Sudah dulu ya Tuhan, Ruby mau tidur, terima kasih sudah menjadi tempat ceritanya Ruby. Sekarang Ruby sudah cukup tenang, dan sudah berani menghadapi hari-hari esok.
Begitulah isi ceritaku dengan sahabat terbaikku. Panjang kan? Ya iyalah, hanya sama Dia aku bisa menceritakan semua keluh kesahku, dan hanya Dia yang mau mendengarkanku.
Malam ini aku bisa tidur dengan tenang, dan siap menghadapi hari esok yang aku yakin pasti penuh dengan tantangan.
Ketika aku bangun, aku melihat sinar matahari yang sangat cerah, dan seolah memberikan senyum kepadaku agar aku dapat menjalani hariku dengan semangat.
Ibuku juga selalu memberiku semangat dipagi hari agar aku bisa melakukan segalanya dengan semangat juga.
Ya, setelah beberapa hari yang lalu aku mengalami masa-masa sulit dan merasa tertekan, hari ini aku akan menghadapi UN yang tidak kalah sulitnya.
Tetapi aku tidak takut lagi, apalagi kalau harus menatap wajah mereka yang kemarin melabrakku.
🔒🔒🔒
Sesampainya di sekolah, aku sudah siap untuk melaksanakan ujian.
Sudah tidak heran kalau aku mendapatkan tatapan sinis dari makhluk-makhluk yang kemarin membuatku tertekan.
Aku hadapi mereka dengan senyuman, dan ketika mereka menatapku, aku pun menatap mereka sampai mereka berhenti untuk menatapku.
Mungkin dalam hati, mereka bertanya-tanya kenapa aku jadi bisa sesantai ini menjalani ujian.
Aku tidak memikirkan ucapan mereka lagi, yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya aku bisa membuat orangtuaku bangga dengan hasil ujianku.
Aku tidak peduli walau seluruh dunia menekanku, karna aku memiliki orangtua dan sahabat yang tidak akan pernah meninggalkanku sampai kapanpun.
Bel berbunyi tanda ujian akan berlangsung, dan aku segera duduk di posisi yang sudah di sediakan.
Ketika mendapatkan soal dan lembar jawaban, aku langsung mengisinya dengan tenang, tidak seperti Martis dan teman-temannya yang heboh untuk bertanya satu sama lain.
Aku hanya tertawa dalam hati melihat tingkah mereka, karna untuk menekan seseorang mereka tidak butuh waktu yang lama, tetapi hanya dengan ujian seperti ini saja, mereka sudah merasa tertekan.
Sudah biasa sih melihat orang yang hanya banyak cakap, banyak gaya tapi tidak memiliki kemampuan apapun.
Aku merasa mereka menatapku dengan penuh kebencian, tetapi aku tidak mau membalas kebencian mereka, biarkan Dia saja nanti yang membalasnya.
Aku siswa pertama yang sudah siap menjawab soal ujian, dan aku langsung beranjak untuk pulang, karna tidak baik bagi kesehatan kalau melihat manusia-manusia pendendam berada disekelilingku.
Baca terus ya, udah mau sampai ke akhir cerita kok, jadi dibaca terus ya 😊
Terima kasih sudah membaca 🙏😘
Jangan lupa vote dan commentnya ya 😉😉
See You Next Part 😍😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Years Ago (Selesai)
Novela JuvenilYang lalu biarlah berlalu. Jika itu menyakitkan, lupakanlah, tetapi jika itu menyenangkan, maka kenanglah. Aku tidak mungkin bisa sampai seperti saat ini tanpa pelajaran di masa laluku. Ketika aku berada di masa itu, aku sangat mengabaikan pelajara...