Kriett
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok remaja laki-laki yang memakai celana pendek selutut warna hitam, kaos abu-abu polos lengan pendek, serta handuk hijau muda bertengger manis pada pundaknya.
Ia menaruh pakaian kotor di keranjang yang berada di sebelah kanan pintu.
"Rai, kalau mau sarapan langsung ke ruang makan aja ya, ibu sudah menyiapkannya di sana." Ucap ibu Siska, ibunda Raihan yang sedang mencuci peralatan makan, tak jauh dari kamar mandi. Karena tempat cuci piring masih satu ruang dengan dapur.
"Iya Bu. Semua sudah pada makan?"
"Sudah, tinggal kamu saja."
Raihan menghampiri sang Ibu. "mau Rai bantuin, Bu?""Sudah enggak usah, kamu langsung sarapan saja."
"Baik Bu, kalau gitu Raihan ke kamar dulu. Mau naruh handuk sama nyisir rambut dulu. Setelah itu baru sarapan." Tutur Raihan, yang hanya dibalas anggukan oleh Ibu Siska.
Remaja laki-laki itu melangkahkan kaki menuju kamarnya. Ia membuka pintu, lalu menaruh handuk di atas tali rafia yang telah dikaitkan bagian sisi kanan dan kirinya, tepatnya berada dekat jendela kamarnya yang terbuka. Berharap handuk setengah basah itu akan kering terkena hembusan angin yang menyelinap masuk lewat jendela kaca tersebut.
Ia beranjak dari sana, berjalan menuju meja yang berada di dekat tempat tidur. Meraih sisir dan mulai merapikan rambutnya yang terlihat sedikit acak-acakan.
Dirasa cukup, ia pun mengembalikan sisir tersebut ke tempat semula. Saat kakinya melangkah menuju pintu, terdengar suara dering dari ponselnya.
Aku yang lemah tanpamu
Aku yang rentan karena
Cinta yang t'lah hilang darimuYang mampu menyanjung ku
Selama mata terbuka
Sampai jantung tak berdetak....
Lagu Kenangan Terindah mengalun merdu. Remaja laki-laki itu sengaja mengatur nada dering panggilan masuk dengan lagu yang dibawakan oleh band Samson tersebut.
Raihan menghentikan langkah, kemudian mengambil ponsel yang berada di atas tempat tidurnya, ia mendudukkan dirinya di atas kasur yang cukup empuk.
Ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
Bagas
Jemarinya bergerak menekan tombol warna hijau.
"Hallo. Assalamualaikum," sapanya.
"Waalaikumsalam, Rai."
"Ada apa, Gas?"
"Gue mau ajakin lo ziarah ke makam Sunan Ampel, mau enggak?"
"Kapan?"
"Hari ini."
Raihan mengerutkan kening.
"Mendadak banget, sama siapa saja?"
"Sama Rizky, Andra, dan lainnya.
Sorry, Rai. Sebenernya udah dari semalem tapi gue lupa ngasih tau lo. Gimana lo bisa enggak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Nadyra
Ngẫu nhiênSeorang perempuan biasa, berpenampilan sederhana, mempunyai mimpi serta keinginan setinggi langit. Bahkan ia sendiri tak tahu bisa atau tidak merubah semua itu menjadi kenyataan. Yang ia tahu dirinya harus berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan an...