Untuk beberapa detik ke depan, gadis itu hanya diam saja. Nadine mengerutkan dahi ketika mendengar suara Minghao yang serak. Awalnya dia cukup terkejut ketika mendengar penuturan seniornya itu. Karena secara tidak langsung, Minghao seperti menyatakan perasaannya pada Nadine, bukan?
Nadine sendiri langsung menghentikan minumnya ketika Minghao mengatakan hal itu. Sedangkan si pelaku hanya mengusap tengkuknya dengan canggung. Dia jadi kikuk sendiri melihat wajah polos Nadine yang terkejut akibat ucapannya.
Apa dia salah bicara?
Nadine pikir, pasti Minghao hanya bergurau. Mana mungkin Minghao menyukainya? Ditambah juga, Minghao itu hobi merayu para juniornya yang berjenis kelamin perempuan. Mungkin dia hanya main-main saja. Mungkin saja.
"Kak?"
"Eh? Gue cuma bercanda, kok! Hahahaha..."
Tuh kan!
Nadine ikut tertawa ketika Minghao juga tertawa lebar. Dugaannya memang benar. Minghao memang tidak bisa serius jika itu menyangkut seorang perempuan. Maka dari itu, Nadine juga sudah mencoba untuk tidak terlarut dalam semua rayuan Minghao. Seniornya ini memang playboy, kan?
Minghao terkikik. "Lo lucu juga ya kalo dikerjain."
"Biasa aja, sih. Soalnya aku tau kak Minghao kan sering gombalin cewek. Jadi aku biasa aja, hehe. Nggak baper sama sekali, soalnya aku udah tau kak Minghao kayak gimana. Tukang ngerdus sana sini."
STRIKE!!!
Ucapkan selamat pada Nadine karena ia berhasil membuat Minghao bungkam seribu bahasa. Sifat kerdus-nya memang membuat Nadine rupanya kebal terhadap semua yang ia ucapkan. Itulah kenapa Nadine lebih tertarik pada Jihoon yang pendiam dan tidak banyak tingkah seperti Minghao.
Ah benar juga, kenapa Nadine tidak kepikiran hal ini sebelumnya?
"Kak, aku mau nanya. Waktu itu, aku diocehin sama kak Jihoon. Dia bilang, dia benci sama orang yang punya nama Nadine. Apa kak Jihoon-"
"Nggak ada apa-apa, kok. Jihoon nggak pernah ngerasain sesuatu sama yang namanya Nadine." Minghao bangkit dari duduknya setelah ia menghabiskan satu kaleng soda. "Jangan mikirin macem-macem, oke? Jihoon nggak sejahat yang lo kira. Bahkan dia orangnya terlalu lembut mendekati sensitif."
Minghao tersenyum tipis, lalu meninggalkan Nadine untuk pergi ke suatu tempat. Sebagai pengalihan bahwa Minghao tidak mau menjawab semua pertanyaan Nadine.
Haruskah Nadine percaya akan hal itu? Kenapa waktu itu Jihoon bilang ia membenci semua orang yang bernama Nadine?
-Ciao Jihoon-
Bukan Nadine namanya kalau ia tengah nekat menjalani semua rencana yang sudah ia rancang dengan mulus. Dia kembali merencanakan sebuah pendekatan pada Jihoon. Seolah tidak kapok dengan apa yang sudah ia dapatkan dari laki-laki itu, yaitu sebuah bentakan keras dan penolakan yang sudah ia dapatkan.
Hari ini, Nadine kembali menyiapkan sebuah bekal khusus yang ia buat untuk Jihoon. Sebagai permohonan maaf karena ia sering membuka loker Jihoon tanpa izin. Awalnya ia mau memberikan bekal itu dengan cara sebelumnya, tapi sepertinya Jihoon sudah mengubah kata sandi lokernya hingga Nadine tidak bisa membuka loker kayu bertuliskan nomor 22 itu. Tapi Nadine kembali tidak menyerah sama sekali, dia kembali mencoba membuka loker itu.
Dan di sinilah Nadine sekarang, tertangkap basah oleh si pemilik loker ketika dia mencoba membuka loker tersebut. Tidak ada kata yang keluar dari bibirnya. Dia terlalu takut untuk mengatakan hal yang sebenarnya terjadi.
"Jadi, ini kelakuan lo, ya?"
Suara kecil Jihoon terdengar begitu dalam bagi Nadine. Suara lirih yang terdengar kasar dan menakutkan. Nadine sendiri terlalu malu untuk melihat mata Jihoon yang ia percaya sedang melotot tajam ke arahnya.
Mata Jihoon kembali melirik tag namanya. Dia mendesah pelan. Lagi-lagi dia harus berurusan dengan gadis ini. Kenapa Jihoon seolah terjebak dengan gadis bernama Nadine di mana pun dan kapan pun?
"Inilah kenapa gue makin benci sama orang yang punya nama kayak lo. Orangnya nyebelin, kebanyakan tingkah, dan pembohong. Gue enek sama orang-orang kayak gitu."
Nadine sakit hati? Tentu saja.
Tapi dia sudah kebal dengan berbagai ucapan menyakitkan Jihoon dalam beberapa waktu terakhir. Dia masih belum menyerah untuk mendekati Jihoon sekarang juga.
Wajah gadis itu terangkat. Membuat Jihoon tampak bingung dengan keberanian Nadine yang seolah menantangnya.
"Aku bermaksud minta maaf sama kak Jihoon. Dan bahkan aku udah bikinin bekel buat kak Jihoon makan siang nanti. Kenapa aku masih tetep salah di mata kakak?" sentak Nadine kesal. "Apa karena namaku Nadine? Aku beda sama Nadine di luar sana. Aku Nadine yang suka sama kak Jihoon dari lama!"
Gadis itu buru-buru menutup mulutnya ketika ia mulai berbicara macam-macam. Dia sontak menatap Jihoon yang tampaknya benar-benar tidak bereaksi dengan ucapan Nadine. Tidak ada rasa kaget atau apa pun, Jihoon hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi.
Kejadian ini bukan kali pertamanya. Tentu Jihoon sering mendapat pernyataan cinta dari perempuan. Sama seperti Minghao, hanya saja Jihoon tidak penah melempar rayuan kepada banyak perempuan. Itu hanya membuang-buang banyak waktu.
"Basi."
Nadine menggigit bibir. Dengan cara apalagi dia harus mencoba mengambil hati Jihoon?
"Aku harus ngelakuin apa sih kak, buat kak Jihoon percaya sama aku?" Nadine mencoba memberanikan diri untuk mengatakan apa yang ia rasakan. Benar kata Laura, lama kelamaan Nadine juga lelah jika selalu diperlakukan seperti ini oleh Jihoon. Dan Nadine sudah bertekad untuk mulai berani mengatakan apa yang ia rasakan.
Jihoon mulai mendekat ke arah Nadine. "Caranya biar gue tertarik sama lo?"
Nadine mengangguk polos. "Aku nggak nerima jawaban kalo aku harus jauhin kakak ataupun disuruh ganti nama."
Jihoon sontak tertawa. Tawa kecil yang keluar dari bibir Jihoon seolah menjadi tanda bahwa laki-laki mulai terpancing dengan tingkah Nadine yang terlampau berani. Baru kali ini Jihoon menemukan orang yang mencintainya, namun begitu memaksa dan menuntut.
Bagi Nadine, mendengar tawa Jihoon itu adalah sebuah kejadian yang amat langka. Nadine rasa, dia harus mengabadikannya lewat video ponsel. Tapi tentu saja hal itu tidak akan terjadi karena ia menyimpan ponselnya di dalam tas.
"Cara biar gue tertarik?"
Nadine mengangguk. Dia masih setia menunggu jawaban dari bibir Jihoon.
Laki-laki itu menatap wajah yakin Nadine. Wajah yang begitu berbeda pada wajah seorang perempuan beberapa waktu yang lalu. Wajah Nadine juniornya begitu tulus, dan dia sangat serius bahwa ia menyukai Jihoon.
"Caranya jadi diri lo sendiri. Jangan berubah demi orang yang lo cintai. Buat dia cinta sama diri lo apa adanya."
-Ciao Jihoon-
Berfaedah sekali up tengah malem :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ciao Jihoon [✔]
Fanfic[ 4th Ciao Seventeen Series ] Bagi Jihoon, hidupnya hanya diisi oleh dua hal. Musik dan Piano. Jihoon tidak pernah merasakan apa itu cinta sejak ia kecil. Hidupnya hanya diisi oleh sentakan keras dan tuntutan dari kedua orang tuanya. Menjadikan ia t...