Selanjutnya aku tidak tertidur lagi. Mimpi buruk itu seperti nyata. Aku merasakannya seakan itu benar-benar terjadi, aku bisa mengingatnya dengan rinci. Suaranya, pemandangannya, rasa sakitnya. Tanganku masih memegangi bagian dadaku, takut kalau itu memang benar-benar sungguhan. Sesekali aku merasakan tanganku yang basah dan lengket saat mengingat banyaknya darah yang keluar dari dadaku.
Sinar matahari kubiarkan masuk begitu saja, menyinariku. Hangatnya cukup untuk menghangatkan kulitku, menghilangkan keringat dingin yang keluar dari pori-poriku. Mataku menatap kosong langit-langit kamarku, terasa berat tapi tidak mau menutup.
Aku sangat lelah, mengantuk, tapi aku takut jika aku memejamkan mataku walau semenit semuanya akan kembali. Mimpi buruk itu. Aku tidak tahu mana yang lebih menakutkan buatku. Kimmy yang menatapku dengan tatapan kosong, darah mengalir deras dari luka di kepalanya. Henrietta yang menatapku takut dan mengatakan kalau aku adalah monster. Atau merasakan bagaimana rasanya ditusuk di bagian dada dengan orang yang terlihat seperti diriku.
Aku mendesah mendengar alarm yang kusetel di ponselku. Aku memasang alarm dengan tujuan untuk membangunkanku, tapi itu tidak ada gunanya kalau aku sendiri saja tidak tidur sejak aku terbangun dari mimpi buruk itu.
Aku memiringkan tubuhku hanya untuk mendapati foto yang dibingkai di atas nakasku. Foto itu adalah foto narsisis yang yang diambil Kimmy di tahun pertama kami masuk SMA. Kimmy tersenyum lebar dengan tangannya yang mencengkram pipiku, membuat mulutku seperti ikan. Cengkramannya tidak sakit, tapi cukup membuat pipiku merah hingga jam makan siang.
Aku mengambil ponsel, mengecek siapa tahu Kimmy mengirimkan pesan untukku. Aku belum mendengar kabar dari Kimmy sejak aku mengantarnya pulang. Itu membuatku khawatir. Melihat bagaimana ketakutannya Kimmy semalam, aku tahu ia akan terguncang.
Aku turun dari ranjangku, tubuhku langsung menggigil begitu kakiku menyentuh lantai kayu kamarku. Pendingin ruangan kunyalakan dan jendela yang tidak kututup semalam menambah suhu dingin di kamarku.
Aku mengambil baju yang akan kukenakan hari ini. Memilihnya acak, aku segera menuju kamar mandi. Aku menahan rasa terkejut begitu diriku melihat pantulanku di cermin. Aku terlihat seperti habis mabuk berat. Mataku memerah sembab sehabis menangis, kantong mata terlihat sangat gelap di bawah mataku, rambutku berantakan seperti ditiup puting beliung.
Aku benar-benar seperti baru keluar dari neraka.
***CBTVK***
Aku memperhatikan diriku di cermin sekali lagi sebelum keluar dari kamar, memastikan semuanya tidak ada yang salah. Sedikit riasan di wajah cukup untuk menutupi bagaimana berantakannya diriku hari ini. Kantong mata sudah tidak lagi terlihat, mataku juga tidak sembab seperti tadi. Rambutku yang berantakan kusisir rapi dan kuikat kuncir kuda. Aku tidak biasanya menggunakan riasan ke sekolah, tapi saat ini aku butuh itu.
Aku mendesah lalu menggelengkan kepalaku guna mengusir rasa kantuk yang mulai menyerangku. Tidur dua jam tidak cukup untuk membuatku terjaga di sekolah, aku hanya bisa berharap agar tidak terkena hukuman karena tertidur di kelas nanti.
Kuambil tas yang semalam kulempar di lantai lalu kusampirkan di pundakku. Aku menutup pintu kamarku sebelum aku menuruni tangga. Namun, saat aku sampai di lantai bawah, aku mendengar suara orang yang sedang mengobrol. Suara yang kukenal, yang bisa membuat senyuman kecil mengembang di sudut bibirku seketika saat aku mendengar suaranya.
"Aku akan mengajaknya untuk sarapan di luar," suaranya semakin terdengar saat kakiku mengikuti dimana perbincangan itu berada. "Jika kau izinkan, Marley."
"Elijah?" panggilku memastikan begitu aku masuk ke area ruang tamu. Elijah tersenyum lebar saat dirinya melihatku. Ia terlihat tampan seperti biasa, dengan pakaian kasualnya. Rambut hitamnya disisir rapi, ia memakai kaos hitam yang membuat mata birunya terlihat lebih tajam dan mencolok. Sepatu kets putih yang dipakai membuatnya seperti orang normal, bukan pengusaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Claimed by the Vampire King
Ma cà rồngBerawal dari menemukan mayat misterius, hidup Zoey tidak bisa dibilang normal lagi. Satu per satu rahasia mulai muncul ke permukaan. Makhluk yang dikiranya hanya ada pada mitos, mulai datang menemui dirinya.