"Keluargamu menyembunyikan sesuatu darimu,"
Suara Nicole terus berputar seperti kaset rusak di kepalaku. Aku takut apa yang dikatakan Nicole adalah sebuah kenyataan. Selama ini aku mengira orangtuaku selalu mengatakan semuanya, tidak ada kebohongan atau rahasia di antara keluarga Addison.
"Sesuatu yang besar, yang bisa mengubah hidupmu."
Aku membanting pintu mobilku, menguncinya dan langsung masuk ke rumah. Keheningan langsung menyambutku, aku menuju dapur, mendapati selembar kertas di meja makan yang mengatakan kalau orangtuaku sudah berangkat ke rumah Nana, dan aku harus menyusulnya besok. Aku melempar tas dan ponselku ke meja makan.
Kuambil sebotol air mineral di dalam kulkas, aku langsung meneguknya hingga abis. Kepergian orangtuaku ke rumah Nana lebih awal membawa keuntungan buatku. Aku bisa mencari tahu apa rahasia yang disimpan keluargaku dariku tanpa perlu ketahuan.
"Cari dimana barang-barang lama keluargamu berada."
Aku mengambil ponselku dan sebotol air mineral. Aku mengunci pintu rumahku sebelum akhirnya aku menuju ke lantai dua. Di lantai dua, terdapat tiga kamar. Paling pinggir adalah kamarku, yang di tengah adalah kamar tamu. Satunya juga kamar tamu, tapi tidak pernah ditempati sebelumnya.
Di depan kamar paling ujung, terdapat tangga lipat untuk menuju loteng, tempat dimana ayahku menyimpan barang-barang lama yang tidak ingin dibuang olehnya. Aku mengambil tongkat yang ada di sudut lorong. Di ujung tongkat itu terdapat paku, untuk mengaitkan tali kecil yang terdapat di langit-langit sudut ruangan.
Suara berderit terdengar saat tali terkait pada tongkat yang kutarik. Langit-langit di ujung ruangan berlubang, dan muncul tangga lipat yang berhenti tepat di atas kepalaku. Aku mundur ke belakang, menarik tangganya untuk menginjak lantai.
Aku menarik dan membuang napasku, memberanikan diriku untuk naik ke atas. Sejak kecil, aku takut gelap. Terutama tempat gelap yang sempit. Tanganku gemetar memegangi anak tangga kayu yang bisa patah kapan saja. Aku mengatur napasku, aku harus melakukan ini jika mau tahu apa yang dirahasiakan keluargaku.
Anak tangga itu berderit di bawah pijakan kakiku. Keringat dingin keluar dari pori-poriku. Aku mengambil ponselku, menaruh botol air mineral di kantung jaket yang kupakai. Lampu senter kunyalakan dari ponselku. Setidaknya itu bisa membantu untuk mengurangi rasa takutku.
Aku langsung mencari-cari tombol lampu ketika sampai ke atas. Kutekan tombol lampunya, tapi tidak terjadi apa-apa. Perlu beberapa kali aku mengulangnya. Tak lama lampu kedap-kedip lalu menyala sepenuhnya. Kumatikan senter di ponselku lalu memasukannya ke kantong celana.
Aku memperhatikan loteng yang cukup luas. Tempatnya berdebu karena sudah lama tidak dibersihkan. Barang-barang lama disimpan di dalam kardus yang ditulisi keterangan. Aku menutupi hidungku dengan jaketku karena terlalu banyaknya debu di sini.
Aku bertanya-tanya dari mana harus memulai mencarinya, terlalu banyak barang. Aku menghampiri kardus-kardus dengan nama ayahku di salah satu sisinya. Kardus itu sangat berdebu, sudah lama sekali tidak tersentuh.
Aku membuka kardusnya, hampir terbatuk karena debunya. Aku mengambil salah satu isinya, buku tahunan ayahku sewaktu SMA. Aku langsung mencari sosok ayahku, dan tersenyum kecil saat menemukannya. Rambut pirang ayahku sangat persis dengan rambutku. Kalau diperhatikan, ayahku sewaktu SMA sangat mirip denganku. Aku seperti versi cewek dari ayahku, hanya saja mataku berbeda dengan ayahku. Aku memiliki mata dan bibir ibuku, dan aku menyukainya.
Aku meletakan bukunya kembali, dan menutup kardusnya. Tujuanku ke sini bukan untuk melihat barang-barang lama ayahku. Mungkin lain kali. Mataku mencari-cari ke sekitar loteng, membaca keterangan di kardus secara rinci, tidak mau melewatkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Claimed by the Vampire King
VampiroBerawal dari menemukan mayat misterius, hidup Zoey tidak bisa dibilang normal lagi. Satu per satu rahasia mulai muncul ke permukaan. Makhluk yang dikiranya hanya ada pada mitos, mulai datang menemui dirinya.