Kimmy tidak menungguku seperti biasa, tempatnya kini digantikan oleh Henrietta. Aku tidak tahu kemana Kimmy, entah ia terlambat atau memang ia tidak mau menungguku karena kejadian semalam. Jika waktu yang ia butuhkan, aku bisa memberi itu, dan aku memahaminya.
Henrietta menyambutku dengan senyumannya. Cengiran muncul begitu melihat Elijah yang melingkarkan tangannya di pinggangku. Aku tidak tahu rasa posesif itu muncul dari mana, tapi aku menyukainya. Aku tersenyum lebar pada Henrietta, tapi senyumanku menghilang saat menyadari banyaknya tatapan mata yang tertuju padaku.
"Abaikan mereka, Zoella," Elijah berbisik. Bibirnya sangat dekat di telingaku, menyentuh kulitku sampai aku merinding karenanya. Aku mengangguk. Elijah tersenyum puas, tangannya semakin erat memelukku, mendekatkan dirinya dengan tubuhku.
"Jaga dia baik-baik," Henrietta memutar matanya. "Aku mempercayakannya padamu." Suara Elijah terdengar serius, ia tidak meminta tapi memerintah Henrietta. Ekspresi bercanda tidak lagi terlihat di wajah Henrietta, melainkan sebuah tekad yang harus dipenuhi olehnya.
"Kau bisa percaya padaku," apa yang mereka berdua katakan, sepertinya adalah hal yang serius. Henrietta tidak terlihat ceria seperti biasa, nada suaranya terdengar dingin bagiku. Henrietta tidak ingin mengecewakan Elijah.
Elijah memutar tubuhku, membuatku berdiri berhadapan dengannya. Kedua tangan Elijah memegang pipiku, tangannya bahkan lebih besar dari wajahku. Tak lama aku merasakan bibirnya yang menyentuh keningku, mengirimkan listrik kecil ke tubuhku seperti percikan yang mengalir di bawah kulitku. Aku mendesah pelan saat Elijah melepaskan kecupannya dariku. Elijah meminta kunci mobil Henrietta dan menyerahkan kunci mobilku. Memberikan satu kecupan lagi, tapi kali ini lebih lama, Elijah mengucapkan selamat tinggal.
Henrietta menarik tanganku dengan pelan, mengajakku untuk masuk ke gedung sekolah. Aku berhenti di depan lokerku, mengambil buku pelajaranku. Henrietta tidak mampir ke lokernya terlebih dahulu, ia sudah mengambil bukunya lebih awal.
Saat ingin masuk ke kelas pertama, aku berhenti seketika. Menangkap sosok Kimmy yang
berdiri di depan lokernya. Aku ingin menghampirinya, tapi Kimmy langsung pergi begitu saja saat matanya menangkapku di aula. Aku mendesah pelan karena tahu Kimmy sudah pasti menghindariku.
Henrietta duduk di sampingku, ia mengeluarkan buku tulis lalu meletakan tasnya di atas meja, aku mengikuti langkahnya. Bel peringatan berbunyi tak lama setelah aku duduk, tinggal menunggu lima menit sebelum bel masuk sebenarnya dibunyikan.
"Apa Kimmy menghindarimu?" aku mendesah pelan lalu mengangkat bahuku.
"Sepertinya," Henrietta mengernyit, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Sesuatu terjadi pada kami semalam," aku melanjutkan.
Seketika aku merasakan perasaan itu kembali. Perasaan takut untuk kehilangan Kimmy, perasaan takut saat melihat diriku yang membunuh makhluk itu tanpa rasa bersalah, menghabisinya dengan keji. Aku masih bisa mendengar erangan kesakitannya sebelum aku menembaknya mati. Mata putihnya, darah hitamnya, kulit abu-abunya, semua itu masih sangat jelas tergambar di kepalaku.
Ekspresi Henrietta menjadi serius dan penuh perhatian. Matanya menatapku, melihatku dari atas sampai bawah, memastikan tidak ada yang kurang dariku. Setelah puas, ia kembali menatap mataku, memintaku untuk melanjutkan apa yang ingin kukatakan.
"Akan aku ceritakan, tapi tidak sekarang." Henrietta hanya mengangguk.
Bel masuk berbunyi. Kursi yang tadinya hanya beberapa yang terisi, sekarang penuh terisi. Saat murid terakhir menduduki kursinya, seseorang datang dan menutup pintu kelas. Henrietta memutar mata saat mendengar cewek-cewek di kelas berteriak girang melihat sosok guru baru itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Claimed by the Vampire King
VampireBerawal dari menemukan mayat misterius, hidup Zoey tidak bisa dibilang normal lagi. Satu per satu rahasia mulai muncul ke permukaan. Makhluk yang dikiranya hanya ada pada mitos, mulai datang menemui dirinya.