🔒Khawatir🔒

8 4 0
                                    

Setelah mengetahui kejadian itu, tidurku pun tidak tenang, bahkan belajar pun jadi tidak konsentrasi, karna yang ada dipikiranku adalah gimana kalau Karina bicara yang aneh-aneh sama Martis.

Aku sangat takut melihat Martis, apalagi ketika dia sedang marah.

Untuk menenangkan hati dan pikiranku, aku pun berdoa agar tidurku nanti bisa tenang.

Selesai berdoa, aku segera tidur, dan menyudahi belajarku, karna kalau dipaksa sama aja, tidak akan ada yang masuk ke dalam otak.

🔒🔒🔒

Keesokan harinya, aku pun mengikuti ujian lagi seperti biasanya, dan aku pun menatap Martis yang kelihatannya sedang bahagia namun menyimpan amarah.

Untuk sementara waktu, aku menyembunyikan rasa takutku agar bisa menjawab soal dengan baik, dan membuat orangtuaku bangga.

Ujian pun berlangsung dengan baik, dan bel istirahat untukata pelajaran kedua pun dibunyikan.

Martis dan teman-temannya langsung keluar, mengunjungi kelas sebelah yang juga merupakan bagian dari kelas kami.

Karna untuk ujian hanya 20 orang, kelas kami dibagi menjadi 2, dan aku sekelas dengan Martis.

Tidak berapa lama setelah mereka keluar, akhirnya mereka pun kembali ke kelas dan duduk di bangku masing-masing.

Ketika mereka melewati bangku ku, jantungku berdegub kencang seakan ingin lari sejauh mungkin, seperti bertemu seseorang yang ku suka, tetapi ini bukan hal begitu melainkan berhadapan dengan maut.

Sepanjang mereka berjalan sampai duduk di tempatnya masing-masing, mereka menatapku dengan tajam, entah apa yang ada di pikiran mereka, aku pun tidak tahu.

Tapi yang pasti aku yakin mereka tahu bahwa Karina curhat kepadaku.

Ujian hari ini pun akhirnya berjalan dengan baik, dan aku bergegas untuk segera pulang.

Diperjalanan pulang, yang ada dipikiranku hanya apa yang akan terjadi besok atau lusa.

Ah sudahlah, apapun yang terjadi besok, terjadilah, semua pasti ada alasannya. Itulah yang terlintas sesaat dibenakku.

Sampai di rumah, aku pun membuat kesibukan sendiri agar tidak terlalu memikirkan tentang hubungan Karina dan Martis.

Aku aja gak mikiri hubunganku dengan orang lain, kenapa lah aku mikiri hubungan orang lain.

Sejenak aku berfikir, mungkin aku terlalu bodoh karna memikirkan orang yang belum tentu peduli dengan apa yang aku rasakan saat ini.

Ternyata memberikan saran kepada orang yang sedang dilema dan galau itu belum tentu jalan terbaik. Bisa saja itu menjadi bumerang untuk diri sendiri.

Mungkin karna aku terlau baik sama orang, mereka jadi memanfaatkanku sesuka hati mereka.

Ah sudahlah, aku pusing kalau harus memikirkan sesuatu yang hanya akan membuatku bingung sendiri.

Setelah capek melakukan kesibukanku, aku pun mandi, dan kemudian makan, lalu tidur, agar bisa tahan menghadapi kemungkinan yang akan terjadi besok pagi.


Terima kasih sudah membaca 🙏😘

Jangan lupa vote dan commentnya ya 😉😉

See You Next Part 😍😘


Three Years Ago (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang