Ternyata bukan sekarang saatnya untuk aku mati. Serigala itu mendarat tepat di depanku, melindungiku dari makhluk bermata merah. Serigala itu menggeram, memperingati makhluk itu untuk tidak mendekatiku. Gigi taringnya sangat panjang dan terlihat bisa mengoyak apapun. Moncongnya sangat besar, dan sepertinya lebih besar dari kepalaku.
Aku kira kepalaku besar.
Aku ingin bergerak, tapi mengerang saat merasakan sakit luar biasa pada bagian rusukku. Tinggal menunggu waktu sampai luka memar memenuhi bagian tubuhku yang terasa sakit. Aku hanya bisa terbaring dan melihat semuanya, menunggu keajaiban datang untuk mengetuk pintu.
Serigala dan makhluk itu saling tatap, menantang satu sama lain. Mereka melingkari satu sama lain dengan gigi taring yang sama-sama ditunjukkan. Gigi taring milik serigala lebih besar dan terlihat mampu mengoyak apapun dengan mudah, bahkan batang pohon sekaligus. Taring kecil milik makluk itu mungkin lebih kecil, tapi aku tidak ingin meragui ketajamannya.
Makhluk bermata merah itu menyerang duluan, tapi serigala besar mampu menghindarinya dengan mudah. Geraman terdengar sebelum serigala besar itu menyerang balik, cakarnya yang besar menghantam tubuh makhluk yang ukurannya tidak sebanding dengan binatang itu.
Moncong serigala itu menargetkan leher makluk bermata merah, tapi makhluk itu terus menahannya dengan kedua tangannya. Satu tendangan dari makhluk bermata merah mampu membuat serigala itu terpental menjauh. Suara patahan terdengar, membuatku meringis begitu menyadari kalau serigala besar itu menghantam pohon, membuat pohon itu terbelah terkena hantamannya. Jika makhluk bermata merah bisa melakukan itu, aku tidak tahu apa yang bisa ia lakukan padaku.
Serigala besar itu berusaha berdiri dengan susah payah. Sepertinya tulangnya patah, terlihat dengan posisi kaki belakangnya yang tidak wajar. Serigala itu meringis pelan, kakinya yang patah mengeluarkan darah.
Aku mengerang sakit saat aku mencoba untuk duduk. Tubuhku semakin mundur ke belakang, merasakan punggungku menempel pohon untuk menopang badanku. Makluk bermata merah itu menghampiriku secara perlahan, tatapan predatornya hanya tertuju padaku. Aku semakin mendekatkan tubuhku pada pohon, mengabaikan rasa sakit pada bagian sampingku.
Napasku terengah. Air mata membuat pandanganku mengabur, entah itu karena rasa sakit atau rasa takut. Satu tanganku memegangi bagian tubuhku yang sakit sedangkan yang satunya masih memegang senapan. Saat aku mengarahkan senapanku ke arahnya, makhluk itu tidak lagi meremehkanku. Ia menatapku dengan kemurkaan yang mendalam, rasa bencinya membuat tatapannya seperti mampu membakarku hidup-hidup.
Aku menembakkan peluruku ke arahnya. Aku berniat untuk menembak dadanya, tapi sasaranku melesat dan malah mengenai bahunya. Rasa sakit di bagian sampingku membuatku sulit untuk membidik dengan benar. Makhluk itu mendesis kesakitan, tapi tidak membuatnya berhenti untuk menghampiriku.
Semakin aku bergerak semakin juga rasa sakitku terasa.
Aku menembakkan peluruku lagi, tapi aku hanya membidik udara. Peluru itu melesat begitu saja, tidak mengenai makhluk itu sama sekali. Aku mendengking menahan teriakkan yang ingin keluar dari mulutku.
Aku tidak tahu seberapa cepat itu terjadi, yang aku tahu selanjutnya tiba-tiba makhluk itu tidak lagi ada di depanku. Serigala besar juga tidak ada di tempat sebelumnya, melainkan menggeram kencang di atas tubuh makhluk bermata merah.
Mereka saling tatap. Serigala besar menggeram dengan air liurnya yang menetes, sedangkan makhluk bermata merah mendesis marah. Serigala coklat itu menekan kaki depannya pada kedua bahu makhluk itu, membuat bunyi tulang patah yang menyakitkan, aku menutup mataku. Makhluk itu menggeram.
Semua itu terjadi sangat cepat. Aku tidak lagi mendengar suara raungan atau desisan. Saat aku membuka mata, saat itu juga aku berteriak kencang. Sebuah kepala menggelinding ke arahku, mata putihnya menatapku kosong. Darah hitam keluar melalui leher yang terpisah dari tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Claimed by the Vampire King
VampirosBerawal dari menemukan mayat misterius, hidup Zoey tidak bisa dibilang normal lagi. Satu per satu rahasia mulai muncul ke permukaan. Makhluk yang dikiranya hanya ada pada mitos, mulai datang menemui dirinya.