Hanindya Nadine.
Nama yang sangat familiar di otak Minghao. Laki-laki berdarah Cina itu tentu saja tidak bisa lupa dengan siapa gadis yang sudah mengajaknya bicara. Gadis dengan gaun selutut berwarna biru laut, senada dengan flat shoes yang ia gunakan. Jangan lupakan dengan jepit rambut merah muda pemberian Jihoon saat masih kecil, bahkan dia masih menggunakannya hingga sekarang!
Kalau boleh jujur, penampilan Nadine teman Jihoon dulu begitu manis dan membuat Minghao sedikit pangling. Apalagi dengan rambut panjangnya yang mulai digerai, menampakkan sosok Hanindya Nadine yang sangat berbeda saat ia masih kecil. Karena ia dulu lebih suka mengikat rambutnya.
Minghao lebih memilih untuk pura-pura tidak tahu. "S-siapa, ya?"
"Ih, masa lupa sama gue? Lo dulu kan sekelas sama gue. Kalo di kelas gue dipanggilnya Hanin."
Minghao mendesah pelan. Dia memang cukup buruk dalam berakting. "A-ah, Hanin ternyata. Abisnya, cewek ini juga namanya Nadine. Kan gue jadi keder, hehe."
Mata kedua gadis itu bertemu.
Hanin tersenyum ke arah Nadine. Gadis itu mengulurkan tangannya ingin menjabat tangan Nadine yang mulai merasa minder saat ia melihat Hanin. Gadis itu begitu cantik, berbeda dengannya yang tampak lebih sangar untuk seorang perempuan.
Mungkinkah ini adalah gadis yang pernah mampir di kehidupan Jihoon?
Nadine membalas uluran tangan Hanin. Decak kagum kembali mampir pada dirinya. Hanin yang begitu cantik dan manis. Pantas saja jika Jihoon pernah menyukai gadis ini. Karena tidak bisa Nadine pungkiri, kalau Hanin benar-benar sangat cantik.
"Nadine," serunya sambil menjabat tangan Hanin.
Gadis di depannya memekik kegirangan. "Ih, nama kita sama! Waktu kecil, gue juga pernah dipangiil Nadine. Meskipun keseringan dipanggil Hanin sih, hehe."
Minghao seperti sudah tahu apa yang akan gadis itu lakukan. Pasti ada satu hal yang tersembunyi di dalam hatinya. Minghao pikir, Hanin akan kembali ke dalam kehidupan Jihoon. Dan Minghao tidak boleh membiarkan hal itu terjadi.
Dia terkejut ketika Hanin mulai menepuk pundaknya lagi. Minghao seperti ketahuan sedang melamun saat Nadine dan Hanin berkenalan tadi. Dia hanya sedang memikirkan cara bagaimana agar Jihoon tidak mengetahui kedatangan Hanin di tempat kontesnya.
Hanin membuka suara. "Pasti nonton pertunjukan musiknya Jihoon, ya? Udah lama gue nggak liat dia main piano."
Minghao memutar bola matanya malas. Dia begitu geram ketika Hanin mengatakan hal itu. Tidak ingatkah ia siapa yang membuat Jihoon mogok bermain piano saat laki-laki itu masih kecil? Dan dengannya bodohnya Hanin malah pergi dan tidak memberikan penjelasan apapun pada Jihoon.
Jihoon akhirnya kembali bermain piano atas bujukan dari Minghao. Persetan dengan siapa itu Hanindya Nadine di masa lalu, Minghao tidak akan pernah memperbolehkan gadis itu mendekati Jihoon lagi.
"Kak Hanin juga kenal kak Jihoon, ya?" tanya Nadine penasaran. Dia hanya ingin memastikan apakah Hanin adalah orang yang membuat Jihoon benci dengan semua perempuan bernama Nadine.
Hanin mengngguk kuat. "Iya, bahkan bisa dibilang, Jihoon yang udah bikin gue sadar sama semua kesalahan yang pernah gue lakuin dulu."
Nadine tersentak ketika Minghao tiba-tiba berdiri dari duduknya. Menggenggam tangan Nadine dengan begitu kuat dan mengajak gadis itu untuk pergi dari tempat mereka. Menurutnya, ini sudah cukup bagi Minghao untuk mendengar semua omong kosong yang Hanin katakan. Dia tidak ingin Nadine mengetahui apa yang sudah terjadi di antara Jihoon dan Hanin di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ciao Jihoon [✔]
Fanfic[ 4th Ciao Seventeen Series ] Bagi Jihoon, hidupnya hanya diisi oleh dua hal. Musik dan Piano. Jihoon tidak pernah merasakan apa itu cinta sejak ia kecil. Hidupnya hanya diisi oleh sentakan keras dan tuntutan dari kedua orang tuanya. Menjadikan ia t...