Chapter 28 || Lifted ||

3K 167 0
                                    

"Wow," Elijah bergumam dengan ekspresi kagumnya.

Otakku akhirnya memproses apa yang baru saja terjadi. Aku mendorong tubuh Elijah menjauh dariku. Jangan salah paham, maksudku ciuman tadi rasanya luar biasa, tapi Elijah tidak bisa membungkamku dengan sebuah ciuman seperti tadi.

Ekspresi Elijah kembali tersakiti. Aku bersumpah, ia seperti cewek yang sedang menstruasi. Suasana hatinya berubah dengan cepat. Tadi ia merasa seperti dunia berputar pada dirinya, tapi saat ini ia terlihat seperti semua orang membencinya.

Elijah mengernyit. "Kau menyesalinya, ya?" bahu Elijah merosot karena menganggap aku menyesali ciuman itu, tapi aku tidak menyesalinya, sama sekali tidak.

Elijah menjauh dariku. Wajahnya memerah padam, kedua tangannya menjambak rambutnya sendiri sambil menggumam kata-kata tidak jelas. Aku hanya terdiam, tidak tahu harus berbuat apa.

Aku tersentak begitu mendengar suara benda yang pecah. Mencari tahu sumbernya, aku melihat pecahan kaca yang menyebar di sudut ruangan. Tatapan horror muncul di ekspresiku melihat pecahan kaca yang menyebar di lantai tak jauh dariku.

Elijah mengambil vas bunga yang ada di meja, tapi sebelum Elijah melemparnya, aku menghampirinya tanpa berpikir dua kali. Kedua tanganku memeluk pinggang Elijah yang langsung membuatnya membeku. Tangannya yang memegang vas bunga berhenti di udara.

"Tenanglah, Eli," wajahku yang kutenggelamkan di punggung Elijah membuat suaraku terdengar tidak jelas. "Aku tidak menyesali itu," sambungku. Aku mendengar Elijah mendesah lega, tapi tubuhnya masih terasa tegang dalam pelukanku.

Aku melepaskan pelukanku lalu berjalan untuk berdiri di depan Elijah. Aku memperhatikan vas bunga yang masih ada dalam pegangan tangan Elijah. Aku mengambil vas bunga itu dari tangannya sebelum ia bisa melempar itu ke dinding. Dilihat dari wujud atau desainnya, aku tahu itu adalah barang mahal. Aku meletakkan itu kembali di tempatnya.

Aku menggandeng tangan Elijah untuk duduk di kasur, kakiku yang telanjang membuat langkahku hati-hati untuk menghindari pecahan kaca yang menyebar di lantai. Aku bisa merasakan tatapan Elijah yang menatapku, memastikan kalau aku serius dengan apa yag kukatakan tadi.

"Aku benar-benar tidak menyesalinya," kataku sekali lagi, tubuh Elijah merileks mendengar itu. "Tapi bukan berarti kau boleh lepas begitu saja dan tidak menjelaskan semuanya padaku," Elijah menghembuskan napas beratnya.

Aku langsung menyandarkan tubuhku pada sandaran ranjang, menunggu Elijah untuk melakukan hal yang sama. Elijah menatapku sekali lagi sebelum akhirnya memutuskan untuk bergabung denganku.

Aku memperhatikan pakaian yang kupakai. Gaun yang semalam tergantikan dengan baju kebesaran yang panjangnya hampir selutut. Aku membeo begitu menyadari kalau aku hanya memakai celana dalamku di balik baju kebesaran yang kupakai.

Aku menatap Elijah dengan kernyitan, berharap kalau apa yang kupikirkan bukanlah kenyataan. "Siapa yang mengganti pakaianku?" aku bertanya dengan perasaan was-was.

Mendengar pertanyaan itu, Elijah kembali pada dirinya yang normal. Elijah memberiku senyuman miring yang penuh kepuasan, membuatku menatapnya dengan tatapan horror. Senyuman Elijah melebar melihat itu.

"Aku," katanya sambil mengangkat bahu seperti jawaban itu adalah hal yang sepele.

Aku terkesiap lalu menatapnya dengan tatapan yang lebih horror. Namun, disaat yang bersamaan aku tidak bisa mencegah pipiku untuk merona merah karena malu. Elijah melihatku dengan hanya memakai pakaian dalam. Belum pernah ada yang melihatku seperti itu.

"Astaga," aku menatap Elijah bingung saat ia tertawa. "Ekspresimu itu benar-benar lucu," aku menatapnya dengan kening yang mengernyit, tidak mengerti apa yang membuatnya selucu itu sampai ia tertawa.

Claimed by the Vampire KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang