Tok Tok Tok
"Assalamualaikum."
Bunyi ketukan pintu diikuti oleh suara salam dari luar rumah membuat Nadyra tersentak dari lamunannya.
Nadyra menaruh buku diary yang sedari tadi ia pegang di bawah bantal, tak lupa mengambil sekaligus memakai kerudung instan, lalu turun dari ranjangnya, membuka pintu kamar dan bergegas ke arah ruang tamu.
Nadyra memutar kunci serta handle pintu rumah budenya seraya menjawab salam. "Waalaikumsalam."
Saat pintu terbuka muncullah sosok yang ia rindukan.
"Mas Damar," sapa Nadyra. Tak lupa ia menyalami laki-laki yang berada di hadapannya."Hai, adik mas yang selalu bikin rindu. Miss you so much." Ucap lelaki yang berusia sekitar dua puluh satu tahun. Ia mendaratkan tangannya di pipi Nadyra yang agak berisi, mencubitnya pelan.
"Mas ihh, selalu aja pipi aku yang jadi sasaran." Gadis pemakai kerudung biru itu mengerucutkan bibirnya.
"Hahahaha, ngomong-ngomong. Masmu ini enggak disuruh masuk?" tanyanya dengan wajah bingung yang dibuat-buat.
Nadyra menepuk keningnya pelan. "Astaghfirullah," ucapnya. "aku lupa, yasudah ayo masuk, Mas."
Nadyra sedikit menggeser tubuhnya ke samping agar Damar bisa masuk. Kemudian ikut masuk ke dalam rumah setelah menutup pintu.
"Kok sepi amat, Ibu kemana, Ra?" Tanya Damar setelah ia berhasil mendaratkan pantatnya di atas sofa yang lumayan empuk.
"Lagi ikut pengajian di musholla," jawab Nadyra, ia duduk di kursi yang berada tak jauh dari sofa.
"Sudah lama?" tanya Damar lagi.
"Berangkatnya sekitar satu jam yang lalu, Mas Damar mau Nadyra ambilkan makanan atau minuman?"
"Emm, iya mas mau makan malam soalnya tadi sebelum ke sini perut belum terisi sama nasi." Damar mengelus pelan perutnya, pasalnya saat perjalanan pulang ke rumah cacing-cacing di perutnya tak henti-hentinya melakukan demo.
"Oke, aku siapin dulu." Nadyra beranjak dari tempat duduknya.
"Kamu sendiri sudah makan, Ra?"
Nadyra menggeleng. Ia melangkahkan kaki menuju dapur untuk mengambil makanan, diikuti oleh Damar yang mengekor di belakangnya.
Sepupu Nadyra itu pun menarik kursi yang berada di dekat meja makan, dan mendudukinya.
"Kamu enggak mau makan sekalian?"
"Nanti aja, lagi enggak pengen makan." Balas Nadyra, ia membuka tutup magic com berwarna putih, mengambil sendok nasi, menyendokkan nasi putih ke dalam piring yang berada di tangan kirinya, lalu menutup alat penanak nasi, kemudian membawa ke hadapan anak tunggal budenya. "Segini cukup apa mau nambah?"
"Cukup."
Setelah meletakkan nasi itu di hadapan Damar, Nadyra membuka lemari kecil dan mengambil lauk pauk yang sejak tadi sore telah dimasak oleh budenya. Tak lupa ia mengambilkan segelas air minum untuk Damar.
"Selamat makan, Mas Damar. Jangan buru-buru ya nanti keselek." Ucap Nadyra saat semuanya sudah tersaji di meja makan.
"Terima kasih, adikku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Nadyra
RandomSeorang perempuan biasa, berpenampilan sederhana, mempunyai mimpi serta keinginan setinggi langit. Bahkan ia sendiri tak tahu bisa atau tidak merubah semua itu menjadi kenyataan. Yang ia tahu dirinya harus berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan an...