Matematika adalah salah satu pelajaran yang paling dihindari untuk anak IPS.
Tetapi beda denganku, aku sangat menikmati pelajaran matematika. Karna menurutku matematika itu ilmu pasti, tidak seperti hubungan yang memberikan harapan tanpa kepastian.
Oke. Abaikan saja masalah hubungannya, sekarang lanjut ke cerita.
"Oke baiklah anak-anak, sekarang buka buku kalian, kita belajar tentang matriks."
"Oke pak." Kami pun serentak menjawab apa yang diperintahkan oleh pak Tigreal.
Setelah bapak itu menjelaskan, kami pun diminta untuk mengerjakan soal yang dia berikan.
Seperti biasa, kebiasaan anak sekolah adalah mengerjakan tugas dengan malas-malasan dan membuat waktu menjadi lama yang akhirnya akan menjadi tugas di rumah.
Aku dan teman-temanku dibarisan belakang sudah siap mengerjakan, tetapi tetap saja disuruh untuk melanjutkan di rumah.
Kalau pelajaran lain kami boleh mengalah, tapi kalau soal hitung menghitung, kami lah jagonya.
Setelah bel berbunyi itu pertanda untuk melanjutkan pelajaran berikutnya. Dan kalian tau pelajaran apa itu? Pelajaran bahasa Indonesia.
Kalau udah masuk pelajaran ini, maka ngantuklah kami semua. Bagaimana tidak ngantuk, gurunya adalah pak Zilong yang setiap mengajar pasti suaranya sangat pelan dan yang mendengar hanya barisan depan saja.
Yang membuat paling muak adalah dia menjelaskan 10 menit, trus meminta kami mengerjakan tugas, dan dia keluar kelas untuk bersantai sejenak dengan guru yang lain.
Logikanya, kami gak tau apa yang dia jelaskan, dan tiba-tiba saja sudah memberikan tugas. Ya mau gak mau harus dilakukan, karna kalau gak dilakukan akan mendapat hukuman.
Selesai pelajaran bahasa Indonesia, bel pun berbunyi tanda pulang. Semua siswa sangat ingin mendengar suara bel pulang biar bisa sejenak menenangkan pikiran sebelum besok akan melanjutkan pelajaran yang akan membuat otak kelelahan.
🔒🔒🔒
Ketika sampai di rumah, aku mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel dan lainnya.
Wajar lah aku melakukan itu karna aku seorang perempuan. Sudah kewajibanku melakukan hal itu. Kata bunda, kalau aku tidak melakukannya, nanti dipulangkan sama mertua.
Aku memang masih SMA tetapi sudah diajarkan bagaimana menjadi istri yang baik suatu saat nanti oleh ibuku.
Aku bukan terlahir dari keluarga yang kaya, melainkan dari keluarga yang sangat sederhana, tetapi aku tidak seperti anak perempuan lainnya yang malu mengakui keadaan keluarganya.
Di kelasku banyak siswa yang bergaya seolah-olah anak orang kaya, tetapi sebenarnya berasal dari keluarga sederhana sepertiku.
Udah biasa di dunia ini, kalau gaya seseorang gak sesuai dengan kehidupan nyatanya.
Oh ya, ayahku berjualan di pasar dan ibuku seorang pembantu rumah tangga. Meskipun keluarga kami cukup sederhana, aku sangat senang, setidaknya bisa tertawa bersama dengan mereka setiap harinya.
Tidak seperti anak orang kaya di luar sana, yang jarang bisa merasakan kehangatan dari kedua orang tuanya.
Terima kasih sudah membaca 😀
Jangan lupa vote dan comment ya 😆
See You Next Part 🙌🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Years Ago (Selesai)
Genç KurguYang lalu biarlah berlalu. Jika itu menyakitkan, lupakanlah, tetapi jika itu menyenangkan, maka kenanglah. Aku tidak mungkin bisa sampai seperti saat ini tanpa pelajaran di masa laluku. Ketika aku berada di masa itu, aku sangat mengabaikan pelajara...