Mulmednya cakep bat siyal:(
"Katanya lo nggak mau ninggalin gue? Janji kita yang kemarin gimana, Nad?"
Nadine menggeleng cepat. Aura menyeramkan yang keluar dari diri Jihoon membuat Nadine mendadak takut. Jihoon yang galak dengan wajah tidak bersahabat kembali terlihat. Nadine langsung menghampiri Jihoon yang hendak pergi, namun dengan secepat kilat ia tahan sebelum akhirnya laki-laki bergegas untuk meninggalkan tempat ini.
Ada satu hal yang terbesit di dalam pikiran Nadine saat mata mereka bertemu. Sorot kekecewaan yang ada di dalam mata Jihoon dengan jelas terlihat, menandakan bahwa ia benar-benar merasa kecewa dan berharap bahwa semua yang Nadine katakan hanyalah sebuah kebohongan yang tidak pernah Jihoon dengar sampai kapan pun.
Otaknya terus mengatakan bahwa Nadine berbohong, Nadine tidak akan pernah meninggalkan Jihoon satu meter pun. Dia terus berpikir seperti itu. Sampai akhirnya sebuah kenyataan bisa menampar Jihoon dengan telak, menyadarkan bahwa ia tidak bisa melakukan apapun karena Nadine benar-benar harus pergi dari sisinya.
Tangan yang berada di lengan Jihoon terasa dingin. Dengan raut wajahnya yang terlihat sangat khawatir, membuat Jihoon tidak tega untuk marah dan menyalahi sikap Nadine yang berhasil membuat hatinya perih. Gadis di depannya itu berusaha untuk tidak menangis, meskipun ini benar-benar menyakitkan untuk kedua belah pihak.
Jihoon langsung menarik tangan Nadine untuk segera menjauh dari Hanin dan Minghao. Mengajak gadis itu pergi untuk membicarakan masalah mereka berdua merupakan sebuah jalan yang tepat untuk saat ini. Menyelesaikan semua dengan baik-baik dan tanpa ada kesalahpahaman. Semoga saja dapat terselesaikan dan Nadine bisa pergi dengan tenang.
Jihoon menghentikan langkah mereka di atap sekolah. Dengan angin dingin yang berembus menyapu permukaan kulit mereka, serta tatapan mata yang masih menusuk satu sama lain. Mereka masih terdiam, enggan menggerakkan bibir masing-masing untuk memulai sebuah percakapan yang akan mengubah hidup mereka ke depannya.
"Katanya lo nggak mau ninggalin gue, Nad?" cicit Jihoon kecil.
Wajah manis itu mengangguk kecil sambil tertunduk. Pertanyaan demi pertanyaan kembali Jihoon lontarkan hingga membuat Nadine hanya bisa bungkam seribu bahasa. Pertanyaan Jihoon yang begitu menusuk hatinya, tidak bisa berbohong bahwa ia benar-benar kecewa.
"Katanya lo mau sama gue aja. Jadi Nadine yang semangat buat kak Jihoon, tapi apa? Lo malah bilang kalo lo mau ke Prancis. Prancis itu jauh lho, Nad. Bukan kayak Ciputat yang deket dari sini."
Nadine mengangguk. Dia masih belum bisa membuka suara untuk membalas ucapan Jihoon. Bibirnya masih terkunci rapat dan tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis meskipun matanya sudah berkaca-kaca.
"Kalo lo pergi, gue harus berjuang buat siapa, Nad? Siapa yang harus gue perjuangin?"
"Masih ada kak Hanin-"
"Tapi gue sayangnya sama lo. Gue maunya itu lo, bukan Hanin."
Nadine benar-benar dibuat skakmat oleh Jihoon. Bahkan dia sudah berpikir keras tentang apa yang harus ia katakan kepada Jihoon agar dia percaya Nadine tidak akan pergi semudah itu. Mungkin hubunganku mereka akan berakhir, tapi kalau boleh jujur Nadine juga sangat mengharapkan Jihoon untuk tetap di sisinya.
"Lo ngejar-ngejar gue, dan gue mulai tertarik sama lo. Gue nyakitin lo, dan lo akhirnya menjauh gara-gara kebangsatan gue yang suka sama dia cewek. Lo boleh marah selama apapun, lo boleh maki-maki gue, Nad. Tapi untuk yang satu ini, tolong jangan. Jangan pergi sebelum akhirnya gue berhasil nyuri hati lo lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ciao Jihoon [✔]
Fanfiction[ 4th Ciao Seventeen Series ] Bagi Jihoon, hidupnya hanya diisi oleh dua hal. Musik dan Piano. Jihoon tidak pernah merasakan apa itu cinta sejak ia kecil. Hidupnya hanya diisi oleh sentakan keras dan tuntutan dari kedua orang tuanya. Menjadikan ia t...