12. Menyerah

1.3K 286 117
                                    

Jadi, yang kak Jihoon suka itu siapa? Aku atau kak Hanin?

Suara itu terus terngiang di dalam kepala Minghao sejak semalam.

Bahkan dia masih bisa mengingat saat dimana Nadine yang menangis setelah itu. Dengan hidung yang memerah dan wajah yang sembab, Nadine terus bercerita tentang Jihoon yang lebih memilih mengejar Hanin ketimbang mendengarkan apa jawabannya mengenai pernyataan Jihoon.

Pagi ini, Minghao mempercepat langkahnya menuju kelas. Aura hitam yang berada di sekelilingnya begitu terasa hingga membuat beberapa orang bingung dengan tingkah ketua tim bisbol putra ini. Dia bahkan menabrak beberapa orang yang lewat, tidak peduli mereka marah sekalipun, tujuan Minghao hanya tertuju pada satu hal.

Kelas.

Begitu mengetahui Jihoon lebih memilih mengejar Hanin saat ia menyatakan perasaannya pada Nadine, Minghao sudah mengutuk sahabatnya itu dengan berbagai umpatan. Tangannya mengepal, mungkin dia juga harus mengajarkan Jihoon beberapa pelajaran hari ini.

Minghao memang baru tahu kalau Hanin menjadi siswi baru di sekolah mereka. Itu sudah menjadi rintangan besar untuk Nadine apalagi ketika gadis itu sudah berhasil mengambil hati Jihoon. Namun, Jihoon dengan bodohnya malah mengejar Hanin dan meninggalkan Nadine begitu saja.

Minghao begitu murka ketika melihat Jihoon yang malah asyik menulis lagu di kursi miliknya. Buru-buru ia mengambil pensil yang Jihoon gunakan, lalu menarik tangan laki-laki itu dengan kuat hingga Jihoon meringis kesakitan.

"Lo apa-apaan, sih?" bentak Jihoon. "Dateng-dateng malah narik gue."

Minghao berdecak. "Nggak usah banyak bacot, ikut gue!"

Jihoon terdiam sesaat ketika Minghao membalas bentakannya. Baru kali ini ia melihat Minghao seperti ini. Karena biasanya, laki-laki itu lebih memilih diam dan tidak menggubris ketika Jihoon membentaknya atau mengeluarkan suara yang begitu tinggi karena amarah.

Minghao benar-benar meledak. Bahkan ia sudah memberikan tatapan mematikan ketika melihat Hanin yang menghalangi jalannya, gadis itu sangat tidak suka ketika Minghao memperlakukan Jihoon seperti itu.

"Minggir!" Minghao masih berusaha untuk tetap lembut ketika Hanin masih menghalanginya.

Hanin menggeleng. "No, lo mau ngapain sama Jihoon gue?"

"Lo sama kayak Jihoon, banyak bacot!"

Sedangkan Jihoon masih berusaha melepaskan tangan Minghao dari pergelangan tangannya. Entah kenapa, dia sangat tidak suka ketika Minghao membentak Hanin dengan begitu kasar. Bahkan sudah menjadi pusat perhatian koridor sekolah yang memancing banyak orang untuk melihat.

Jihoon berhasil melepaskan tangan Minghao. "Bisa nggak lo lembut sedikit sama cewek?"

"Lembut?" Minghao tertawa kecil. "Gimana gue bisa lembut ketika dia udah nyakitin perasaan Nadine?"

Minghao segera menarik tangan Jihoon lagi dan menyingkirkan Hanin dengan menggunakan sebelah tangannya. Dia tidak mau Hanin dibicarakan oleh siswa siswi lain karena ia masih terbilang sebagai murid baru di sekolah. Maka dari itu, Minghao langsung mengabaikan Hanin dan meminta gadis itu menjauh atau Minghao akan memukulnya.

Memang terdengar begitu kasar, tapi itu hanyalah sebuah ancaman agar Hanin tidak menggangu perdebatan sengit antara Minghao dan Jihoon.

Keduanya sudah sampai di atap sekolah. Memang pada dasarnya tubuh Minghao lebih besar dari Jihoon, laki-laki itu langsung menghempaskan tangan Jihoon dengan begitu kasar hingga ia hampir terjatuh. Jihoon meringis karena pergelangan tangannya yang memerah. Mungkin dia harus memberikan sedikit pelajaran pada Minghao karena sudah bertindak terlalu berlebihan.

Ciao Jihoon [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang