membersihkan diri ke kamarnya, dimana kamarnya berada di samping kamar Rasya.

"Ka, makan dulu."

Raka menoleh saat suara Neri menghentikan langkahnya. Raka menyunggingkan senyumnya. "Nanti Raka kebawah Bun, Raka belum mandi." Jawab Raka.

"Rasya sudah tidur?" Tanya Neri.

Raka hanya mengangguk menjawab ucapan Neri. Perempuan paruh baya itu tersenyum melihat Raka, lalu tangannya merapihkan rambut Raka yang berantakan.
"Bunda baru melihat Rasya dekat dengan orang seperti tadi," Ucap Neri.

"Hm. Aku juga baru melihatnya," ucap Raka.

"Apalagi memanggilnya Bunda," tambah Neri.

"Hm. Mungkin Rasya kangen sama Dara," jawab Raka.

"Bukan kangen.. tapi dia butuh."

Raka terdiam mendengar ucapan Neri.
Neri menatap Raka dengan senyuman yang menenangkan diri Raka dari kecil.
"Bunda harap, perempuan itu menjadi Bundanya Rasya dengan cepat. Tapi Bunda  nggak memaksa kamu  Raka, Bunda tau kamu belum mau menikah lagi." Ucap Neri.

Janji Suci - [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang