🔒Lelah🔒

9 4 0
                                    

Begitulah perilaku mereka ketika mengatakan untuk putus.

Layla bisa melemparkan apa saja yang ada di dekatnya ketika dia sedang emosi. Ketika aku berada di dekatnya, aku takut nanti dilempar olehnya.

Meskipun tubuhku langsing tapi bukan berarti aku bisa dilempar seenak jidatnya lah, dan aku pun menjauh dari perdebatan mereka.

"Kamu kenapa? Kan masih bisa dibicarakan baik-baik, gak harus membuat malu di depan banyak orang." Zilong berusaha untuk meredam emosinya karna diliati banyak orang.

"Aku gak peduli, jangan pernah kamu hubungi aku lagi."

"Ya udah oke. Terserah." Zilong pun akhirnya menyerah melihat tingkah pacarnya itu.

Semua orang di kelas membicarakan mereka sambil melirik sinis ke arah mereka.

"Alah, paling nanti baikan lagi. Cuma akting ajanya ini, biar dikira hebat sama orang." Bisik salah satu teman sekelasku.

Perdebatan mereka pun akhirnya selesai dan kami mulai belajar seperti biasanya.

Aku memang agak dekat dengan Layla, tetapi aku gak mau mencampuri urusannya karna itu bukan urusanku.

Layla memang dikenal dengan perempuan yang tempramental, tetapi dapat bersikap baik di depan orang yang baru mengenalnya.

Dia sama seperti serigala berbulu domba, tetapi bukan berarti aku harus menjauhinya karna hal itu.

Itu pendapat orang mengenai dirinya dan aku tidak berhak mencampurinya.

🔒🔒🔒

Ketika bel sekolah berbunyi, kami pun bergegas untuk pulang ke rumah masing-masing karna kelaparan.

Diperjalanan pulang, kami melihat kalau ternyata di persimpangan jalan, Layla dan Zilong sudah berbaikan dan pulang bersama.

"Betul kan yang ku bilang, cuma akting ajanya itu, pura-pura lempar jam tangan."

"Iya, emosi liatnya lah. Pacaran macam apa itu. Terlalu drama."

Teman-teman disekelilingku membicarakan mereka, dan aku hanya diam saja melihat dan mendengar omongan mereka.

Sampai menyebrang pun kami, mereka masih tetap membicarakan Layla dan Zilong, sampai-sampai siput yang ada di telingaku panas mendengarnya.

Untung kali ini cepat dapat angkotnya, jadi aku tidak perlu mendengar gosipan mereka lagi, karna kami tidak satu angkot.

Sesampainya di rumah, aku pun merebahkan badan karna sudah capek melalui hari yang melelahkan ini.

Aku pun akhirnya tertidur pulas dan tidak sadar bahwa hari sudah menjelang malam.

"Bangun Ruby, sudah malam nak." Suara ibu membangunkanku yang tengah tertidur pulas.

"Iya bu." Dengan setengah sadar aku menjawab suara ibuku.

"Ya udah, kamu mandi dulu, trus nanti makan ya, ibu sudah siapkan makan malam untuk kamu."

"Iya bu."

Aku pun beranjak dari tempat tidur dengan setengah sadar dan berjalan ke kamar mandi.

Air kamar mandi yang dingin membuat kesadaranku kembali pulih, dan selesai mandi aku pun langsung menuju meja makan untuk menghabiskan makanan ibuku yang selalu jadi favoritku.

Terima kasih sudah membaca 🙏😘

Jangan lupa vote dan commentnya ya 😉😉

See You Next Part 😍😘

Three Years Ago (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang